Sebagai pemimpin umat, Rasulullah saw pernah menyampaikan sebuah pidato mengenai nilai-nilai yang harus ditanamkan dalam masyarakat. Pidato tersebut tertulis di dalam salah satu hadisnya, “Wahai sekalian manusia! Sebarkanlah salam (kedaimaian, keselamatan), berilah makan, wujudkanlah cinta-kasih kekeluargaan dan saat orang sedang tidur, laksanakanlah shalat malam. Niscaya kalian akan masuk surga dengan penuh damai dan keselamatan.” (HR. Tirmidzi)
Hadis singkat ini bisa disebut sebagai salah satu pidato politik yang mengandung dampak sosial yang luas tidak hanya bagi umat Islam saja. Sebab dalam hadis di atas, Rasulullah menyampaikan tidak menggunakan kata wahai muslim atau wahai muslim melainkan menggunakan wahai manusia.
Dalam hadis ini Rasulullah sebagaimana dalam hadis ini memerintahkan empat hal. Pertama untuk menebarkan salam yang bermakna perdamaian dan keselamatan. Dalam level tertentu hal ini bisa dipahami sebagai upaya untuk menciptakan perdamaian, rekonsiliasi dan pembangunan sosial politik umat.
Sejarah telah mencatat bahwa fanatisme masyarakat Arab pra-Islam sering menyebabkan perselisihan, pertikaian hingga pertumpahan darah antar suku dan klan. Konflik tersebut sudah mendarah daging dan diwariskan turun menurun. Jika tidak keberatan, tradisi ini bahkan masih bisa ditemukan sampai sekarang. Misalnya pada waktu itu adalah permusuhan yang masyhur antara suku Aus dan Khazraj.
Berkat upaya Rasulullah saw, fanatisme kesukuan ini diganti dengan nilai-nilai persaudaraan sebagai upaya untuk mewujudkan keadilan berdasarkan wahyu ilahi. Maka, diciptakanlah rekonsiliasi antar berbagai golongan yang tadinya saling berperang.
Karena semangat fanatisme kesukuan, masyarakat akan mempertahankan mati-matian walaupun yang dibela adalah salah dan akan melawan suku lain walaupun yang dimusuhi adalah benar. Semangat negatif inilah yang diubah oleh Rasulullah Muhammad saw dengan mengajarkan nilai-nilai keadilan. Walaupun terkadang penegakan keadilan tersebut harus merugikan kerabat sendiri.
Kedua, berilah makan. Secara tidak langsung perintah ini adalah isyarat nabi agar masyarakat bergerak untuk membangun ekonomi. Setelah keamanan dan perdamaian tercipta, pilar asasi berikutnya adalah jaminan kebutuhan masyarakat agar tidak kelaparan. Perintah ini diperkuat dengan hadis yang lain. Rasulullah bersabda, “Tidak beriman seseorang yang melewati malam sementara tetangganya lapar, padahal ia mengetahuinya.”
Dalam praktiknya, Rasulullah menyisihkan sebuah tempat khusus di serambi masjid yang disebut dengan Shuffah untuk digunakan sebagai tempat berteduh bagi orang-orang tunawisma. Selain itu, rasulullah juga memerintahkan untuk mengeluarkan zakat sebagai distribusi kekayaan dari orang kaya kepada orang miskin agar tidak terjadi kesenjangan. Sayang sekali hal ini belum terwujud dalam kehidupan umat Islam saat ini.
Perintah Rasulullah ini juga merupakan ide ekonomi guna mencegah eksploitasi, kecurangan, monopoli, penipuan dan kezaliman lain dalam perekonomian. Jika saja, apa yang disampaikan oleh Rasulullah ini dikelola dengan baik maka umat Islam tak perlu mengemis untuk memenuhi hajat hidupnya.
Ketiga, perintah untuk membangun cinta kasih kekeluargaan yakni mewujudkan budaya kemanusiaan berdasar nilai-nilai cinta. Perintah ini diperkuat oleh hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Rasulullah saw bersabda, “Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman. Kalian tidak akan beriman hingga kalian saling mencintai.” Dalam riwayat Tirmidzi disebutkan, “Cintailah yang di bumi. Maka yang di langit (Allah dan malaikat) akan mencitaimu.”
Dengan tegas hadis ini menunjukkan bahwa hubungan baik sesama makhluk Allah yang ada di bumi akan berdampak pada hubungan baik Allah kepada makhluknya. Jika sudah bisa berbuat baik sesama manusia dan makhluk di bumi lainnya, maka Allah akan berbuat baik kepadanya.
Keempat, perintah shalat malam. Setelah tiga perintah yang berhubungan antar sesama manusia, Allah baru memberikan perintah untuk tidak melupakan bangunan dimensi spiritual manusia. Sebaik apapun manusia kepada sesama, ia tetap perlu untuk menghidupkan jiwanya agar senantiasa dekat dengan Allah.
Untuk menunjukkan hubungan baik kepada Allah salah satu langkahnya adalah dengan berusaha terus berdekatan dengan Allah secara intensif. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa,”Setiap malam Allah turun ke langit dunia untuk mendengar doa hamba-Nya.”
Terlepas dari isi materi hadis. Secara tidak langsung Rasulullah menunjukkan bahwa di dalam dirinya terdapat sifat negarawan. Sumbangan besar mengenai konsep pembangunan masyarakat ini hendaknya dikembangan dalam masyarakat hari ini agar tercipta keadilan. Tentu saja harus dilakukan dengan cara yang cerdas melalui pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi.