Dunia adalah surga bagi orang-orang yang dzalim. Mereka bisa melakukan apapun yang ia inginkan. Tak peduli ada hak orang yang terampas, ada hati yang tersakiti atau ada hamba Allah yang terluka. Di setiap zaman pasti ada dua kelompok manusia ini, yang satu dzolim dan yang lainnya madzlum (teraniaya).
Untuk keduanya Allah hanya mengingatkan dalam firman-Nya,
فَإِن تَوَلَّوْاْ فَإِنَّ اللّهَ عَلِيمٌ بِالْمُفْسِدِينَ -٦٣-
“Kemudian jika mereka berpaling, maka (ketahuilah) bahwa Allah Maha Mengetahui orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Ali Imran 63)
Ayat ini adalah cambukan bagi orang yang durjana dan juga kabar gembira bagi mereka yang teraniaya. Kenapa bisa demikian? Karena Allah Maha Mengetahui. Allah tau persis siapa yang durjana dan berbuat kerusakan, Dia juga tau siapa yang teraniaya dan tersakiti.
Lalu apa yang akan terjadi bila Dia telah Mengetahuinya?
إِنَّ اللّهَ لاَ يُصْلِحُ عَمَلَ الْمُفْسِدِينَ -٨١-
“Sungguh, Allah tidak akan membiarkan terus berlangsungnya pekerjaan orang yang berbuat kerusakan.” (Yunus 81)
Ketika Nabi Ibrahim berada dalam kobaran api Namrud, Malaikat Pengatur Hujan menawarkan bantuan hujan agar api Namrud padam. Malaikat Pembawa Angin menawarkan bantuannya.
Bahkan Jibril pun menawarkan bantuannya untuk memadamkan api. Namun Nabi Ibrahim menolak semua bantuan itu, kemudian beliau berkata
“Cukup bagiku bahwa Allah mengetahui keadaanku.”
Berkat keyakinannya kepada Allah, api itu menjadi sejuk dan damai. Namrud pun terdiam seribu bahasa.
قُلْنَا يَا نَارُ كُونِي بَرْداً وَسَلَاماً عَلَى إِبْرَاهِيمَ -٦٩-
Kami (Allah) Berfirman, “Wahai api! Jadilah kamu dingin, dan penyelamat bagi Ibrahim,” (Al-Anbiya’ 69)
Andai beliau menerima bantuan dari para malaikat. Namrud dapat membuat alasan kegagalannya membakar Ibrahim. “Beruntung kau karena turun hujan, beruntung kau karena ada angin yang memadamkan.”
فَإِن تَوَلَّوْاْ فَقُلْ حَسْبِيَ اللّهُ لا إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ -١٢٩-
Maka jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah (Muhammad), “Cukuplah Allah bagiku; tidak ada tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal, dan Dia adalah Tuhan yang Memiliki Arasy (singgasana) yang agung.” (At-Taubah 129)