Konflik Islam-Hindu India: Mengapa Artis Muslim Bollywood Memilih Bungkam?

Konflik Islam-Hindu India: Mengapa Artis Muslim Bollywood Memilih Bungkam?

Kita belum mendengar komentar artis Bollywood muslim seperti Shah Rukh Khan, Salman Khan, dan Aamir Khan.

Konflik Islam-Hindu India: Mengapa Artis Muslim Bollywood Memilih Bungkam?
Trio Khan- Shah Rukh Khan, Salman Khan, Aamir Khan (Islami.co)

David Letterman, seorang pembawa acara asal Amerika merasa takjub saat melihat kerumunan orang berdesak-desakkan di sebuah sudut Mumbai, salah satu kota terpadat di dunia. Ia memperkirakan ada sekitar puluhan ribu orang menunggu seorang artis Bollywood keluar dari rumahnya. Pria berjanggut lebat ini sepanjang hidupnya mengaku tidak pernah memiliki pengalaman bertemu langsung dengan ratusan ribu fans fanatik yang rela memadati rumah artis pujaannya.

Semua orang di India tahu bahwa sang artis memiliki kegiatan rutin setiap hari raya Idul Fitri, yaitu menerima dan menyapa ratusan fansnya langsung dari luar rumahnya.

“Aku melihat mereka datang, sepertinya mereka dari siang,” ujar Letterman kepada sang artis.

Bagi orang Indonesia, artis ini tak asing. Saya sendiri hampir pernah menonton semua film yang ia bintangi, mulai dari Kuch-kuch Hota Hai, Mohabbattain, Asoka, Veer-Zara, Main Hoo Na, Kal Ho Na Ho, Asoka, Dwilogi Don, Ra One, Happy New Year, Dilwale, Rabne Bana di Jodhi, hingga Diwane Dulhalia Le Jayenge (DDLJ). Film yang disebutkan terakhir ini diputar di bioskop India selama 20 tahun lebih. Sebagai film terlaris di India, film ini pun di-notice oleh Marvel dalam serial Ms Marvel. Siapa lagi kalau bukan Shah Rukh Khan.

Shah Rukh sangat dikagumi oleh fansnya. Ia sudah seperti Raja Bollywood. Siapapun orang India yang mendengar namanya atau melihat wajahnya pasti menyukainya. Selain bintang film terkenal, Shah Rukh juga memiliki aktivitas lain: pemilik klub kriket hingga mendirikan organisasi swasta yang menolong para perempuan korban penyiraman asam.

“Karena aku dikelilingi perempuan dan belajar banyak dari mereka, jadi aku ingin melakukan sesuatu buat mereka,” tandas pemeran Rahul dalam Kuch-kuch Hota Hai ini.

Dalam wawancaranya dengan David Letterman di Netflix, Shah Rukh menyebutkan, ia dan organisasi kecilnya memiliki jaringan di berbagai kota di India untuk menolong para korban penyiraman asam, mulai pengobatan, hingga pendampingan hukum. Saat itu di beberapa kota India terjadi kekerasan seksual yang begitu parah, bahkan beberapa kali korban yang tidak menurut harus rela kehilangan wajah cantiknya.

Sebagai seorang artis tampan, memiliki banyak fans, pemilik kriket, dan peduli sesama, Shah Rukh Khan terlihat begitu sempurna. Sayangnya, popularitasnya tidak membuatnya superior dan berada di atas segalanya. Ada satu hal yang nampaknya saat ini sangat ia hindari, berkomentar tentang politik dan agama, termasuk tentang konflik Islam dan Hindu di India.

Hingga artikel ini ditulis, kanal Twitternya yang diikuti 42,5 juta orang dan instagramnya yang memiliki 30 juta pengikut masih bungkam. Baik akun Instagram maupun Twitter, tidak ada satupun yang memberi komentar situasi konflik Islam-Hindu yang kini masih berlangsung di India.

Bukan hanya Shah Rukh Khan, duo Khan yang lain, Salman Khan dan Aamir Khan juga sama. Salman Khan memiliki pengikut di Twitter 44.1 juta dan pengikut di Instagram 53 juta. Sedangkan Amir Khan belum memiliki akun Instagram maupun Twitter yang terverifikasi.

Hal ini sangat disayangkan beberapa orang. Shaan Shahid misalnya, salah satu film maker asal Pakistan menyangkan kebungkaman tiga Khan ini. Menurutnya, Trio Khan, sebagai artis Bollywood, muslim berpengaruh di India seharusnya memiliki kontribusi untuk menghentikan konflik rasial di India, minimal, menurutnya, dengan bersuara di media sosial mereka masing-masing.

Anubhav Sinha, seorang sutradara yang pernah menyutradarai Shah Rukh Khan di film Ra One (2011) juga mengatakan hal sama. Setidaknya, menurut Sinha, suara mereka bisa mempengaruhi jutaan orang.

“Satu kata dari mereka dapat mempengaruhi jutaan orang,” tutur Sinha sebagaimana dikutip Reuters.

Kantor berita Aljazeera mengklaim telah menghubungi ketiga artis Bollywood tersebut. Namun mereka tetap bungkam.

Meskipun Artis dengan Beragam Popularitas, Mereka tetap Minoritas

Shah Rukh Khan, Salman Khan, dan Aamir Khan adalah bagian dari minoritas muslim di India, meskipun mereka artis dan memiliki puluhan juta pengikut. Namun jika dibandingkan jumlah populasi di India saat ini, follower Instagram dan Twitter mereka tetap tidak ada apa-apanya. Data World Bank menyebutkan populasi India saat ini mencapai 1.38 miliar, per tahun 2020. Jumlah populasi India nomer dua terpadat di dunia setelah Tiongkok dan di atas Amerika Serikat. Umat muslim di India hanya 14% dari total populasi, sekitar 195 juta. Jumlah ini bisa jadi salah satu terbanyak di dunia, tapi jika dibandingkan dengan jumlah populasi, tetap saja mereka minoritas. Diakui atau tidak trio Khan tetap bagian dari minoritas ini.

Bagaimanapun menjadi minoritas adalah sebuah identitas yang cukup mencolok. Sebagai minoritas, mereka akan berusaha untuk  tidak mengecewakan populasi fans terbesar mereka. Siapa fans terbesar mereka? Dipercaya atau tidak, fans terbanyak mereka jelas orang Hindu, meskipun mereka muslim. Asghar Ali E sudah pernah menyebutkan dalam salah satu artikelnya berjudul Secularism in India: a Minority Prespective (2010), minoritas agama di India memiliki kekhawatiran atas agama dan budaya mereka di tengah mayoritas hindu yang luar biasa.

Bose dan A. Jalal dalam Modern South Asia: History, Culture, Political Economy (Routledge, 2011) menyebutkan, ada beberapa problem minoritas muslim di India, di antaranya adalah problem identitas, ekonomi, dan keamanan. Dua problem terakhir ini yang paling penting dan bisa jadi sangat dipertimbangkan oleh artis Bollywood yang muslim, tak terkecuali trio Khan.

Peradilan dan Hukum yang Manipulatif

Richa Chadha, salah satu aktris India pernah bersuara terkait keengganan para aktor-aktris Bollywood berkomentar, termasuk para aktor dan aktris muslim. Menurut istri Faizal Ali ini, di India tidak ada serikat aktor yang sangat kuat. Di sisi lain, mereka kurang percaya dengan peradilan yang ada di India saat ini.

“Mengapa aktor India tidak berbicara seperti Robert de Niro dan Jane Fonda? Faktanya, saya tidak berpikir kita memiliki peradilan bebas yang berfungsi penuh. Tidak seperti di Barat, kami tidak memiliki serikat aktor yang kuat, yang dapat melindungi seseorang jika mereka dilecehkan karena bersuara,” tutur Chadda sebagaimana dilansir dari France24.com.

Debasish Roy Chowdhury dalam salah satu artikelnya berjudul In Modi’s India, There’s No More Room for Muslim Bollywood Superstars mengklaim, manipulasi hukum pernah terjadi pada Shah Rukh Khan. Putranya yang bernama Aryan pernah ditangkap polisi India saat mengikuti pesta bersama dua orang sahabatnya. Aryan terlalu cepat divonis menggunakan narkoba meskipun ia sama sekali belum pernah dites, bahkan tidak ada bukti narkoba jenis apapun yang ditemukan.

Aryan pun akhirnya dibebaskan pada 30 Oktober 2021 setelah dipenjara selama kurang lebih satu bulan. Pembebasan itu disebut terjadi setelah ada serangkaian pertemuan dan kesepakatan antara polisi dan pihak Shah Rukh Khan. Menurut Chowdhury, drama penangkapan putra ‘King’ Khan ini menjadi sebuah sinyal dari Modi bahwa muslim terkuat di India seperti ‘King’ Khan bukanlah siapa-siapa.

Even powerful Muslims aren’t safe anymore (Bahkan Muslim yang powerful pun tak lagi aman),” tulis Chowdhury.

Trio Khan di India = Minoritas di Negeri Kita

Alhasil, Memahami posisi Shah Rukh Khan, Salman Khan, Aamir Khan, dan beberapa artis Bollywood yang lain adalah sebagaimana kita memahami posisi para actor dan aktris non-muslim (bahkan muslim) di negara kita. Beberapa kali mereka mungkin melalui kanal media sosialnya berani menyuarakan pendapatnya, namun jika berkaitan dengan isu keagamaan, apalagi isu agama mayoritas, mereka lebih banyak memilih diam.

Mengapa? Ya jawabannya simpel, sedikit banyak mereka memiliki kekhawatiran yang sama dengan Trio Khan dan para artis India yang lain. Tentu hal ini sangat dimaklumi. Mereka bisa jadi memiliki banyak pengikut di media sosial, ratusan ribu, bahkan jutaan. Namun dalam isu agama mayoritas, apalagi isu kontroversial, pengikutnya itu bisa jadi lari dan menyebabkan kerugian mereka sendiri.

(AN)