Alkisah, ada seorang laki-laki yang ingin menjual kain untuk keperluan makan keluarganya. Lelaki itu pun keluar dari rumahnya dengan membawa kain untuk dijual dengan harga satu dirham. Setelah mendapatkan uang dari hasil penjualan kainnya tersebut, lelaki itu pun ingin memanfaatkan uangnya untuk membeli tepung roti. Namun dalam perjalanan membeli roti, ia bertemu dengan dua orang yang sedang bertengkar. Dimana masing-masing dari dua orang tersebut telah memegang kepala lawannya.
Melihat kejadian tersebut, si lelaki pun bertanya, “Apa yang terjadi?”
Salah seorang pun menjawab “Mereka bertengkar untuk memperebutkan uang satu dirham.”
Mendengar jawaban tersebut, si lelaki itu kemudian memberikan uang satu dirham hasil penjualan kain kepada salah seorang yang bertengkar. Kedua orang itu pun akhirnya tidak jadi bertengkar dan saling membunuh karena berebut satu dirham. Namun, kini si lelaki tidak memiliki uang lagi dan tidak jadi membeli tepung roti untuk makan keluarganya.
Lelaki tersebut kemudian pulang ke rumah, dan menemui istrinya. Kepada sang istri, ia menceritakan apa yang baru saja terjadi. Sebagaimana dijelaskan oleh at-Tanukhi dalam al-Faraj Ba’da Syiddah, Istri lelaki tersebut kemudian mengumpulkan barang-barang yang bisa dijual. Setelah terkumpul, lelaki itu kembali pergi ke pasar untuk menjual barang-barang yang telah dikumpulkan istrinya. Namun, barang-barang yang dibawanya tersebut sudah tampak kusam.
Dalam perjalanan untuk menjual barang-barang tersebut, si lelaki bertemu dengan orang yang menjual ikan. Dan ikan yang dijual itu pun tampak sedikit membusuk.
Kepada si lelaki, penjual ikan pun berkata, “Kisanak, maukah engkau menjual barang-barang usangmu dengan ikan yang sudah agak membusuk ini?”
Ternyata lelaki itu tidak keberatan. Ia pun membeli ikan dengan barang-barangnya yang sudah nampak kusam yang dikumpulkan oleh istrinya. Setelah itu, ia pun pulang. Setelah sampai di rumah dengan membawa ikan yang agak membusuk, ia berkata kepada istrinya, “Bersihkanlah ikan ini, lalu masaklah! Kita sudah sangat lapar.”
Sang istri pun segera membersihkan ikan yang dibawa suaminya, dan mengeluarkan kotoran yang ada dalam perut ikan tersebut.
Saat membersihkan perut ikan yang mulai membusuk, sang istri dikagetkan dengan sesuatu yang di luar dugaan. Ia mendapati sebuah batu mutiara di dalam perut ikan yang dibawa oleh sang suami.
Sang istri pun segera menemui suaminya seraya berkata, “Suamiku, aku mendapati sebuah benda kecil dari dalam perut ikan. Besarnya lebih kecil dari telur ayam, bentuknya seperti telur merpati.”
“Mana benda itu, biar aku lihat.” Tanya suami penuh penasaran.
Sang istri kemudian memperlihatkan benda tersebut, dan sang suami pun memeriksa benda yang diberikan istrinya. Melihat apa yang ditemukan istrinya di dalam perut ikan, membuat sang suami nyaris pingsan. Dia pun langsung berucap, “Kukira ini adalah batu permata.”
“Tahukah engkau berapa harganya.” Tanya sang istri.
“Tidak, tapi aku kenal dengan orang yang bisa menaksir harganya.” Jawab sang suami.
Kemudian lelaki itu mengambil batu permata dari tangan istrinya, dan bergegas pergi menemui sahabat karibnya, yaitu pemilik toko permata. Setelah mengucapkan salam, ia pun duduk di samping sahabatnya, lalu menceritakan kisah batu permata seraya berkata, “Tolong taksir berapa harganya.“.
Sahabatnya kemudian mengamati batu permata itu dengan teliti. Dia lalu berkata, “Aku mau membelinya seharga 40.000 dirham. Jika kamu mau, aku akan berikan uang itu sekarang. Tetapi jika kamu ingin harga lebih, kamu bisa menjualnya kepada si fulan. Dia bisa memberi harga yang lebih baik.”
Lelaki itu kemudian memilih pergi untuk menemui pedagang permata yang direkomendasikan oleh sahabatnya. Sesampainya di tempat yang dituju, si pedagang langsung mengamati batu permata tersebut. la pun kagum melihat benda yang ada di hadapannya seraya berkata, “Kutaksir harganya 80.000 dirham. Namun jika ingin harga lebih, maka engkau bisa menemui pedagang permata si fulan. Kukira harga yang ditawarkannya lebih baik.”
Lelaki itu pun kembali membawa batu permata kepada pedagang permata yang lain. Sesampainya di tempat yang direkomendasikan, si pedagang mengatakan, “Kutaksir harganya 120.000 dirham. Kukira tidak ada orang lain yang sanggup menghargainya lebih.”
Mendengar ucapan pedagang yang terakhir, lelaki itu pun berkata, “Baiklah!“.
Batu permata tersebut kemudian ditimbang, dan si pedagang memberinya 12 kantong. Dan setiap kantongnya berisi uang 10.000 dirham. Setelah itu, si lelaki pulang ke rumahnya. Sesampainya di rumah, ternyata ada seorang pengemis yang sudah menunggu di depan pintu rumahnya.
Melihat hal itu, si lelaki tidak langsung masuk namun menceritakan kisahnya kepada pengemis yang ada di rumahnya. Setelah bercerita, lelaki itu mengajak pengemis tersebut masuk ke dalam rumah dan meminta si pengemis untuk mengambil separuh dari uang hasil menjual batu permata.
Si pengemis kemudian mengambil enam kantong uang tersebut, kemudian pergi dari rumah lelaki. Namun, belum jauh melangkahkan kaki untuk meninggalkan rumah lelaki yang dermawan tersebut, pengemis kembali lagi ke rumah tersebut.
Kepada lelaki dermawan si pemilik rumah, pengemis itu berkata, “Aku bukanlah orang miskin. Aku hanya ditugaskan oleh Rabbmu, Allah, yang telah mengganti satu dirham yang engkau berikan dengan 20 qirath. Dan inilah yang Dia berikan kepadamu, satu qirath dari-Nya. Engkau bisa mengumpulkan 19 qirath.”
Begitulah Allah swt. membalas perbuatan baik para hamba-Nya yang mau berbuat baik untuk sesama dan untuk agama. Perbuatan baik seorang hamba akan dibalas langsung oleh Allah swt. Oleh karena itu, jangan pernah menunda untuk melakukan perbuatan baik kepada sesama, apalagi sampai memikirkan balasan yang didapatnya. Sebab, sekecil apapun perbuatan baik ataupun sebuah pertolongan yang kita lakukan, pasti mempunyai manfaat yang sangat besar dan bakal mendapatkan balasan yang tidak akan pernah bisa dinalar.