‘Imran dan Hanna memiliki seorang bayi perempuan nan cantik jelita, bernama Maryam. Saat itu ‘Imran berusia lanjut sedangkan istrinya adalah wanita mandul. Hanna terus berdoa kepada Allah memohon agar diberikan seorang anak. Allah mewahyuhkan pada ‘Imran bahwa ia akan diberikan anak. Kemudian ‘Imran mengabarkan pada istrinya. Hanna senang mendengar kabar itu dan segera ia pergi ke tempat suci dan bernazar kepada Allah bahwa kelak anak yang dilahirkan akan menjadi hamba shaleh dan berkhidmat di Baitul Maqdis.
Kala itu, di tempat suci (kuil), ada Nabi Zakaria. Ia begitu senang mendengar hal itu. Kemudian ia masuk mihrab dan berdoa kepada Allah dan pergi ke sebuah toko di pasar. Hari pun berlalu hingga ‘Imran pun wafat sebelum ia melihat wajah anaknya kelak. Hanna berharap Allah memberinya anak laki-laki, tapi Allah memberinya bayi perempuan. Hanna pun bingung bagaiman memenuhi nazarnya dan apa mungkin seorang perempuan menjadi pelayan di tempat suci.
Orang-orang ingin merawat Maryam karena ayahnya adalah orang baik serta dirinya sendiri orang saleh. Karena itu pula, orang-orang sepakat untuk menagadakan undian dan dimenangkan oleh Zakaria, paman Maryam. Zakaria begitu mencintai Maryam karena ia tahu bahwa kelak Maryam akan menjadi wanita mulia dan diberkahi. Ia pun merawat dan membesarkan Maryam dengan penuh kasih sayang.
Keajaiban-keajaiban pada Maryam
Maryam adalah seorang wanita yang beriman serta setia kepada Allah. Ia menjauhkan dirinya dari kehidupan duniawi. Ia tak berhubungan dengan dunia luar kecuali sebuah jendela kecil untuk melihat langit. Ia memang wanita secemerlang tetes embun dan hati serta jiwanya bersih. Ia bak seorang yang terbang tinggi di dunia penuh akan cahaya.
Suatu hari di musm dingin, Zakaria hendak menengok Maryam di ruangannya. Ia hendak membawakan makanan berupa roti dan yoghurt untuk Maryam. Ia memasuki ruangan Maryam perlahan-lahan. Ia terkejut ketika melihat sebuah piring penuh berisi kurma yang menebarkan aroma ke seluruh ruangan. Ia kemudian bertanya tentang asal kurma itu dan dijawab dengan rendah hati oleh Maryam bahwa makanan itu dari Allah.
Hari demi hari berganti dan musim panas pun tiba. Zakaria mengunjungi Maryam yang kala itu sedang bersujud kepada Allah. Ia juga melihat sebuah piring penuh berisikan jeruk. Ia pun kembali dibuat kaget dan kagum akan Maryam yang memiliki kedudukan tinggi di sisi Allah.
Lahirnya Isa
Kejadian aneh lainnya adalah Maryam memiliki seorang anak meskipun ia tidak menikah. Anak tersebut olehnya diberi nama Isa. Ia melahirkan anaknya bukan di tempat biasa ia mengurung diri terhadap kehidupan dunia. Akan tetapi, Isa dilahirkan di sebuah perbukitan nan indah.
Saat ia mendengar kabar dari malaikat bahwa dirinya akan dikaruniai seorang anak, maka ia khawatir dan memutuskan untuk pergi dari mihrabnya. Ia khawatir, takut orang-orang akan menduga hal-hal buruk padanya. Saat Isa lahir pun tak ada yang mengetahui keberadaan Maryam dan bayinya. Sampai ia memutuskan kembali ke mihrabnya dan membawa bayinya. Dalam perjalanan, ada orang yang mengatahui Maryam membawa bayi dan kabar itu pun segera tersebar luas.
Saat ia sedang salat dan Isa tertidur, Zakaria dan orang-orang ahli nujum masuk ke ruangan Maryam. Mereka menjelek-jelekkan Maryam yang menurut mereka kelahiran Isa adalah perbuatan mungkar Maryam. Tak bisa berkata apa dan hanya menunjuk bayinya, itu yang dilakukan Maryam saat orang-orang mengatai dirinya. Anehnya bayi tersebut bicara meski masih dalam buaian. Zakaria yang mendengar bayi itu bicara, ia beriman kepada Isa dan bersujud kepada Allah. Sebagian orang mengimani mukjizat ini dan sebagian juga ada yang mengingkarinya.
Karunia Allah kepada Nabi Zakaria
Dalam lubuk hati Nabi Zakaria berdoa kepada Allah, “Allah SWT telah memuliakan Maryam. Dia memberi buah musim panas pada musim dingin dan buah musim dingin pada musim panas. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu. Dia memberikan siapa pun yang Dia kehendaki tanpa perhitungan.” Kemudian Nabi Zakaria menunaikan salat dan berdoa agar dikarunia putra.
Saat itu, tiba-tiba mihrab dipenuhi cahaya surga. Malaikat berkata padanya bahwa ia akan dikarunia anak yang bernama Yahya. Harapannya menjadi sebuah kenyataan. Namun, ia bingung bagaimana ia akan dikarunia putra saat dirinya telah menua dan istrinya adalah wanita mandul. Ia ingin tahu kapan ia akan dikaruniai putra. Malaikat menjawabnya bahwa tandanya adalah Nabi Zakaria tidak akan bisa berkata-kata kepada manusia selama tiga hari.
Saat malam tiba, Nabi Zakaria merasa lidahnya kelu dan ia tak bisa berbicara. Kemudian ia pun bersujud kepada Allah. Kelak Allah akan memberikannya putra yang menjadi orang penting di suatu hari. Ia keluar dan ingin mengatkan kepada kaumnya agar beriman kepada Allah. Tapi ia tak bisa bicara.
Tiga hari pun berlalu semenjak ia tak dapat berbicara. Di hari keempat, ia berkata pada istrinya Ilisabat bahwa Allah akan mengaruniai mereka seorang anak laki-laki bernama Yahya. Kebingungan pun juga melanda Ilisabat seperti kebingungan Zakaria mengenai kondisi keduanya.
Allah mengaruniai Zakaria dan Ilisabat seorang putra. Atas kuasa-Nya, wanita mandul bernama Ilisabat hamil, mengandung Yahya. Allah ingin menunjukkan kepada kaum Yahudi yang keras kepala, tak beriman dan bersujud kepada-Nya akan kekuasaan yang dimiliki-Nya. Mereka cinta duniawi, berkutat sihir, berkutat dengan kekayaan dan sering menyimpang dari ajaran Musa. Maka Allah pun menunjukkan kuasa-Nya dengan memberikan ‘Imran dan istrinya seorang anak. Begitu pula terhadap Nabi Zakaria dan Maryam yang memiliki bayi meski tidak menikah.
Keluarga ‘Imran yang taat dan beriman kepada Allah, mendapat karunia yang luar biasa dari Allah. Allah Maha Kuasa atas segala hal. Kelahiran Maryam, Isa dan Yahya merupakan sebuah mukjizat yang Allah berikan dan menunjukkan betap besar kuasa Allah atas segala sesuatu. []
Diceritakan ulang dari buku “The Greatest Stories of Al-Qur’an” karya Syekh Kamal As Sayyid