Kisah Perjalanan Spritual Nabi Ibrahim: Tauhid dan Metode Ilmiah

Kisah Perjalanan Spritual Nabi Ibrahim: Tauhid dan Metode Ilmiah

Selain menggambarkan perjalanan spiritual Nabi Ibrahim untuk mendapatkan kebenaran, kisah Nabi Ibrahim juga menjelaskan metode ilmiah atau saintifik yang diterapkan dalam menuntun manusia kepada tauhid.

Kisah Perjalanan Spritual Nabi Ibrahim: Tauhid dan Metode Ilmiah

Al-Qur’an bukan hanya dokumen sejarah meskipun di dalamnya terdapat banyak kisah-kisah masa lalu. Al-Qur’an sebagai hudan linnas kitab petunjuk bagi manusia. Dalam Al-Qur’an terdapat satu surat yang bernama al-qashas (kisah-kisah). Term kisah dipahami semakna dengan sejarah dan tarikh. Al-Qur’an sering mempergunakan kata kisah daripada dua kata terakhir. Al-Suyuthi mendata kata kisah (qishshah) dalam berbagai variasinya terdapat dua puluh enam tempat dalam al-Qur’an.

Di antara kisah yang dibicarakan di dalam al-Qur’an adalah kisah Nabi Ibrahim AS dalam pencariannya terhadap Tuhan. Kisah Ibrahim tersebar di banyak tempat dalam Al-Qur’an dan berkaitan dengan banyak hal, namun dalam tulisan ini akan difokuskan pada kisah Nabi Ibrahim dalam mencari Tuhan yang juga ternyata mengandung proses saintik.

Selain menggambarkan perjalanan spiritual Nabi Ibrahim untuk mendapatkan kebenaran, kisah itu juga menjelaskan metode ilmiah atau saintifik yang diterapkan Ibrahim dalam menuntun umatnya kepada agama dan pemahaman tauhid.

Dari segi pendidikan, pada kisah Ibrahim mencari Tuhan kita dapat menghubungkannya dengan tiga ranah yang lazim dikembangkan, yaitu aspek jasmani (ranah psikomotorik), aspek akal (ranah cognitif) dan aspek hati (ranah affektif). Dari pengembangan yang seimbang ketiga aspek inilah diharapkan terbentuk manusia sempurna (insan kamil) dan paripurna (syamil).

Di antara nilai yang mampu ditangkap dari tema utama, Ibrahim mencari Tuhan dapat diklasifikasi kepada dua, yaitu secara vertikal dan secara horisontal, Secara vertikal adalah adanya gerak transendensi manusia kepada Tuhan penciptanya. Hal ini tergambar dalam perjalanan spiritual Ibrahim dalam mencari dan menemukan Allah sebagai Yang Maha Benar. Sedangkan secara horinsontal kita mendapati hikmah dalam sosialisasi kebenaran kepada sesama manusia. Hal ini juga jelas terlihat bagaimana etika dan strategi Nabi Ibrahim dalam menjalankan dakwahnya.

Dalam kaitan perjalanan saintifik Nabi Ibrahim dalam menemukan tuhan dijelaskan Dalam surat al-An’am ayat 75-79:

 

وَكَذَٰلِكَ نُرِيٓ إِبۡرَٰهِيمَ مَلَكُوتَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلِيَكُونَ مِنَ ٱلۡمُوقِنِينَ

فَلَمَّا جَنَّ عَلَيۡهِ ٱلَّيۡلُ رَءَا كَوۡكَبٗاۖ قَالَ هَٰذَا رَبِّيۖ فَلَمَّآ أَفَلَ قَالَ لَآ أُحِبُّ ٱلۡأٓفِلِينَ

فَلَمَّا رَءَا ٱلۡقَمَرَ بَازِغٗا قَالَ هَٰذَا رَبِّيۖ فَلَمَّآ أَفَلَ قَالَ لَئِن لَّمۡ يَهۡدِنِي رَبِّي لَأَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡقَوۡمِ ٱلضَّآلِّينَ

 فَلَمَّا رَءَا ٱلشَّمۡسَ بَازِغَةٗ قَالَ هَٰذَا رَبِّي هَٰذَآ أَكۡبَرُۖ فَلَمَّآ أَفَلَتۡ قَالَ يَٰقَوۡمِ إِنِّي بَرِيٓءٞ مِّمَّا تُشۡرِكُونَ

 إِنِّي وَجَّهۡتُ وَجۡهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ حَنِيفٗاۖ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ

Artinya:

  1. Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (Kami memperlihatkannya) agar dia termasuk orang yang yakin
  2. Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: “Inilah Tuhanku”, tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: “Saya tidak suka kepada yang tenggelam”
  3. Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: “Inilah Tuhanku”. Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: “Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat”
  4. Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: “Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar”. Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan
  5. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan

Pada ayat ke-75 dikisahkan bagaimana apabila manusia ingin benar- benar merasakan kehadiran Tuhan, setiap insan manusia cukup merasakan bagaimana seluruh fenomena dan keberadaan alam semesta.

Pada ayat ke-76-78 disampaikan bahwa Allah menunjukkan kebaikan dan kesempurnaan kepada orang-orang yang mendengarkan dan memahami petunjukNya. Allah menunjukkan wujud ciptaan-Nya seperti bulan, bintang dan matahari sehingga manusia dapat memahami kebesaran dan keagungan ciptaan Allah.

Pada ayat ke-79, ditunjukkan bahwa Nabi Ibrahim mengajak umatnya untuk berserah diri, mengabdikan dirinya secara sepenuhnya kepada Allah SWT sebagai pencipta alam semesta dan secara tersirat juga menyampaikan bahwa apabila umat manusia memiliki keterbatasan dalam penggunaan akal-fikirannya hendaknya menyerahkan dirinyasecara sepenuhnya kepada Allah yang maha Esa.

Kisah Nabi Ibrahim merupakan sebagai respon atas kekeliruan umat manusia yang menyembah benda-benda langit, seperti bintang, bulan atau matahari yang dapat diartikan hipotesis. Kemudian Ibrahim memulai menuntun umatnya dengan menghancurkan dasar-dasar syirik dengan analisis saintifiknya dan secara perlahan Ibrahim kemudian membangun dasar-dasar akidah.

Dengan mengambil dalil pada planet dan tata surya kemudian menganalisisnya secara saintifik dan selanjutnya Ibrahim menyimpulkan secara induktif dengan menolak hipotesis kepercayaan masyarakat waktu itu yang meyakini benda-benda langit sebagai Tuhan dan menetapkan adanya Allah sebagai Tuhan yang maha kuasa.

Dengan demikian, bagi seseorang yang mengikuti fitrah ketuhanannya dan juga pemikiran ilmiah manusia, penyebutan berbagai fenomena alam, beragam planet beserta keindahannya merupakan pertanda adanya Tuhan yang maha besar beserta keagungan dan keindahan ciptaan-Nya.