Tidak asing bagi kita, melihat orang yang jatuh cinta dan memendam rindu pada pandangan pertama. Jatuh cinta dalam pandangan pertama adalah ketika seseorang tiba-tiba jatuh cinta kepada seseorang yang ia jumpai untuk pertama kali, atau jatuh cinta dengan hanya memandang dari jauh orang yang belum dikenalnya sama sekali. Bahkan nama dan tempat tinggal serta identitasnya pun tidak ia ketahui. Dan hal ini sering terjadi dalam diri manusia, termasuk pada masa dahulu.
Sebagaimana dikisahkan oleh Ibnu Hazm dalam kitabnya Thauq al-Hamamah, bahwa salah seorang sahabatnya yang bernama Abu Bakar Muhammad bin Ahmad bin Ishaq pernah bercerita tentang sebuah kisah yang didengarnya dari al-Qadhi bin al-Khida’. Dia berkisah tentang sosok yang bernama Yusuf bin Harun, yang merupakan seorang penyair terkenal pada masanya dan mendapat julukan al-Ramadi.
Pada suatu hari, Yusuf bin Harun sedang berjalan-jalan di sepanjang jalan al-‘Atharin yang ada di kota Cordoba. Al-‘atharin sendiri merupakan sebuah tempat yang dikenal sebagai tempat berkumpulnya kaum perempuan. Di tempat inilah, Yusuf bin Harun melihat seorang gadis yang telah berhasil mencuri hatinya. Hingga akhirnya gadis tersebut membuat Yusuf bin Harun penasaran. Karena penasaran, Yusuf bin Harun pun mengikuti langkah kaki sang gadis pujaannya itu kemanapun dia pergi.
Setelah diikuti, ternyata sang gadis pergi melewati jembatan dan menyeberanginya. Kemudian dia meluncur ke sebuah tempat yang terkenal dengan nama Rabadh. Rabadh merupakan sebuah taman yang dimiliki oleh Dinasti Marwan, yang letaknya berada di sebuah pemakaman milik dinasti tersebut.
Ketika sang gadis sampai di taman tersebut, tiba-tiba sang gadis melihat ke arah Yusuf bin Harun yang sedang sendirian dan jauh dari orang-orang. Gadis tersebut kemudian mengamati Yusuf bin Harun yang sedang memperhatikan dirinya. Sang gadis akhirnya mendekati Yusuf dan bertanya, “mengapa tuan mengikuti saya?”
Ditanya seperti itu, Yusuf pun berterus terang alasan kenapa dia mengikutinya. Yusuf pun mengatakan kepada gadis tersebut bahwa dirinya mencintainya. Mendengar Yusuf berkata seperti itu, si gadis langsung berkata dengan ketus, “Jauhkan pikiran itu darimu! Jangan kau pancing kemarahanku! Tidak ada harapan bagimu, dan tidak ada jalan bagimu untuk mendapatkanku.”
Mendengar ucapan sang gadis, Yusuf langsung menyahut, “Sungguh, dengan memandangmu saja aku sudah cukup.” “kalau cuma itu, silahkan saja!” jawab si gadis dengan singkat.
Yusuf lalu bertanya kepadanya, “Wahai gadis pujaanku! Kau ini perempuan merdeka atau hamba sahaya?” “aku Hamba Sahaya.” Jawab gadis tersebut dengan singkat.
Jawaban singkat, tidak membuat Yusuf menyerah. Dia pun kembali bertanya, “Siapa namamu?” “Khalwah”, jawab si gadis dengan singkat.
Masih belum menyerah untuk membuka obrolan, Yusuf pun kembali bertanya, “Siapa majikanmu?”
Si gadis lalu menjawab, “Demi Allah. Pengetahuanmu tentang apa yang ada di langit ketujuh itu jauh lebih dekat kepadamu ketimbang apa yang kau tanyakan kepadaku. Sungguh, jawaban atas pertanyaanmu itu tidak akan pernah kau dapatkan.” Sebuah jawaban yang memberi kode untuk segera mundur alon-alon dari gadis tersebut kepada Yusuf.
Tapi jawaban tersebut justru membuat Yusuf semakin penasaran. Dia pun kembali bertanya, “Wahai gadis pujaanku, di mana aku bisa melihatmu kembali?”
Sang gadis lalu menjawab, “Seperti kau melihatku hari ini. Pada waktu yang sama, setiap hari Jum’at.” Si gadis kembali melanjutkan perkataannya, “sekarang aku yang pergi atau kamu yang pergi.”
“Pergilah kau dalam lindungan Allah.” Kata Yusuf kepada gadis pujaannya tersebut.
Gadis tersebut kemudian pergi menuju jembatan. Dan Yusuf kini tidak lagi mengikutinya, karena gadis itu selalu menoleh ke arahnya untuk memastikan bahwa dirinya tidak diikuti kembali. Setelah gadis tersebut melewati ujung jembatan, Yusuf masih berusaha mencarinya namun hasilnya sia-sia karena tidak menemukannya.
Sejak kejadian tersebut, Yusuf selalu mendatangi jalan al-‘Atharin dan kawasan Rabadh. Namun, saat itu juga dia tidak pernah lagi mendapat kabar tentang gadis yang bernama Khalwah, apalagi bertemu dengannya. Dia juga tidak pernah bertemu dengan orang-orang yang dikenal oleh Khalwah. Hal tersebut pun membuat hati Yusuf selalu resah, galau dan gundah gulana karena memikirkannya. Dan sejak itulah, Khalwah menjadi nama yang selalu menghiasi puisi-puisi Yusuf bin Harun.
Hingga pada suatu hari, Yusuf bin Harun mendapat kabar tentang gadis pujaannya tersebut. Hal tersebut terjadi saat dia sedang pergi meninggalkan Cordoba untuk ke Zaragoza dalam rangka mencari cintanya itu.
Sebab kisah tersebut, Ibnu hazm pun langsung membuatkan sebuah sya’ir akan kisah cinta itu;
عيني جنت في فؤادي لوعة الفكر # فأرسل الدمع مقتصا من البصر
Pandangan mataku menenggelamkan kesedihan # Dan air mata pun gerimis tak tertahankan.
فكيف تبصر فعل الدمع منتصفا # منها بإغراقها في دمعها الدرر
Bagaimana kujelaskan perangai air mataku # Ia tenggelam dan bercucuran dalam gugu.
لم ألقها قبل إبصاري فأعرفها # وأخر العهد منها ساعة النظر
Tak pernah aku bertemu dan melihatnya kini # Selain pertemuan pertama dan terakhir kali.
Seseorang yang jatuh cinta pada pandangan pertama, lalu segera memutuskan untuk menjalin tali cinta dengannya. Menurut Ibnu Hazm adalah sosok yang sedikit kesabarannya, gampang berkeluh kesah sifatnya dan cepat bosan. Sehingga suatu saat rasa cintanya tersebut akan cepat memudar. Karena cinta itu ditumbuhkan, dirawat dan dijaga.
Karena cinta itu ditumbuhkan dan dibangun melalui sebuah perkenalan, pertemuan dan perhatian yang mendalam. Bukan hanya sebatas lewat pandangan pertama, apalagi hanya lewat senyum manisnya, apalagi sebatas meminjamkan barang dan sebagainya.
Oleh karena itulah, bangunlah cintamu dengan mengenalinya. Karena salah satu prinsip cinta adalah mengenal terlebih dahulu, sebelum menjatuhkan hatimu. Sebab, apapun yang cepat tumbuh dan berkembang, ia akan cepat mati dan tumbang. Adapun yang lambat tumbuh dan berkembang, ia tak gampang mati dan tumbang, begitu juga dalam cinta dan berbagai hal lainnya.