Libya tampaknya menjadi ajang peperangan antara Mesir dan Turki. Pasalnya parlemen Mesir pada hari Senin lalu mengizinkan melakukan aksi militer ke Libya. Langkah ini dapat membawa Mesir dan Turki ke dalam konfrontasi langsung.
Dewan Perwakilan Rakyat Mesir yang sebagian besar pendukung Presiden Abdel Fattah El-Sisi, menyetujui rencana untuk mengirim pasukan. Alasannya untuk mempertahankan keamanan nasional Mesir. Sebelumnya El-Sisi menyebut kota pantai strategis Sirte sebagai “garis merah” dan memperingatkan, setiap serangan terhadap kota tersebut akan mendorong Kairo melakukan intervensi militer untuk melindungi perbatasan baratnya dengan negara kaya minyak itu.
Saat ini Libya jatuh ke dalam kekacauan. Setelah Muamar Qadafi terguling tahun 2011 negara tersebut terpecah menjadi dua bagian. Pemerintahan pertama di wilayah Timur yang bekerjasama dengan komandan militer Khalifa Haftar. Kedua, pemerintah di Barat yang didukung PBB yang bertempat di Tripoli.
Konflik tersebut kini meningkat menjadi perang proksi regional yang dipicu oleh kekuatan asing dengan perdagangan senjata dan tentara bayaran. Mesir adalah pendukung pemerintahan di Timur bersama dengan Uni Emirat Arab Rusia. Sedangkan Turki mendukung pemerintahan barat bersamadengan Qotar dan Italia.
Kondisi ini membuat amerika mulai khawatir tentang pengaruh Rusia di Libya, dan banyaknya tentara bayaran Rusia yang mendukung pemerintah timur. Pada hari Minggu (20/07/2020) Presiden Mesir memperingatkan serangan terhadap Sirte atau pangkalan udara Jufra pedalaman akan mendorong Kairo untuk campur tangan secara militer, konon untuk melindungi perbatasan baratnya dengan Libya.
“Mesir tidak akan membiarkan upaya untuk mendukung Libya… untuk mengatasi krisis kritis saat ini,” kata presiden Mesir seperti dilansir laman arabnews.
Sementara itu menurut harian pemerintah Mesir Al-Ahram menulis bahwa pemungutan suara di parlemen dimaksudkan untuk mengamanatkan El-untuk melakukan”campur tangan militer ke Libya untuk dalam rangka membantu mempertahankan melawan agresi Turki. Disebutkan pula Pekan lalu, El-Sisi menjamu lusinan pemimpin suku yang setia kepada Haftar di Kairo.
Konflik yang semakin meningkat di Libya membuat Stephanie Williams, penjabat kepala misi dukungan PBB di Libya, menyerukan gencatan senjata segera. Menurutnya, hal ini penting dilakukan untuk menghindarkan 125.000 warga sipil yang tetap berada dalam bahaya dan untuk mengakhiri pelanggaran terang-terangan terhadap embargo senjata PBB.