Satu masa, hidup seorang ahli ibadah. Sebut saja namanya Fulan. Satu hari, ia berburu. Tanpa disangka, di tempat berburu itu ia bertemu dengan seekor ular. Anehnya, ular ini bisa bicara.
Ular ini menyatakan, dirinya sedang dikejar-kejar oleh seorang yang ia anggap musuh. Ia meminta perlindungan kepada Fulan. Tak hanya itu, agar Fulan berkenan, si ular pun membawa-bawa nama Allah SWT.
“Aku sedang dikejar oleh musuh. Sebentar lagi, ia akan datang ke sini. Maukah kamu menolongku? Jika mau, niscaya Allah akan melindungimu,” kata si ular meyakinkan.
Fulan setuju. Ia menutup badan si ular dengan selendang. Namun, si ular masih meminta lebih. Ia berkata, cara demikian kurang efektif. Si musuh masih akan bisa mengetahui keberadaannya.
Hal ini membuat Fulan bingung, apalagi yang harus ia lakukan. Si ular memberi ide. Ia memerintahkan Fulan untuk membuka mulut dan si ular akan masuk ke dalam perut Fulan. Namun, Fulan tak yakin. Jangan-jangan itu akan membahayakan dirinya.
“Tak apa-apa. Aku tak akan melukaimu, kok. Tenang saja. Aku juga nanti akan bersaksi di hadapan Allah bahwa engkau benar-benar umat Nabi Muhammad SAW,” kata si ular meyakinkan lagi.
Akhirnya, apa yang dikatakan si ular membuat Fulan yakin. Ia pun membuka mulut dan sejurus kemudian si ular masuk ke dalam perutnya.
Tak lama setelah itu, ada seseorang yang datang menemui Fulan. Ia mengaku sedang mencari seekor ular untuk diburu. Ia mengatakan, “Apakah engkau tahu ada ular di sini?”.
“Maaf, saya tidak tahu,” kata Fulan berbohong demi keselamatan si ular.
Merasa tak menemukan hewan yang dicari, si pemburu pergi melanjutkan perjalanan. Setelah itu, si ular mencoba menengok dari dalam mulut Fulan, keadaan sudah benar-benar aman atau belum.
Fulan mengatakan kepada si ular, bahwa keadaan telah aman. Karenanya, si ular diperintahkan untuk keluar dari dalam perutnya. Namun, siapa sangka, ternyata si ular ingkar janji. Ia tak mau keluar. Na’udzubillah.
Si ular bahkan mengancam Fulan, “Tinggal pilih saja. Kamu mau yang mana, aku melubangi hatimu atau menghancurkan limpamu?”.
Perilaku si ular ini benar-benar membuat Fulan kaget. Ia tak percaya bahwa hewan yang ditolong malah akan akan membunuh dirinya. Benar-benar air susu dibalas dengan air tuba.
“Apakah engkau lupa bagaimana aku dulu mengeluarkan leluhurmu dari surga?. Apa alasanmu mau berbuat baik kepada makhluk yang memang tidak bisa berbuat baik?,” kata si ular yang ternyata adalah iblis.
Fulan pun sadar, dirinya lama kelamaan pasti akan mati. Tak ada jalan lagi baginya untuk bisa bertahan hidup. Tinggal menunggu waktu saja.
Namun, sebelum si ular benar-benar membunuhnya, Fulan meminta satu hal untuk dilakukan. Yakni ia ingin membuat lubang di sebelah gunung untuk mengubur jasadnya nanti. Permintaan itu disetujui si ular.
Sebelum mendatangi mendekat ke gunung, Fulan terlebih dahulu berdoa kepada Allah dengan doa yang cukup panjang. Salah satu isinya adalah, “Ya Allah, aku meminta kepadaMu, selamatkan aku dari ular yang ada di perutku ini!”.
Di tengah perjalanan, ada seorang lelaki tua yang menemuinya. Lelaki ini menggunakan wajahnya bercahaya. Pakaian yang dikenakannya sangat bersih dan bauya harum sekali. Ia memberi Fulan selembar daun untuk dimakan.
Tak butuh waktu lama, daun itu pun dimakan Fulan. Sesaat setelah itu, si ular yang ada di dalam perut Fulan mati mengenaskan, terpotong-potong dengan sendirinya. Alhamdulillah.
“Terimakasih atas bantuannya. Kalau boleh tahu, siapa engkau sebenarnya?,” kata Fulan penasaran.
Lelaki tua ini mengatakan, ia adalah malaikat. Ceritanya, doa yang dipanjatkan Fulan barusan membuat seluruh malaikat yang ada di tujuh langit mengadu kepada Allah SWT atas apa yang dialami Fulan. Singkat cerita, Allah memerintahkannya (lelaki tua) untuk membantu Fulan.
“Apapun yang terjadi, teruslah berbuat baik. Sungguh, kebaikan itu akan melindungimu dari keburukan. Allah maha melihat apa yang dilakukan hamba-hambaNya,” kata lelaki tua itu menasihati.
Kisah ini penulis baca dari kitab an-Nawadir karya Ahmad Syihabuddin al-Qalyubi. Lewat kisah ini kita bisa belajar bahwa meskipun perbuatan baik yang kita lakukan itu salah tempat, namun Allah tetap akan membalasnya. Dia tidak akan menyia-nyiakan amal baik hambaNya.
Semoga Allah beri kakuatan kepada kita untuk selalu bisa melakukan kebaikan. Amin.
Sumber Kisah:
al-Qalyubi, Ahmad Shihabuddin bin Salamah. an-Nawadir. Kairo: Musthafa al-Babiy, 1955.