Siapa yang tak mengenal Umar bin Khattab? Umar bin Khattab adalah khalifah kedua yang menggantikan Abu Bakar Ash-Shidiq. Di masa kepemimpinan Umar bin Khattab, peradaban Islam mulai menyebar ke berbagai wilayah di dunia dan beliau dijuluki sebagai Amirul Mu`miniin atau pemimpin orang-orang yang beriman. Umar bin al-Khattab lahir di Mekkah dan berasal dari Bani Adi yang masih satu rumpun dari suku Quraisy.
Umar bin Khattab memiliki postur fisik yang kuat dan bahkan menjadi juara gulat di Mekkah. Sebelum memeluk Islam, Umar bin Khattab dijuluki sebagai “Singa Padang Pasir”. Pasalnya, ia merupakan pemuda yang disegani dan ditakuti akibat memiliki watak yang keras. Bahkan Umar bin Khattab menjadi pemuda yang sangat keras dalam membela agama tradisional Arab yang saat itu masih menyembah berhala. Namun sejak memeluk Islam, Umar bin Khattab dikucilkan dari pergaulan di Mekkah dan ia tidak lagi dihormati oleh para petinggi Quraisy.
Umar bin Khattab pun kemudian memutuskan untuk pergi berhijrah ke Madinah bersama Rasulullah SAW pada tahun 622. Saat Abu Bakar menjadi seorang khalifah, Umar bin Khattab menjadi salah satu penasehat kepalanya. Kemudian setelah Abu Bakar meninggal dunia pada tahun 634, Umar bin Khattab pun ditunjuk sebagai khalifah kedua dalam sejarah Islam yang menggantikan Abu Bakar. Dalam masa pemerintahan Umar bin Khattab, kekuasaan Islam pun tumbuh dengan sangat pesat.
Pada masa itu, ada dua negara yang begitu adidaya. Kedua negara tersebut yaitu Persia dan Romawi. Namun di bawah tampuk kepemimpinan Umar bin Khattab, kedua wilayah adidaya tersebut sanggup ditaklukkan oleh Islam. Dengan demikian, Islam juga mengambil alih Mesopotamia dan Persia dari tangan dinasti Sassanid, serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari ke Kaisaran Romawi (Byzantium). Meski menjadi seorang pemimpin yang hebat, Umar bin Khattab tetap dikenal memiliki kehidupan yang sederhana dan merakyat.
Dalam ibadah haji terakhir yang dilakukan oleh Umar bin Khattab, tepatnya pada bulan Dzul Hijjah tahun 23 H, Umar pernah berdoa kepada Allah agar kelak diwafatkan dalam kondisi syahid. Dalam kesempatan tersebut Umar bin Khattab berdoa, “Ya Allah, usiaku telah lanjut. Kekuatanku telah berganti lemah. Sementara kekuasaanku (tanggung jawabku) kian luas. Cabutlah nyawaku tanpa disia-siakan.” Kemudian ia kembali ke Madinah. (Tarikh al-Madinah oleh Ibnu Syibh)
Suatu ketika, Umar bin Khattab tengah menjadi imam dalam salat subuh, Beliau ditikam oleh seseorang setelah bertakbir dan membaca suratan Alquran. Dalam sebuah riwayat, Ibnu Abbas mengisahkan, “Umar ditikam di pagi hari. Yang menikamnya adalah Abu Lu’lu’ah, budak dari Mughirah bin Syu’bah RA. Abu Lu’lu’ah adalah seorang majusi.” Kemudian Abu Rafi’ RA mengatakan, ‘Abu Lu’lu’ah adalah budak milik Mughirah bin Syu’bah. Ia bekerja membuat penggilingan yang dijalankan dengan tangan. Sebagai tuannya, Mughirah menetapkan mengambil uang sebanyak 4 dirham darinya. Lalu Abu Lu’lu’ah mengadukan hal ini kepada Umar, ‘Wahai amirul mukminin, sungguh Mughirah memberatkanku. Bicaralah kepadanya agar memberi keringanan untukku.’
Kemudian Umar menanggapinya dengan mengatakan, ‘Bertakwalah kepada Allah. Berbuat baiklah (ma’ruf) kepada tuanmu.’ Di hadapan Abu Lu’lu’ah, Umar berbicara demikian untuk menenangkannya. Namun Umar bin Khattab juga berencana berbicara dengan Mughirah agar memberi keringanan untuk Abu Lu’lu’ah. Namun sang budak tak menerima masukan Umar. Ia marah dan bergumam, ‘Keadilannya untuk semua orang kecuali aku!’ Ia pun berazam akan membunuh Umar.
Sejak saat itu, Abu Lu’lu’ah membuat khanjar (belati Arab) yang memiliki dua mata dan mengasahnya tajam-tajam sehingga sangat mematikan. Kemudian di saat Abu Lu’lu’ah tepat berada di belakang Umar bin Khattab dalam barisan salat, Abu pun menghujamkan khanjar ke ketiak dan pinggang Umar bin Khattab. Tiga hari kemudian, Umar bin Khattab pun meninggal dunia dan dimakamkan di samping makam Rasulullah SAW.