Suatu hari ada seorang raja yang hobi berburu. Dia memiliki sahabat yang sangat ia percaya dan ia sayangi. Gaya khas dari sahabat ini selalu mengucap “Kher Insya Allah” (Insya Allah ini yang terbaik) dalam setiap kejadian yang dihadapi sang raja.
Suatu saat ujung jari sang raja terpotong saat bermain-main dengan pisau. Raja pun panik melihat darah yang memancar dari jarinya, namun sahabatnya hanya berucap “Kher Insya Allah”.
Raja pun naik pitam. Ia memerintahkan prajutit untuk memasukkan sahabatnya ke dalam penjara. Karena dalam posisi genting semacam itu, si sahabat hanya malah berkomentar “Semoga ini yang terbaik.”
Prajurit pun menangkap sahabat ini dan menyeretnya ke penjara. Saat diseret, ia juga berteriak “Kher Insya Allah.” Sang raja terheran sambil mengobati luka ditangannya.
Hari-hari berlalu, tiba waktunya sang raja untuk berburu. Ia melarang prajuritnya untuk mengawal masuk ke dalam hutan karena ia ingin menikmati hobinya ini sendirian.
Sambil menikmati keheningan hutan, sang raja terus berjalan mencari buruan yang akan ia tuju. Namun sayang langkahnya terlalu jauh. Tiba-tiba ia ditangkap oleh gerombolan manusia primitif yang tinggal di desa sekitar hutan. Raja berusaha menjelaskan siapa dirinya pada ketua suku, tapi mereka tetap tak mau tahu.
Hari itu bertepatan dengan hari persembahan suku tersebut pada sang dewa. Ketua suku memerintahkan raja yang ditangkap untuk dijadikan tumbal pada perayaan kali ini.
Sang raja menggigil gemetar mendengar keputusan kepala suku. Ia segera didatangi algojo yang memeriksa keseluruhan tubuhnya. Tiba-tiba wajah algojo itu berubah, ia berkata kepada kepala suku. “Duhai pemimpin kami, orang ini tak layak dijadikan tumbal. Ia memiliki cacat di tangannya.”
Ternyata salah satu syarat tumbal yang dipersembahkan harus sempurna tanpa ada cacat. Akhirnya raja pun selamat dan dibebaskan.
Ia teringat pada kata sahabatnya dan langsung mengunjunginya ke penjara.
Raja berkata, “Maafkan aku sahabatku, sungguh benar perkataanmu. Semua yang terjadi adalah yang terbaik. Jariku yang terpotong telah menyelamatkanku dari maut. Namun aku ingin bertanya, apa yang menyebabkan engkau berucap “Insya Allah ini yang terbaik” saat kau diseret ke penjara?
Sahabat itu menjawab, “Aku adalah sahabat yang paling dekat denganmu. Bila aku tidak dipenjara, maka engkau akan mengajakku berburu. Dan saat engkau selamat dan batal menjadi tumbal, maka pasti aku yang akan dijadikan tumbal oleh mereka.”
Sang raja tertawa dan sahabat itu pun kembali bebas menghirup dunia.
Allah swt berfirman,
وَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ
“Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu.” (QS.Al-Baqarah:216)
Terkadang kita tak sadar atau tidak mau mengakui bahwa pengetahuan kita sangatlah rendah dihadapan Sunnatullah yang berjalan di muka bumi ini. Banyak sekali sesuatu yang tidak kita senangi, padahal dibaliknya ada kebaikan besar yang menanti.
Andai kita meyakini bahwa “yang terjadi adalah yang terbaik” maka tak ada lagi kata sedih dan putus asa dalam kamus hidup kita. Apapun masalah yang kita hadapi akan menjadi ringan, karena kita telah yakin dibalik kerumitan atau masalah yang menimpa ada kenikmatan yang tidak terbayang di benak kita.