‘Abdullah bin al-Mubarak, yang dikenal dengan julukan Syaikh al-Hadits pada zamannya, lahir di Marwa pada 118 H. Dan meninggal dunia di Hait pada bulan Ramadhan tahun 181 H usai perang melawan tentara Romawi, dalam usia 63 tahun. Beliau adalah seorang hafizh (ahli hadis), mujahid, pengusaha, dan penjelajah.
Abdullah bin Mubarak menghabiskan umurnya untuk melaksanakan ibadah haji, jihad, dan berdagang. Karena itu, beliau dikenal dengan “al-saffar” (orang yang sering melakukan perjalanan). Gelar Abdullah bin al-Mubarok cukup banyak, di antaranya: al-Hafizh, Syaikh al-Islam, Fakhr al-Mujahidin dan pemimpin para ahli zuhud.
Ayahnya berkebangsaan Turki, dan ibunya dari Khawarizm (Persia). Sejak kecil, Ibnu Mubarak dikenal sebagai anak yang jenius dan memiliki daya ingatan yang kuat. Shakhr, teman dekat Ibnu Mubarak menceritakan bahwa ia dan Ibnu Mubarak adalah teman sekolah yang sama-sama menghafal al-Qur’an.
Suatu hari, ketika pulang sekolah, mereka di jalan mendengar seorang khathib menyampakan pidato yang sangat panjang, dan mereka mendengarkannya. Ketika khathib selesai menyampaikan pidatonya, Ibnu Mubarak berkata, “Sungguh aku telah menghafalnya” – padahal pidato sang khatib tadi sangat panjang. Mendengar Ibnu Mubarak berkata seperti itu, salah seorang yang hadir dalam pengajian tersebut sangat kagum, lalu memanggil Ibnu Mubarak agar mengulangi pidato yang telah dihafalnya. Ibnu Mubarak pun mengulanginya huruf demi huruf.
Berbekal dari daya ingatannya yang kuat itulah, ketika berumur 23 tahun Ibnu Mubarak telah menghafal al-Qur’an, menguasai bahasa Arab, Nahwu, Sharaf, Retorika, Fikih, dan Hadits.
Di antara karya-karya beliau adalah Tafsir al-Qur`an, al-Daqaiq fi al-Raqaiq, berupa kumpulan beberapa hadis-hadis yang menggugah hati, Riqa` al-Fatawa, al-Musnad, berisi kumpulan hadis bersanad lengkap yang sampai kepada Abdullah bin al-Mubarak, al-Jihad, yang secara khusus mengupas fikih jihad dan aturan-aturannya, al–Zuhd, berisi kumpulan hadis tentang zuhud dan keutamaanya.
Banyak ulama yang memberikan testimoni tentang keluasan dan kedalaman ilmu Abdullah bin al-Mubarak. Di antaranya Hasan bin Isa, yang memuji Abdullah bin al-Mubarok sebagai berikut, “Murid-murid Abdullah bin al-Mubarak pernah berkumpul, kemudian satu dari mereka berkata, ‘Mari kita sebutkan kelebihan Abdullah bin al-Mubarak.’ Maka mereka menyebutkan, ‘Beliau itu menguasai fikih, adab, nahwu, bahasa, seorang zahid, berani, penyair, fasih bicaranya, rajin tahajud, rajin beribadah, sering beribadah haji, perang, jago berkuda, memilih diam untuk hal-hal yang tidak penting, adil, dan jarang ada masalah dengan orang di sekitarnya.’”
Kemudian Yahya bin Adam juga pernah menyampaikan kekagumannya dengan Abdullah bin al-Mubarok, “Jika saya mencari permasalahan yang terperinci dan saya tidak menemukannya di dalam kitab Abdullah bin al-Mubarak, maka saya putus asa untuk mencarinya.”
Namun dibalik kehebatan dan kemuliaan Abdullah bin al-Mubarak, ada kisah pilu yang pernah dialaminya saat masih usia remaja. Dikisahkan bahwa beliau pernah tertarik pada budak perempuan yang sangat cantik. Beliau selalu gelisah dan tergila-gila dengan gadis itu. Pada suatau malam, beliau menunggu di luar pintu dengan baju basah kuyup karena kabut. Sepanjang malam beliau menunggu gadis itu tanpa menyadari bahwa beliau telah melewatkan waktu shalat Isya’ dan Subuh.
Pagi harinya, beliau mencela dirinya sendiri, “Ibnu Mubarak, engkau sungguh memalukan, engkau menghabiskan waktumu sepanjang malam untuk menunggu gadis itu, tapi ia tidak menemuimu. Apakah bukan berarti ini memikirkan diri sendiri dan mengejar hasrta nafsumu yang hina?. Jika engkau sepanjang malam berdo’a kepada Tuhanmu, engkau akan mendapatkan sesuatu untuk akhirat. Dengan penuh penyesalan, Ibnu Mubarak meninggalkan tempat itu dan memutuskan untuk bermeditasi. Kemudian, jadilah beliau sebagai ulama sekaligus sufi dengan seabrek kemulian.