Di antara shalat yang disunahkan ialah shalat rawatib, yaitu mengerjakan shalat sunah sebelum atau setelah shalat wajib. Melakukan shalat ini sangat dianjurkan Nabi Muhammad SAW, karenanya beliau berwasiat kepada Abu Hurairah agar tidak meninggalkannya. Abu Hurairah mengatakan, “Rasulullah berwasiat kepadaku dan wasiat tersebut senantiasa aku langgengkan sampai aku wafat.”
Sebagaimana yang dinukilkan At-Thabrani di dalam Mu’jamul Awsath, shalat sunah rawatib: dua raka’at sebelum shubuh, dua raka’at sebelum dan sesudah dzuhur, dua raka’at sebelum ashar, dua raka’at setelah magrib dan dua raka’at setelah isya, termasuk deretan amalan yang diwasiatkan Nabi kepada sahabat Abu Hurairah.
Meskipun dalam riwayat At-Thabrani disebutkan dua raka’at sebelum dan sesudah dzuhur, serta dua raka’at sebelum ashar, namun dalam riwayat lain disunahkan untuk menambah dua raka’at lagi sebelum dan sesudah dzuhur, dan sebelum ashar. Artinya, sangat dianjurkan untuk shalat sunah empat raka’at pada dua tiga waktu itu.
Anjuran ini terdapat dalam hadis riwayat At-Tirmidzi, “Siapa yang membiasakan shalat sunah empat raka’at sebelum dan sesudah dzuhur, Allah SWT mengharamkan neraka bagi mereka.” Terkait kesunahan empat raka’at sebelum ashar, At-Tirmidzi mencatat, “Allah mengasihi orang yang shalat empat raka’at sebelum ashar.”
Dengan memperhatikan beberapa riwayat di atas, kesunahan shalat empat raka’at sebelum dan sesudah dzuhur, dan sebelum ashar tidak diragukan lagi. Akan tetapi, mana yang lebih utama (afdhal), mengerjakannya empat raka’at sekaligus atau mencicilnya dengan dua raka’at, kemudian ditambah dua raka’at lagi?
Imam An-Nawawi pernah ditanya tentang soal ini, dalam kitab Fatawa Al-Imam An-Nawawi, ia menjawab:
يجوز له تسليمة بتشهد واحد وتشهدين، والأفضل تسليمتان
Artinya, “Boleh melakukan shalat sunah sebelum dan sesudah dzhur dengan satu kali salam dan tasyahud (empat raka’at sekaligus) atau dua kali tasyahud. Namun yang paling utama ialah mengerjakannya dengan dua salam (dua raka’at dua raka’at).”
Mengerjakan shalat rawatib, khususnya sebelum dan setelah dzuhur, begitu pula sebelum ashar, kedua model tersebut dapat diamalkan. Dihukumi sah mengerjakannya dengan empat raka’at sekaligus atau mencicilnya dengan dua raka’at dua raka’at. Menurut An-Nawawi, mengerjakannya dengan dua raka’at, kemudian ditambah lagi dengan dua raka’at adalah lebih utama ketimbang empat raka’at sekaligus.
Pendapat ini sejalan dengan kaidah fikih:
ما كان أكثر فعلا كان أكثر فضلا
Artinya, “Semakin banyak mengerjakan perbuatan, maka semakin banyak keutamaannya.”
Kaidah ini disebutkan As-Suyuthi dalam Asybah wan Nadzhair ketika membahas mana yang lebih utama mengerjakan shalat witir tiga raka’at sekaligus atau dua raka’at ditambah satu raka’at. Dalam mengurai persoalan ini, shalat witir dengan dua raka’at ditambah satu raka’at lebih diutamakan dengan tiga raka’at sekaligus. Alasannya, semakin banyak mengerjakan amalan, maka pahala dan keutamannya semakin banyak pula.
Sederhananya, mengerjakan shalat witir tiga raka’at sekaligus dihitung satu kali shalat, sementara melakukannya dengan model dua raka’at kemudian ditambah satu raka’at dianggap dua kali shalat. Demikian pula shalat rawatib, mengerjakan shalat sunah empat raka’at hanya dianggap satu kali shalat, sedangkan melakukannya dengan cara mencicilnya dua raka’at-dua raka’at dihitung dua kali shalat. Manakah lebih utama? Tentu dua kali shalat (dua raka’at-dua raka’at).