Licypriya Kangujam dan Greta Thunberg, dua remaja ini saat ini jadi fenomena. Keduanya adalah ikon perjuangan lingkungan. Sesuatu yang bagi muslim harusnya ikut diperjuangkan.
Alam memberikan segala isinya kepada manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup, seperti firman Allah SWT dalam surat Al-Mulk ayat 15 yang artinya: “Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunnya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya, dan hanya kepada-Nya lah kami dibangkitkan”.
Secara horizontal, kita mempunyai dengan sesama manusia dan alam. Dimana manusia sebagai mitra sosial dan alam sebagai tempat kita hidup. Jika alam rusak lalu marah dan murka, maka keberlangsungan hidup kita pun terancam. Hal inilah yang dirasakan oleh Licypriya Kangujam dan Greta Thunberg, dua remaja pejuang lingkungan yang patut diteladani saat ini.
Memanfaatkan canggihnya teknologi, mereka berdua menjadi influencer dalam gerakan penyelamatan lingkungan. Juga lewat instrumen inilah dua gadis remaja asal India dan swedia memblow-up aksi-aksinya.
Untuk anak seusia mereka, melakukan kegiatan seperti itu terbilang ganjil. Namun Licypriya dan Greta akan terus menginspirasi dan menyadarkan jutaan orang lewat jagad maya dan dunia nyata.
Bagaimana tidak, dua remaja tersebut menginspirasi banyak orang dengan aksi-aksinya . Greta dan Licypriya sama-sama getol menyuarakan problem perubahan iklim dan kejahatan-kejahatan ekologis lainnya.
Greta Thunberg, gadis remaja kelahiran Stockholm, 3 Januari 2003 putus sekolah saat usianya masih sangat belia, ia memilih fokus mempelajari soal perubahan iklim atau pemanasan global.
Banyak orang yang menyayangkan pilihan Greta. Lebih baik ia bersekolah sampai menjadi ilmuwan perubahan iklim. Namun baginya, buat apa repot-repot sekolah sedangkan problem pelik di depan mata sudah amat jelas.
Pertengahan bulan Agustus 2018, Greta membuat aksi di depan gedung parlemen Swedia mulai pagi sampai sore setiap hari Jumat. Ia bersikukuh tidak akan berhenti sampai anggota parlemen Swedia mengabulkan tuntutanya yaitu pembuatan aturan baru terkait perubahan iklim.
Puncaknya, setahun pasca aksi tersebut, 1,6 juta siswa dari 126 negara melakukan aksi serupa. Mereka menuntut upaya dan tindakan nyata agar perubahan iklim menjadi lebih baik. Suara keresahan semakin menginspirasi banyak anak muda untuk bergabung sambil menyuarakan keadaan bumi yang lebih baik.
“Kami memiliki segala yang kami harapkan, namun sekarang mungkin kami tidak punya apa-apa, saat ini mungkin kami tidak punya masa depan lagi, karena masa depan kami dijual, karena sejumlah orang menghasilkan uang dalam jumlah tak terbayangkan, masa depan kami dicuri setiap kali anda mengatakan bahwa langit ada batasnya dan hidup hanya sekali” adalah salah satu statement menarik dari Greta Thunberg yang sering dikutip para aktivis lingkungan.
Setali tiga uang dengan Greta. Licypriya Kangujam, Gadis kelahiran Manipur, 2 Oktober 2011 memulai aksi gerakan protesnya karena berbagai macam kerusakan alam sejak 2018. Sebelum menggalang aksi serupa. Ia pertama kali melancarkan protes keras saat diadakannya pertemuan antar pemimpin negara “United Nations” di Mongolia pada 4 Juli 2018.
Licypriya putus sekolah sejak Februari 2019 agar konsennya membuat desakan-desakan di depan Parliamen Of House India setiap hari Minggu semakin masif. Ia memutuskan berhenti sekolah sebelum ujian akhir kelas satu ketika masih berusia tujuh tahun.
(foto diakses dari akun Twitter Licypriya Kangujam)
Untuk menguatkan niatnya, ia membentuk the child movement sebagai upayanya membuat perubahan serta mendorong pemimpin-pemimpin di dunia membuat kebijakan terkait perubahan iklim.
Salah satu misi besar Licypriya adalah menjadi Ilmuwan angkasa dalam usaha menyelamatkan manusia di bumi. Ia ingin melakukan research bagaimana manusia bisa mendapat udara segar untuk bernafas, bagaimana cara bercocok tanam, mencari makanan dan minuman.
Oleh tuhan, alam dan isinya di anugerahkan kepada kita semua. Lalu mengapa kita acuh bahkan tidak mau menjaganya?