Nabi Muhammad di bulan Rabiul Awal. Itulah alasan, kenapa bulan ini disebut sebagai bulan maulid. Ada satu kisah yang bisa membuat haru, sepenggal kisah kecil yang mungkin bisa membuatmu terenyuh dan melelehkan air mata.
Sejak bayi, Nabi Muhammad sudah harus diantarkan ke pedalaman untuk disusui oleh Halimah Sa’diyah. Itu ketika beliau berumur 18 hari dan kelak baru akan kembali ke ibunya—atau keluarganya ketika kelak berusia 8 atau 10 tahun berdasarkan tradisi suku Quraisy.
Ibu Nabi Muhammad, Aminah, tentu saja gundah gulana. Betapa tidak, bayi itu sudah kehilangan ayah kandungnya, Abdullah bin Abdul Muthalib, ketika belum lahir.
Lagipula Aminah pun sadar, kondisi Mekah waktu itu tidak bagus untuk perkembangan seorang bayi.
Aminah pun mengikhlaskan putranya untuk dikirim ke pedalaman. Lagipula ia tahu, tujuan dikirimkan bayi Muhammad ini salah satunya adalah agar kemampuan berbahasa Muhammad kecil bagus—di pedalaman, bahasa yang digunakan bahasa arab asli, belum campuran dan bukan bahasa pasar (fusya).
Selain itu, Muhammad kecil juga bisa mencecap udara pedalaman yang bersih, pohon-pohon yang rindang dan air yang jernih. Tidak seperti di kota Mekkah yang dianggap telah tercemar dan begitu panas.
Mekkah waktu itu menjadi kota kosmopolit dengan Ka’bah sebagai pusatnya. Banyak orang datang dan pergi dan pengaturan sebagai sebuah kota dianggap kurang bagus untuk pertumbuhan seorang bayi.
Martin Lings, penulis biografi masyhur Muhammad, mengisahkan sebagai sebuah kota Mekkah waktu itu memang kurang bagus untuk tumbuh kembang bayi.
Di pedalaman itu, Muhammad kecil diasuh oleh Halimah bint sa’diyah. Muhammad pun tumbuh menjadi anak yang cepat tanggap, telaten dan jujur.
Aminah tetap berada di Mekkah dan menanti kehadiran Muhammad kecil. Ia terus mendoakan putranya itu siang dan malam.
Mereka pun akhirnya berjumpa. Namun tidak lama, pada usia 7 tahun Aminah pun diambil oleh-Nya. Beliau jadi yatim dan piatu sejak masih kanak.
Begitulah sepenggal kisah kecil Nabi Muhammad, sebuah kisah yang membuat kita menitikkan air mata sebab sejak kecil ia telah menjadi sosok yang begitu kuat, meskipun tidak ditemani kedua orang tua.
Sejarah mencatat, kelak, Muhammad menjadi pemimpin agung dan menjadi salah satu sosok paling berpengaruh di dunia. Namanya pun senantiasa harum tidak hanya bagi umat Islam, tapi bagi seluruh dunia.