Kisah Haru Ibu Hamil Tua Mengikuti KUPI II di Jepara

Kisah Haru Ibu Hamil Tua Mengikuti KUPI II di Jepara

Kisah Haru Ibu Hamil Tua Mengikuti KUPI II di Jepara

Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) menjadi ruang pertemuan antar ulama perempuan dari berbagai wilayah. Dilihat dari sejarah terbentuknya, kontribusi perempuan sangat besar dalam KUPI. Namun bukan berati KUPI tidak memberi ruang kepada laki-laki. Sebagian inisiator KUPI juga ada yang laki-laki. Siapa aja bisa bergabung di dalam kegiatan ini, baik laki-laki ataupun perempuan.

Ketika mengikuti acara ini, saya menemukan pemandangan unik, yang mungkin jarang ditemukan di kegiatan lain. Sebagian laki-laki datang ke acara KUPI untuk menemani istrinya, dan mengurus anak ketika istri mengikuti acara.

Salah satu cerita menarik ialah ketika bertemu dengan ibu hamil yang ditemani suaminya, masa kehamilannya kurang lebih tujuh bulan.

“Sebenarnya saya kemaren mau berangkat sendiri dari rumah, karena suami saya harus kerja dan ewuh kalau mau cuti kerja sampai 3 hari,” Kata Ibu hamil itu.

Saat hamil, seorang ibu tidak hanya menanggung beban atas dirinya sendiri, tetapi juga anak di dalam kandungannya. Apalagi pada saat hamil tua. Seorang ibu butuh perhatian dan bantuan dari suami untuk melakukan berbagai aktivitas. Ibu hamil mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas hariannya, sehingga ruang gerak si Ibu terbatasi dan membutuhkan bantuan, baik dari segi fisik maupun psikis.

Gangguan pada fisik maupun psikis Ibu hamil dapat terjadi sebab pekerjaan berat yang dilakukan oleh si Ibu. Karena saat Ibu hamil mengalami kelelahan maka sangat rentan menghadapi stres, sedangkan stres berpengaruh pada kesehatan janin yang ada dalam kandungan si Ibu itu sendiri.

“Tapi untungnya suami saya rela cuti kerja tiga hari buat nemenin saya ke Jepara biar bisa ikut KUPI” tambahnya dengan rasa haru.

Suaminya terlihat membawa berbagai keperluan sang istri yang sedang hamil, sedangkan sang istri tidak dibebani dengan hal lain selain hanya fokus terhadap dirinya dan anaknya. Begitulah seharusnya rumah tangga dibangun, tidak hanya menjadi maslahah bagi satu pihak akan tetapi menjadi maslahah antar keduanya.

Tidak saling mendominasi akan tetapi saling menghormati. Begitu pula KUPI hadir dalam pengemasannya tidak hanya menjadi jalan untuk menjunjung tinggi kaum perempuan yang termarginalisasi, namun menjadi jalan baik bagi laki-laki maupun perempuan untuk mencapai keadilan dan kesetaraan demi peradaban yang lebih baik lagi.