Di dalam Tafsir Al-Qur’anul Karim, Ibnu Katsir menjelaskan dengan mengutip sebuah hadis riwayat Imam Malik. Bahwa Aisyah berkata, ketika Rasulullah jatuh sakit, maka Rasulullah akan membaca surat Al-Mu’awwidzatain untuk dirinya sendiri dan meniupkannya sebagai obat, termasuk untuk sihir. Namun, ketika rasa sakitnya semakin parah, maka Aisyah akan membacakan surat Al-Mu’awwidzatain dan mengusapkan ke kedua tangan Rasulullah untuk mendapat berkah.
Memang, Al-Mu’awwidzatain berarti dua perlindungan. Nama Al-Mu’awwidzatain dinisbahkan kepada dua surat terakhir menurut tartib mushafi, yaitu surat Al-Falaq dan surat Al-Naas. Hal ini bukan tanpa alasan, mengingat surat Al-Falaq dan surat Al-Naas, keduanya bukan saja sama-sama berisi permohonan perlindungan kepada Allah. Namun keduanya juga memiliki sebab turun (asbab al-nuzul) yang sama.
Ada satu riwayat dari Ibnu Abbas, ia mengatakan, surat Al-Mu’awwidzatain diturunkan berkenaan ketika pada satu malam Rasulullah tiba-tiba mengalami sakit keras. Ketika Rasulullah sakit, turun dua Malaikat, satu di samping kepalanya, dan yang satu lagi di samping kakinya. Malaikat yang berada di samping kedua kakinya bertanya kepada Malaikat yang berada di samping kepala Rasulullah; “Apa yang kamu lihat?”. Malaikat yang berada di samping Rasulullah menjawab; “Tabb”.
Malaikat yang berada di samping kaki Rasulullah bertanya kembali, “Apakah Tabb itu?”. Lalu Malaikat yang berada di samping kepala Rasulullah menjawab, “Tabb itu sihir”. Dari dialog yang dilakukan oleh kedua malaikat tersebut, diketahuilah bahwa Rasulullah sedang disihir oleh seorang kafir dari Bani Zuraiq, sekutu Yahudi, bernama Luba’id Al-A’sam. Sihir tersebut berupa rontokan rambut yang dibundel, dan ditaruh di kulit mayang kurma jantan di dasar sumur Dzarwan.
Memasuki pagi hari, pada waktu subuh, Rasulullah mengutus Ammar Ibnu Yasir beserta beberapa orang lain untuk mengambil buntelan sihir di sumur Dzarwan. Setelah sampai, mereka terkejut karena melihat warna air sumur yang berubah kemerahan. Lantas mereka mengurasnya dan mengangkat keluar batu besar yang ada di dalam sumur Dzarwan. Setelah di angkat, ternyata ditemui satu bundelan yang berisi rontokan rambut dan diikat oleh sebelas tali (buhul) yang tidak bisa dibuka.
Akhirnya, turun malaikat Jibril dengan mewahyukan surat Al-Falaq dan surat Al-Naas kepada Rasulullah. Lantas Rasulullah membacakan surat Al-Mu’awwidzatain yang berjumlah sebelas ayat, dan ketika Rasulullah membaca satu ayat, maka dengan mudah satu tali (buhul) dari bundelan sihir tersebut dapat di buka, begitu seterusnya sampai terbuka semua, setelah itu bundelan sihirpun dibakar.
Di dalam buku terjemah Tafsir Al-Jalalain: Berikut Asbabul Nuzul Ayat dijelaskan, bahwa pada riwayat Ibnu Abbas ini terdapat syahid dalam kitab shahih, hanya tidak disebutkan turunnya kedua surat tersebut. Tetapi, ada riwayat yang menguatkan, yaitu hadis riwayat Anas Ibnu Malik, yang diambil dari Imam Abu Na’im di dalam kitab Ad-Dalaail-nya.
Terakhir, patut di catat, meskipun sebab turunnya ayat ini berkaitan dengan obat penghalau sihir, namun ayat ini bukan hanya sebatas itu, tetapi berlaku untuk memohon perlindungan dari semua kejahatan. Termasuk di dalamnya kejahatan yang dilakukan oleh diri sendiri, dan kejahatan dari orang lain, seperti sifat iri dan dengki, serta kejahatan pada waktu malam, seperti sihir dsb. Sebagaimana apa yang telah dijelaskan oleh Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah ketika menafsirkan surat Al-Falaq.
Akhir kalimat, semoga Allah selalu memberikan perlindungan bagi kita semua dari bahaya fitnah di dunia dan akhirat. Aamiin ya robbal alamin. (AN)