Dalam kitab Hilyatul Auliya’ wa Tabaqat al-Asfiya’, terdapat sebuah kisah menarik tentang sikap ikhlas. Abu Nu’aim al-Asfahani mengisahkan sosok Syibl al-Madari sebagai seorang sufi yang mempunyai sikap lemah lembut. Beliau juga termasuk di antara orang-orang yang ikhlas, dan selalu berpasrah diri kepada Allah Swt.
Alkisah, suatu ketika Syibl al-Madari sangat ingin makan daging. Dia pun membeli daging untuk dibawa pulang. Tetapi, ketika membawa daging tersebut tiba-tiba ada burung rajawali yang terbang rendah dan menyambar daging yang dibawanya. Melihat daging yang dibelinya terbang di cengkeraman burung rajawali, Syibl al-Madari pun mengikhlaskannya. Dia langsung niat puasa sunnah dan pergi ke masjid untuk beribadah.
Setelah berhasil mengambil daging, si rajawali ini pun terbang. Namun, ketika terbang ada burung rajawali lain yang juga mengincar daging yang ia sambar dari Syibl al-Madari. Saling rebut antara dua burung rajawali pun terjadi, hingga akhirnya daging itu terjatuh.
Ternyata, atas kuasa Allah, daging tersebut jatuh tepat di pangkuan istri Syibl al-Madari. Sang istri yang mendapatkan daging tersebut, langsung memasaknya. Ketika Syibl al-Madari pulang ke rumah untuk berbuka puasa, istrinya menghidangkan makanan berupa daging kepada suaminya tersebut.
Melihat hidangan daging tersebut, Syibl al-Madari bertanya kepada sang istri, “Dari mana kamu mendapatkan daging ini?”
Sang istri kemudian bercerita, bahwasanya ada dua rajawali yang sedang terbang di atas rumahnya, dan saling berebut daging. Daging tersebut akhirnya jatuh, dan jatuh tepat di atas pangkuannya, hingga kemudian dimasak dan menjadi hidangan tersebut.
Mendengar cerita sang istri, Syibl al-Madari langsung menangis dan berkata, “Segala puji bagi Allah yang tidak pernah melupakan Syibl, meskipun Syibl sering melupakannya.”
Memang benar bahwasanya rezeki tidak akan pernah tertukar karena Allah Swt sudah menentukannya. Namun, manusia tetap diperintah untuk menjemput atau berusaha untuk mendapatkannya. Tentu saja dalam menjemput rezeki, banyak rintangan yang harus dilalui. Sehingga jika memang sudah rezekinya, sesulit apapun akan tetap menjadi miliknya. Sebagaimana daging yang diambil oleh Syibl al-Madari, direbut oleh rajawali dan akhirnya kembali lagi kepadanya.
Akan tetapi, jika belum menjadi rezekinya, maka Allah SWT akan menggantinya dengan yang lebih baik. Oleh karena itulah, tugas manusia adalah selalu berusaha dan berdoa kepada Tuhannya.
Begitu juga dengan jodoh. Karena jodoh, mati dan rezeki adalah misteri. Jika memang ditakdirkan untuk berjodoh, walaupun sempat pisah, pasti akan dipertemukan kembali. Kalau jodoh, yakinlah nggak kemana. Begitulah kira-kira ungkapan populer yang sering kita dengar. Sebagaimana Syibl al-Madari yang kembali berjodoh dengan daging yang diinginkannya. Justru daging tersebut sudah dalam keadaan yang lebih baik daripada waktu diambil olehnya, yaitu sudah matang dan siap dimakan.
Dalam menjalani kehidupan di dunia, manusia memang sering melupakan Sang Penciptanya. Namun Allah Swt adalah dzat yang melimpah kasih sayangnya, baik di dunia maupun akhirat kepada makhluk ciptaan-Nya. Baik ketika para hamba-Nya sedang lupa. Karena itulah, jangan lelah untuk mengingat Allah SWT yang selalu memberi banyak nikmat kepada para hamba-Nya dibanding memberi cobaan dan siksa. Hanya saja, para hamba-Nya ketika diberi nikmat justru lupa untuk bersyukur dan sering lupa kepada Tuhannya.
Padahal jika bersyukur, justru Allah Swt akan menambahkan nikmat rezeki kepada manusia. Sebagaimana kisah ikhlas Syibl al-Madari, ketika beliau tidak jadi mendapatkan daging beliau mensyukuri hal tersebut dengan niat puasa sunnah. Hingga akhirnya pun, beliau buka dengan menu yang penuh kenikmatan.
Begitulah hidup. Jika sesuatu yang sedikit kita syukuri, maka akan terasa nikmat dan tentu Allah Swt perlahan-lahan akan menambahnya. Karena Allah SWT menyukai orang-orang yang bersyukur atas nikmat dan karunia-Nya.