Alkisah, pada zaman dahulu hidup seorang raja yang sangat sombong. Dia sombong bukan hanya kepada manusia, tetapi juga kepada dzat yang menciptakannya, yaitu Allah swt. Sebagaimana dijelaskan oleh Ibnul Jauzi dalam Uyun Hikayat Min Qashash ash-Sholihin wa Nawadir az-Zahidin, orang-orang Islam yang hidup waktu itu tidak terima dengan perilaku raja sombong tersebut. Mereka akhirnya memutuskan untuk memeranginya. Dengan izin Allah swt, mereka pun berhasil mengalahkan dan menawan raja tersebut hidup-hidup.
Setelah berhasil menawan raja tersebut, mereka pun berkata, “Bagaimana kalau kita membunuhnya. Sebab, ia telah berbuat sombong terhadap Allah swt.”
Orang-orang itu pun akhirnya bersepakat untuk membunuhnya. Mereka kemudian meletakkan raja tersebut di sebuah bejana besar dengan kondisi kepala yang diikat. Setelah itu, mereka menyalakan api dari bawah bejana. Ketika raja itu merasakan panasnya api, ia pun menyeru berhala-berhala yang disembah semasa hidupnya.
Kepada para berhala tersebut, ia menyeru, “Hai Lata! Selamatkanlah aku! Hai Habil! Selamatkanlah aku! Hai Uzza! Selamatkanlah aku dari siksa yang aku alami saat ini. Hai Habil! Dulu aku pernah mengusap kepalamu dan kedua kakimu pada tahun demikian.”
Ketika raja itu mengeluh kepada berhala-berhala yang ia sembah, api yang membakar bejana tersebut semakin bertambah panas. Setelah merasakan panas yang dahsyat, raja tersebut menjadi tahu kalau berhala-berhala yang disembahnya tidak ada yang bisa menyelamatkannya. Si raja pun merasa putus asa. Ia kemudian bertaubat kepada Allah swt. Dan di saat tubuhnya masih ada di dalam bejana besar dan kepanasan, ia berseru:
لا إله إلا الله محمد رسول الله
Artinya; Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya.
Sesaat setelah seruan itu, Allah swt. mengutus hujan dari langit untuk jatuh di atas api bejana dan memadamkannya. Allah swt. juga mengutus angin, agar menerpa bejana besar dan membuatnya terbang. Karena hembusan angin, bejana besar itu pun bergerak-gerak di udara.
Di sisi lain, Raja yang masa hidupnya sombong, bahkan kepada Tuhannya itu, saat berada di dalam bejana tak henti-hentinya mengucapkan;
لا إله إلا الله محمد رسول الله
Artinya; tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya.
Ketika si raja merasa sangat ketakutan, angin pun menerbangkan dan melempar jauh bejana besar tersebut hingga tak terlihat mata. Setelah itu, angin tersebut menjatuhkannya di antara suatu kaum yang tidak mengenal Allah swt. sama sekali.
Melihat bejana besar jatuh dari langit, orang-orang dari kaum itu pun penasaran dan mendekatinya. Mereka memeriksa dan membukanya. Tiba-tiba mereka melihat ada orang di dalam bejana tersebut, dan dengan segera mereka mengeluarkannya.
Setelah berhasil mengeluarkan orang tersebut. Mereka pun bertanya, “Siapa kamu? Apa yang telah terjadi denganmu?”
Mendapat pertanyaan dari orang-orang yang tak pernah ditemui, si raja pun menjawab, “Aku adalah raja di wilayah (demikian).”
Kemudian raja tersebut menceritakan kisahnya kepada kaum tersebut. Setelah mendengarkan cerita dari sang raja, mereka semua akhirnya masuk Islam.
Kisah raja yang sombong di atas adalah sebuah bukti bahwa kasih sayang Allah swt. kepada hamba-Nya sangatlah luas. Termasuk kepada orang-orang yang bertaubat. Oleh sebab itu, di tengah kasih sayang dan rahmat Allah swt kepada makhluk ciptaanNya yang begitu besar, jangan pernah menyepelekan perintah-perintah-Nya, dan tetap tunaikanlah perintah-perintah-Nya. Supaya kasih sayang dan rahmat-Nya kepada kita semakin ditambah.
Walaupun dengan mengucapkan kalimat “لا إله إلا الله محمد رسول الله”, manusia bisa selamat dari siksa dan azab Allah swt. Namun, sekali lagi jangan pernah menyepelekan perintah dan larangan-Nya.
Kisah raja yang sombong itu juga menunjukkan begitu agungnya berdzikir dengan kalimat “لا إله إلا الله محمد رسول الله” Hal ini juga dijelaskan oleh Imam Abdullah Muhammad bin Yusuf as-Sanusy al-Asy’ari dalam kitab Syarah Ummul Barahin, bahwasanya istiqomah berdzikir dengan kalimat tersebut mempunyai keutamaan dan faedah. Di antaranya adalah kembali kepada budi pekerti yang baik dalam agama dan kembali kepada karamah.