Diceritakan ada seorang pemuda bermukim di Masjidil haram. Setiap hari ia melakukan banyak ritual ibadah dengan khusyuk hinggak tak sempat kerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Setiap malam, Ia didatangi seorang laki-laki dengan membawa sebungkus makanan yang digunakan untuk mengisi perut ketika lapar.
Suatu saat nafsunya berkata: “Engkau condong kepada orang ini sebab makanan dan engkau melupakan dzat yang maha memberi makan semua mahluk, bagaimana engkau bisa lalai seperti ini?”.
Malam harinya, ketika laki-laki itu datang lagi membawa sebungkus makanan, si pemuda langsung bergegas menolaknya. Laki-laki tersebut langsung pulang. Karena ini, si pemuda tidak mendapatkan makanan sama sekali selama tiga hari, kemudian melaporkan hal ini kepada Allah SWT.
baca juga: Rasulullah dan perut yang lapar
Malam itu juga, si pemuda ahli ibadah bermimpi dalam tidurnya seolah-olah ia berdiri di depan Allah SWT. Allah bertanya kepada pemuda: “Wahai hamba-Ku! kenapa engkau menolak makanan yang aku kirimkan kepadamu bersama hamba utusan-Ku?”.
“Wahai Tuhanku, karena kiriman bungkusan makanan itu, aku condong kepada selain engkau,”, jawab si pemuda”.
“Wahai hamba-Ku! Siapakah yang menyuruh orang yang datang kepadamu?” tanya Allah kembali.
“Engkau, wahai Tuhanku,” jawab si pemuda.
“Lantas engkau menerima makanan itu dari siapa”, tanya Allah SWT.
“Dari-Mu”, jawab si pemuda.
Allah SWT berfirman: “Maka, terimalah makanan itu dan jangan engkau ulangi lagi menolak rezeki (pemberian-Ku)”.
Kemudian si pemuda melihat laki-laki yang tempo hari bersedekah seolah-olah berdiri di depan Allah SWT, maka Allah SWT bertanya kepadanya: ” Wahai hamba-Ku! Mengapa kamu tidak memberikan makanan kepada hambaku?.
“Ya Tuhanku, Engkau telah mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi”, jawab laki-laki pemberi makanan.
“Wahai hamba-Ku! Engkau memberikan makanan itu karena siapa?”, tanya Allah SWT.
“Karena Engkau, wahai Tuhanku!, Jawab laki-laki pemberi makanan.
Allah SWT berfirman: “Terus perlakukan kepada si pemuda seperti biasanya, serta tetaplah kamu pada kebiasaanmu dan pahalamu surga!”.
Kemudian si pemuda ahli ibadah melantunkan syair yang berbunyi:
“Maka semua perbuatan yang baik dan indah adalah merupakan karunia Allah SWT”
“Sedangkan semua perbuatan Allah itu adalah dari kebijaksanaan yang sempurna”
“Walaupun ia datang kepadamu dari sisi manusia”.
Kisah ini terdapat dalam buku 101 Cerita Penegak Iman Peluhur Budi karya KH. Moch. Djamaluddin Ahmad (Pengasuh pondok pesantren Tambakberas) Jombang, Jawa timur terbitan Pustaka Al-Muhibbin.