Dalam bukunya yang berjudul “lathaif an-nisa’”, Dr. Ridho Dib Iwadhah pernah mengisahkan sebuah cerita yang dinukil dari sebuah buku sastra. Dikisahkan ada seorang pemuda yang sedang mencangkul di ladangnya. Tanpa disengaja, ia menemukan bejana yang berisi emas. Hati pemuda tersebut sangat senang dan bahagia. Kebahagiannya tak dapat dilukiskan dengan apapun.
Ketika akan pulang menuju rumah untuk mengabarkan istrinya tentang apa yang dialaminya, ia langsung teringat dengan sebuah nasehat bahwa perempuan tidak bisa menjaga rahasia orang lain bahkan rahasianya sendiri.
“Jika seandainya aku memberitahukan rahasia ini kepada istriku, pasti ia akan menyebarkannya ke orang lain. Pada akhirnya akan diketahui oleh raja dan datang mengambil bejana emas ini,” pikirnya.
Sang pemuda tersebut berinisiatif untuk menguji istrinya sebelum memberitahukan rahasia tersebut. Pada suatu malam, ia tidur bersama istrinya dan menyembunyikan sebutir telur di dekat kasurnya. Pada pagi harinya, ia membangunkan istrinya.
“Aku ingin sekali memberitahukan sebuah rahasia besar kepadamu, tapi dengan syarat engkau tidak boleh membeberkannya kepada orang lain. Apakah engkau bisa menyembunyikan rahasia ini?” tanyanya.
“Iya, tentu bisa,” tegasnya.
“Setiap malam, aku selalu dikejutkan dengan sesuatu hal yang aneh. Setiap pagi aku selalu bertelur dan mengeluarkan sebutir telur. Coba lihat ini telurnya. Aku sengaja menyembunyikan rahasia ini karena takut engkau membocorkannya kepada orang lain. Setelah tahu bahwa engkau bisa menjaga rahasiaku, aku berani menceritakan hal ini kepadamu. Aku berharap engkau tidak memberitahukan rahasia ini kepada siapapun,” tuturnya sambil meminta istrinya untuk berjanji.
“Tenang saja, suamiku,” katanya sambil meyakinkan suaminya.
Kemudian istrinya keluar rumah untuk suatu keperluan. Hanya beberapa langkah jarak dari rumah, sang istri mulai berat menjaga rahasia itu. Ia pun naik di atas teras untuk memeriksa barangkali ada orang dilihatnya. Ternyata ada seorang tetangga perempuan. Kemudian ia memanggil tetangganya itu dengan isyarat agar mendekat kepadanya. Saat mendekat ia langsung berkata, “ Aku ingin memberitahumu sebuah rahasia, tapi engkau harus janji untuk menjaganya.”
Tetangganya pun menyetujuinya dan berjanji akan menjaga rahasia itu seperti saat ia berjanji kepada suaminya.
“Begini, bu. Suamiku setiap malam bertelur. Setiap kali bertelur ada dua butir telur yang keluar. Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Aku sangat kaget melihat kejadian itu. Tapi suamiku meminta agar aku menyembunyikan rahasia ini. Aku juga berharap engkau bisa menyembunyikannya,” harapnya.
“Tenang saja, bu. Aku akan menjaga rahasia ini seperti engkau menjaganya” kata sang tetangga sambil meyakinkan.
Kemudian sang tetangga turun dari teras rumah dan berlalu pergi. Tidak lama kemudian, sang tetangga itu berjumpa dengan tetangga perempuan lainnya dan menyampaikan apa yang telah didengarnya.
“Bu, apakah engkau tahu kalau suaminya tetangga kita bertelur setiap hari. Dalam sehari ia mengeluarkan sepuluh butir terlur. Istrinya sendiri yang mengatakannya kepadaku pagi ini. Tapi ia memintaku untuk tidak memberitahukannya kepada siapapun. Aku ingin engkau bisa menjaga rahasia ini,” pintanya.
“Itu sudah kewajibanku, bu,” katanya.
Demikianlah rahasia tersebut terus menyebar dari mulut ke mulut. Tanpa disadari dalam sehari kabar jumlah telur bertambah menjadi dua puluh dan terakhir bertambah menjadi seratus. Hal itu pun diketahui oleh hakim dan mengirimkan surat panggilan kepada pemuda tersebut. Sesampainya di pengadilan, sang hakim bertanya, “Wahai anak muda, ceritakankanlah kepadaku kenapa engkau bisa mengeluarkan telur seratus butir?
“Tuan, apakah engkau percaya anak adam bisa bertelur seperti ayam? Sebenarnya bukan itu masalahnya. Aku memegang sebuah rahasia besar. Tapi jika engkau bisa memberiku keamanan, aku akan menceritakannya sekarang,” ujarnya.
“Engkau pasti aman, bicaralah!”
Pemuda itu pun menceritakan bejana berisi emas yang ditemukannya saat sedang mencangkul di ladang. Kemudian berlanjut pada sebuah inisiatif untuk menguji istrinya apakah bisa menjaga rahasia apa tidak. Awalnya, ia mengatakan kepada istrinya bahwa setiap hari ia menelurkan sebutir telur dan memintanya untuk tidak menceritakannya kepada siapapun. Namun tidak disangka sebelum tenggelam matahari rahasia tersebut tersebar di seluruh penjuru kota dan berita jumlah telur bertambah hingga menjadi seratur butir.
Mendengar cerita itu, sang hakim ketawa terpingkal-pingkal dan membiarkan bejana itu terus bersama sang pemuda. Tak lupa, ia menasehati pemuda itu agar tidak lagi menceritakan rahasia apapun kepada istrinya untuk selama-lamanya.
Kisah di atas memang agak humoris, tapi mengandung pesan moral yang sangat dalam. Menjaga rahasia tidak semudah yang dibayangkan. Bahkan orang terdekat pun belum tentu bisa menjaga rahasia yang diberikan. Dalam memberikan rahasia, hendaknya kita berhati-hati. Karena terkadang orang yang kita sudah percaya pun belum tentu bisa menjaga rahasia.