Kisah Qur’ani: Tsa’labah Didoakan Kaya Raya oleh Nabi, Tapi Lupa Syukur

Kisah Qur’ani: Tsa’labah Didoakan Kaya Raya oleh Nabi, Tapi Lupa Syukur

Ini kisah Al-Qur’an dari Tsa’labah dan nasihat Rasulullah yang bisa kamu jadikan pelajaran

Kisah Qur’ani: Tsa’labah Didoakan Kaya Raya oleh Nabi, Tapi Lupa Syukur
Al-Qur’an

Di zaman Rasulullah saw, ada seorang dari Anshor bernama Tsa’labah. Hidupnya berada dalam kemiskinan hingga suatu hari ia mendatangi Rasul dan berkata, “Wahai Rasulullah, doakan aku agar Allah Memberiku harta yang melimpah.”

Rasul menjawab, “Wahai Tsa’labah, sedikit yang bisa kau syukuri lebih baik dari yang banyak namun tak mampu kau syukuri. Bukankah kau memiliki suri tauladan dari Rasulullah (yang tidak hidup dengan harta berlimpah)? Demi Dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya, jika aku menginginkan gunung berubah menjadi emas dan perak maka semua itu akan terjadi.”

Mendengar itu Tsa’labah pulang ke rumahnya. Namun tak berapa lama ia kembali datang dan berkata, “Wahai Rasulullah, mohonkan kepada Allah agar Memberiku harta yang melimpah. Demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran, jika Allah memberiku harta yang melimpah, kan kuberikan hak orang-orang yang membutuhkan.”

Akhirnya Rasul pun mendoakan orang ini, “Ya allah, Berilah Tsa’labah harta yang melimpah.”

Waktu pun berlalu. Tak berselang lama dari doa itu, ia mulai memiliki satu kambing. Perlahan dari satu kambing itu semakin berkembang dan berkembang hingga ia menjadi juragan kambing di Madinah. Kota ini pun menjadi sesak dan tak mampu menampung ternak miliknya.

Akhirnya ia mengembangkan ternaknya di sebuah lembah diluar kota Madinah. Kambingnya semakin banyak hingga ia semakin jauh dari kota Nabi ini. Pada akhirnya, ia tak lagi ikut solat berjamaah ataupun solat Jum’at di masjid karena sibuk mengurus binatang ternak miliknya.

Rasul pun mengutus seorang untuk mengambil hak (zakat) darinya. Sungguh keterlaluan, ternyata ia enggan memberi hak orang lain bahkan menghina orang yang diutus oleh Rasulullah. Padahal sebelumnya ia telah berjanji untuk memberi hak orang-orang miskin.

Rasul pun bersabda, “Sungguh celaka Tsa’labah. Sungguh celaka ia.” Lalu turunlah ayat mengenai hal ini,

وَمِنْهُم مَّنْ عَاهَدَ اللّهَ لَئِنْ آتَانَا مِن فَضْلِهِ لَنَصَّدَّقَنَّ وَلَنَكُونَنَّ مِنَ الصَّالِحِينَ – فَلَمَّا آتَاهُم مِّن فَضْلِهِ بَخِلُواْ بِهِ وَتَوَلَّواْ وَّهُم مُّعْرِضُونَ

“Dan di antara mereka ada orang yang telah berjanji kepada Allah, “Sesungguhnya jika Allah Memberikan sebagian dari karunia-Nya kepada kami, niscaya kami akan bersedekah dan niscaya kami termasuk orang-orang yang saleh.” Ketika Allah Memberikan kepada mereka sebagian dari karunia-Nya, mereka menjadi kikir dan berpaling, dan selalu menentang (kebenaran).” (QS.At-Taubah:75-76)

 

Dan pelajaran berharga dari kisah ini adalah “Jangan pernah menawar nasehat Rasulullah!”. Sejak awal Rasul telah menasehati Tsa’labah bahwa sedikit yang bisa disyukuri lebih baik dari yang banyak namun tak mampu disyukuri.

Kata-kata ini sudah menjadi isyarat bahwa kekayaan tidak akan membuat Tsa’labah lebih baik.

*Bisa juga dibaca di sini