Inspirasi Buya Syafii Maarif Menikmati Durian di Usia ke-84 Tahun

Inspirasi Buya Syafii Maarif Menikmati Durian di Usia ke-84 Tahun

Buya Syafii di usia ke-84 tahun masih makan durian, ini cerita inspirasi dari beliau

Inspirasi Buya Syafii Maarif Menikmati Durian di Usia ke-84 Tahun

Di batang usianya yang ke 84 tahun, ia masih lagi makan durian. Di bawah bayang-bayang nama besarnya, ia tak lantas merasa besar. Ia tetap merakyat. Di rest area milik Cabang Muhammadiyah Sruweng, di tepi jalan Raya Sruweng, kami makan bersama, sederhana, dan gembira. Semoga Buya Syafii Maarif panjang umur dan sehat selalu.

Pukul 03.30 dini hari, Ahad, 8 Desember 2019, Buya Syafii Maarif mengirim pesan via WA: “Rombongan salat subuh di mana?” Saya katakan bahwa Direktur PKU Muhammadiyah Sruweng, dokter Hasan Bayuni, akan salat di masjid Nogotirto. Kami sudah siap menjemput Buya untuk acara pengajian di masjid PKU Sruweng, Kebumen, Jawa Tengah.

Perjalanan Jogja-Sruweng kami tempuh hampir dalam dua jam (04.10-05.56). Terhitung cukup cepat karena jalanan masih sepi kendaraan. Hari Ahad pula. Sementara itu di masjid PKU Sruweng, jama’ah pengajian telah ramai menunggu kedatangan kami. Kedatangan Buya tepatnya. Wajah-wajah bahagia penuh senyuman itu satu per satu menyalami kami.

“Masjid ini cantik sekali,” kata Buya sesaat setelah berada di dalam masjid. Meskipun minoritas, sebagaimana kata dokter Hasan, Pimpinan Ranting Muhammadiyah Sruweng memiliki empat masjid, termasuk masjid PKU ini. “Bukan main,” kata Buya.

Suasana pengajian dan tanya-jawab terasa sangat akrab. Buya sampai betah berlama-lama. Kata Buya, menyatu dengan warga persyarikatan itu rasanya sungguh menyenangkan. “Andai kata usia saya masih lima puluhan, saya akan sering-sering keliling mengunjungi Muhammadiyah di daerah-daerah. Tapi tungkai ini kini tak sekuat dulu lagi. Saya sudah tua.”

PKU Muhammadiyah Sruweng, sebagaimana juga PKU Muhammadiyah Gombong, merupakan rumah sakit Muhammadiyah yang diperhitungkan di Jawa Tengah bagian selatan. Fasilitas dan pelayanan yang diberikan telah menunjukkan kelasnya. Berdiri di atas lahan 1,8 hektar, rumah sakit ini dapat melayani dan menolong lebih banyak pasien dari semua kalangan.

Mashudi, saksi hidup sejarah pendirian rumah sakit ini, mengisahkan bahwa dulunya PKU Sruweng hanyalah klinik bersalin yang sangat kecil. Direktur yang pertama pun dicarikan dari puskemas. Namanya dokter Harto. Dia beragama Kristen. Dapatnya hanya dia karena ketiadaan SDM saat itu. “Jadi PKU ini punya sejarah yang menghargai pluralitas. Kalau sekarang mungkin sudah didemo,” ungkap Mashudi.

Saat kami diajak keliling rumah sakit oleh dokter Hasan, kami ditunjukkannya kelas C yang sangat ramah pasien. Selain luas, bersih, tenang, ber-AC, dan toilet mewah di dalam setiap kamar pasien, di sini juga disediakan nurse call yang bersistem digital. Setiap pasien akan mendapatkan respon yang cepat. Bangsal ini diberi nama Al-Maun. Sebuah bangsal rumah sakit kelas C namun berfasilitas sangat baik. Ia baru saja diresmikan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, dr Agus Taufiqurrahman, pada beberapa waktu yang lalu.

Rencananya, dalam waktu dekat, PKU ini masih akan meluaskan area rumah sakit demi peningkatan fasilitas dan pelayanan mutu. Pada tahun 2017, PKU ini menjadi rumah sakit swasta pertama di Kebumen yang berani maju akreditasi dan mendapatkan hasil Akreditasi Paripurna (bintang 5) oleh KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit).

Kemajuan yang diraih tidak hanya karena faktor mereka yang ikhlas dan pekerja keras namun juga ditopang oleh inovasi dan kreatifitas. PKU Muhammadiyah Sruweng kini dipimpin oleh seorang dokter alumni Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta yang baru berusia 36 tahun, dr Hasan Bayuni. Gaya kepemimpinan milenial dr Hasan didukung penuh oleh Ketua PDM Kebumen, Muhammad Abduh Hisyam, yang juga seorang pengusaha genteng Sokka.

Usai berkeliling rumah sakit, kami diajaknya sarapan pagi di rest area yang juga milik Muhammadiyah cabang Sruweng. Kuliner khas Kebumen telah disiapkan di atas meja. Kami menikmati hidangan bersama-sama. Sangat sederhana, tapi nikmat. Tenggar Wardana, ketua PCM sekaligus pengusaha benih tanaman durian, membawakan durian jenis Bawor yang sangat enak dan legit itu, sebagai pencuci mulut.

Di rest area yang hanya berjarak sekitar 300 meter dari PKU Sruweng ini, selain ada pusat kuliner, juga dibangun sebuah masjid yang indah dan minimarket yang diberi nama Tokomu. Tentu juga halaman parkir yang luas.

Menuju Yogyakarta, di jalan raya Daendels, dari Kebumen hingga Purworejo bagian selatan, kami dimanjakan dengan pemandangan indah. Laju mobil menembus area pertanian dengan jalan beraspal yang mulus dan lancar. Ladang dipenuhi dengan tanaman cabai, jambu Kristal, dan pepaya Kalifornia. Para petani tidak bergeming dengan laju kendaraan. Mereka asik dengan panen hari ini yang hasilnya untuk membuat dapur agar tetap berasap.

Kami berhenti sejenak di kios-kios buah penjaja jambu Kristal di pinggir jalan. Buya membeli jambu Kristal untuk ibu di rumah. Harganya sangat murah dengan kualitas buah yang sangat baik. Pesan Buya, jangan menawar harga pada pedagang kecil. Justru semestinya beri tambahan untuk mereka agar mereka senang. Mereka bekerja untuk hidup sehari-hari bersama keluarga. Sama seperti kita.

Sementara itu, di dalam mobil, durian Bawor yang disediakan Tenggar untuk kami terus saja mengeluarkan aroma harum dan sedap. Hari ini menjadi hari pertama kami menikmati durian di musim ini. Panitia juga berbaik hati membawakan kami bungkusan sate Ambal yang khas dengan bumbunya itu. Kebumen, sebuah Kabupaten dengan tingkat kesejahteraan yang masih jauh untuk ukuran Jawa Tengah, namun menyimpan potensi SDM seperti kemajuan PKU Muhammadiyah Sruweng dan Gombong, hingga budi daya durian Bawor.

Bisa juga dibaca di sini