Kisah Ibnu Umar dan Tetangga yang Mendapatkan Bagian Warisan

Kisah Ibnu Umar dan Tetangga yang Mendapatkan Bagian Warisan

Karena nabi mengulang-ulang perintah berbuat baik kepada tetangga, Ibnu Umar pun mengira bahwa tetangga akan mendapatkan warisan.

Kisah Ibnu Umar dan Tetangga yang Mendapatkan Bagian Warisan
Foto: @snowing/freepik

Suatu hari pembantu Ibnu Umar memasak daging. Selagi pembantunya memasak. Ibnu Umar pun memberi pesan kepada pembantunya tersebut agar menyisihkan sebagian dari masakannya itu untuk tetangganya.

Pembantu tersebut merasa agak aneh dengan permintaan sahabat nabi itu, mengingat tetangganya adalah seorang Yahudi. Bukan hanya sekali dua kali, Ibnu Umar mengingatkan pembantunya itu hingga berkali-kali. Sang pembantu kemudian mengingatkannya, “Wahai sahabat nabi, kamu sudah mengatakan itu berkali-kali.”

Sahabat Ibnu Umar kemudian berkata, “Rasulullah SAW tak pernah berhenti untuk berwasiat kepada kami untuk berbuat baik kepada tetangga, hingga kami mengira bahwa para tetangga akan mendapatkan bagian warisan.”

Kisah ini termaktub dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad dari jalur Ibnu Umar.

سمعَتُ النبيَّ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ يُوصِي بِالجَارِ حتى خَشِينا أوْ رُؤينا أنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ

Artinya, “Aku mendengar Nabi SAW berwasiat (untuk berbuat baik kepada tetangga) sampai kita mengira bahwa tetangga akan mendapatkan warisan.”

Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam Sahih al-Bukhari dan Muslim dalam Sahih Muslim dijelaskan bahwa Jibril berwasiat kepada Nabi Muhammad SAW untuk selalu berbuat baik kepada tetangga. Sampai nabi mengira bahwa tetangga akan mendapatkan warisan.

ما زالَ يُوصِينِي جِبْرِيلُ بالجارِ، حتَّى ظَنَنْتُ أنَّه سَيُوَرِّثُهُ.

Jibril selalu berwasiat kepadaku untuk berbuat baik kepada tetangga, sampai aku mengira bahwa tetangga mendapatkan warisan.

Perintah berbuat baik kepada tetangga dan selalu menjaga hubungan kepada tetangga ini tidak hanya tercantum dalam hadis dan cerita di atas. Beberapa ayat Al-Quran dan hadis-hadis juga menekankan hal yang sama.

Salah satunya, firman Allah SWT dalam surat an-Nisa ayat 36:

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ} [النساء: 36]

Yang artinya, “Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu miliki.”

Dalam hadis lain, Rasulullah juga memperingatkan bahwa menjaga hubungan baik dengan tetangga adalah bagian dari kesempurnaan iman.

مَن كانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ واليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جارَهُ

Artinya, “Orang yang beriman kepada Allah SWT dan hari akhir, maka hendaknya ia memuliakan tetangganya.”

Beberapa ayat Al-Quran dan hadis yang khatib sebutkan tadi menunjukkan bahwa Islam selalu menjunjung tinggi asas kemanusiaan termasuk dalam hal berbuat baik kepada tetangga. (AN)

Wallahu A’lam.