Alkisah, pada masa kehidupannya, Nabi Musa Alaihissalam selalu mendapat perlakuan yang tidak mengenakkan dari kaumnya. Salah satunya adalah tuduhan bahwa beliau adalah manusia cacat, karena tidak pernah mau menampakkan tubuhnya secara keseluruhan. Tuduhan cacat mulai dari pelir Nabi Musa As yang besar, hingga mempunyai penyakit sopak (barash) yang sangat menjijikkan selalu dituduhkan kepada Nabi Musa As.
Nabi Musa As sendiri adalah orang-orang pilihan Allah Swt, dan salah satu kelebihan dalam pribadinya beliau mempunyai sikap malu yang sangat besar. Walaupun dalam kehidupan sehari-hari Bani Israil, mandi telanjang ramai-ramai di pemandian umum atau melihat satu sama lainnya adalah hal yang biasa. Namun Nabi Musa As tidak pernah melakukan hal tersebut, karena saking malunya. Sehingga beliau tidak pernah memperlihatkan semua tubuhnya atau auratnya. Beliau lebih sering mandi sendirian, yang mengakibatkan tuduhan aneh-aneh dari Bani Israil.
Bani Israil membuat tuduhan-tuduhan jahat supaya ajaran yang dibawa oleh Musa As tidak diikuti orang. Sebab orang-orang dari kalangan Bani Israil, tidak akan mungkin mau mengikuti ajaran orang yang mempunyai cacat, tidak mau menampakkan tubuhnya. Padahal hal tersebut adalah hal yang umum dan biasa.
Sebagaimana dijelaskan oleh Imam Bukhari dalam kitabnya Shahih Bukhari Kitab Ahadisil Anbiya’ dan Kitabul Ghusli, bahwasanya Nabi Musa As adalah sosok laki-laki pemalu dan menutup diri. Kulitnya bahkan tidak pernah terlihat sedikitpun karena rasa malu yang dipunyainya. Akan tetapi, orang-orang dari kalangan Bani Israil terdapat orang-orang yang selalu menyakitinya.
Hingga suatu ketika, Nabi Musa As mandi sendirian dan meletakkan semua pakaiannya di atas batu. Tapi kemudian batu itu berlari membawa bajunya. Kejadian tiba-tiba ini sontak mengagetkan Nabi Musa As, maka dia berlari mengejar batu sambil memanggilnya, “Bajuku, wahai batu! Bajuku, wahai batu!” Batu itu membawa pergi pakaian Musa, sebuah pemandangan yang unik. Musa seorang Nabi yang mulia, seorang pemalu yang terhormat berlari dengan telanjang mengejar batu yang membawa bajunya. Padahal batu itu tidak memiliki kemampuan untuk bergerak, apalagi terbang.
Hingga ketika batu itu sampai di tengah Bani Israil, mereka melihat Musa yang sehat dan sempurna, tanpa cacat. Luruhlah kebohongan yang dihembuskan oleh orang-orang Bani Israil. Bani Israil yang melihat kejadian tersebut, kemudian mereka berkata, “Demi Allah Swt, Musa tidak terdapat penyakit apa-apa.” Setelah Batu tersebut berhenti, Musa As kemudian mengambil bajunya dan memukuli batu tersebut. Bahkan sampai membekas di batu itu enam atau tujuh kali pukulan. Dia memukuli batu itu seperti orang yang sedang kesal dan marah terhadap seseorang yang durhaka, lalim lagi bengal.
Nabi Musa As menyadari bahwa yang dipukulnya adalah batu, tetapi ia telah melakukan suatu perbuatan yang tidak dilakukan oleh batu. Maka, Nabi Musa As melakukan padanya perbuatan yang tidak dilakukan kepada batu. Nabi Musa As memukulnya dengan pukulan orang yang mendidik. Yang unik adalah, tongkat Musa yang terbuat dari kayu itu bisa berbekas di batu yang keras. Terdapat bekas-bekas pukulan tongkat Nabi Musa As di batu tersebut sebanyak pukulan yang diberikan oleh Nabi Musa As.
Biasanya tongkat kalah dengan batu, karena batu lebih keras dari kayu. Dan yang sering terjadi adalah, tongkat akan patah jika kita memukulkannya ke batu. Akan tetapi, tongkat Nabi Musa As bukan sembarang tongkat, ia diberi banyak kelebihan dan salah satunya yaitu bisa meninggalkan bekas di batu sebanyak enam atau tujuh bekas pukulan.
Allah selalu menampakkan kekuasaannya untuk menghindarkan tuduhan busuk seperti yang dilakukan Bani Israil, karena bisa mengurangi kepercayaan pada orang yang diangkat oleh Allah Swt sebagai Rasul. Seorang Rasul di mata manusia haruslah tampil sebagai contoh sempurna. Sehingga Allah Swt berkehendak untuk membebaskannya dari segala tuduhan yang dialamatkan kepadanya.
Para Nabi dan Rasul saja tidak lepas dari ujian berupa gangguan orang-orang bodoh. Terlebih orang-orang shalih biasa. Sehingga dibutuhkan kesabaran untuk menghadapinya. Allah membebaskan Musa dari tuduhan orang-orang bodoh dengan cara yang menyakiti Musa, namun cara ini mujarab. Prasangka dan tusuhan Syubhat pun lenyap. Dan Allah Pemilik hikmah yang mendalam dan keputusan yang tidak mungkin tertolak.
Para Nabi adalah orang-orang yang sempurna ciptaan dan akhlaknya, karena Allah Swt memilih orang-orang terbaik dan terpilih untuk memikul risalah-Nya dan menunaikan amanah-Nya. Orang-orang terhormat dan pintar dalam kondisi terkejut bisa melakukan sesuatu, di mana mereka
melupakan kehormatan dan kepintarannya, seperti Musa As yang berlari di belakang batu dengan telanjang dan memukul batu untuk mendidiknya. Namun hal tersebut adalah salah satu bukti kekuasaan Allah Swt yang ditunjukkan kepada mereka yang meragukan utusan-utusan-Nya.