Hadis shahih ialah hadis yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi yang berkualitas dan tidak lemah hafalannya, di dalam sanad dan matannya tidak ada syadz dan illat. Mahmud Thahan dalam Taisir Musthalah Hadis menjelaskan hadis shahih adalah:
ما اتصل سنده بنقل العدل الظابط عن مثله إلى منتهاه من غير شذوذ ولا علة
“Setiap hadis yang rangkaian sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi yang adil dan dhabit dari awal sampai akhir sanad, tidak terdapat di dalamnya syadz dan ‘illah.”
Dilihat dari defenisi di atas, terdapat lima kriteria hadis shahih yang harus diperhatikan. Demikian pula ketika ingin mengetahui apakah hadis yang kita baca atau dengar shahih atau tidak, lima kriteria tersebut menjadi panduan utama. Kalau kelima kriteria itu ada dalam sebuah hadis, maka hadisnya shahih. Kalau tidak ada salah satunya berati hadis dhaif.
Sebagaimana dijelaskan Mahmud al-Thahan dalam Taisir Musthalah Hadis, kelima kriteria tersebut adalah:
Ketersambungan Sanad
Ketersambungan sanad (ittishalul sanad) berati masing-masing perawi bertemu antara satu sama lainnya. Salah satu cara yang digunakan untuk membuktikan masing-masing rawi bertemu ialah dengan cara melihat sejarah kehidupan masing-masing perawi, mulai dari biografi guru dan muridnya, tahun lahir dan tahun wafat, sampai rekaman perjalanannya.
Perawi Adil
Setelah mengetahui ketersambungan sanad, langkah berikutnya adalah meneliti satu per satu biografi perawi dan melihat bagaimana komentar ulama hadis terhadap pribadi mereka. Perlu diketahui, adil (‘adalah) yang dimaksud di sini berkaitan dengan muruah atau nama baik.
Perawi yang semasa hidupnya pernah melakukan perbuatan yang melanggar moral dan merusak muruah, hadis yang diriwayatkannya tidak bisa diterima dan kualitasnya rendah.
Hafalan Perawi Kuat
Selain mengetahui muruah perawi, kualitas hafalannya juga perlu diperhatikan. Kalau hafalannya kuat, kemungkinan besar hadisnya shahih. Tapi kalau tidak kuat, ada kemungkinan hadis tersebut hasan, bahkan dhaif.
Tidak Ada Syadz
Syadz berati perawi tsiqah bertentangan dengan rawi lain yang lebih tsiqah darinya. Misalkan, ada dua hadis yang saling bertentangan maknanya. Untuk mencari mana kualitas hadis yang paling kuat, kualitas masing-masing perawi perlu diuji, meskipun secara umum sama-sama tsiqah. Dalam hal ini, perawi yang paling tsiqah dan kuat hafalannya lebih diprioritaskan.
Dengan demikian, untuk memastikan keshahihan hadis, perlu dikonfirmasi dengan riwayat lain, apakah tidak bertentangan dengan hadis lain atau tidak.
Tidak ada ‘illah
Illah yang dimaksud di sini adalah sesuatu yang dapat merusak keshahihan hadis, namun tidak terlalu kelihatan. Maksudnya, ada hadis yang dilihat sekilas terkesan shahih dan tidak ditemukan cacatnya. Namun setelah diteliti lebih dalam, ternyata di situ ada sesuatu yang membuat kualitas hadis menjadi lemah. Hal ini dalam musthalah hadis diistilahkan dengan ‘illah.
Itulah lima kriteria yang perlu diperhatikan pada saat menguji apakah sebuah hadis shahih atau tidak. Kalau hilang salah satu dari