Kisah seekor anjing yang diabadikan dalam kitab karya Ibnu al-Jauzi. Kesetiaan sang anjing yang menyelamatkan nyawa raja dari ancaman racun.
Diceritakan dari Muhammad bin Khallad, sebagaimana yang ada dalam kitab ‘Uyun al-Hikayat min Qashash ash-Shalihin wa Nawadir az-Zahidin karya Ibnu al-Jauzi. Alkisah ada seseorang yang datang untuk menghadap kepada salah seorang Sultan. Dalam sebuah perjalanan, orang tersebut melihat sebuah kuburan berkubah dan bertuliskan, “Ini adalah kuburan seekor anjing. Barangsiapa ingin tahu kisahnya, silahkan pergi ke kampung ini dan ini. Di kampung itu, dia akan menemukan orang yang bisa meceritakan kisahnya.”
Merasa penasaran dengan tulisan yang ada di kubah kuburan tersebut. Orang itu pun akhirnya bertanya di mana letak kampung yang dimaksud dalam kubah tersebut, dan pergi ke sana. Setelah sampai di kampung yang dimaksud dalam tulisan kubah kuburan, ia kembali bertanya kepada penduduk setempat tentang sebuah kuburan anjing yang ditemuinya ketika sedang berada dalam perjalanan. Penduduk kampung pun berkata kepadanya, “Jika ingin mengetahui kisah kuburan anjing itu, silahkan menemui kakek fulan.”
Ia lalu pergi untuk menemui kakek yang dimaksud. Ternyata, sang kakek yang ditemuinya sudah sangat tua dan umurnya kira-kira sudah 100 tahun lebih. Setelah bertemu dan mengatakan maksud kedatangannya, sang kakek kemudian bercerita tentang kuburan anjing tersebut.
Sang kakek pun mulai bercerita, bahwasanya dahulu kala di negerinya terdapat seorang raja besar. Raja tersebut terkenal sebagai seorang raja yang gemar traveling dan berburu. Ia juga mempunyai seekor anjing yang dirawat dengan baik, dan diberi sebuah nama. Anjing tersebut setia, selalu bersama dengan sang raja. Bahkan ketika waktu sarapan, makan siang dan makan malam sang raja selalu memberi makan anjingnya itu.
Hingga pada suatu hari, sang raja pergi untuk traveling ke salah satu tempat liburan miliknya untuk sejenak bersantai dan berburu di sana. Ia lalu menyuruh salah seorang pembantunya untuk menemui juru masak yang ada di kerajaan, dan memintanya untuk memasakkan bubur Tsarid dengan menggunakan susu. Karena sang raja sedang ingin makan makanan tersebut, sang pembantu pun segera mengabari juru masak yang ada di kerajaan.
Di saat sang raja bepergian, sang juru masak pun langsung memasak makanan yang dipesan oleh sang raja. Juru masak pun menyiapkan susu dan roti di sebuah meja besar. Tapi, dia lupa menutupinya dan sibuk memasak masakan yang lainnya.
Tak lama kemudian, muncul seekor ular berbisa yang keluar dari salah satu lubang tembok. Ular tersebut lalu menjilati susu yang ada di meja tersebut, dan mengeluarkan bisanya di masakan tsarid yang ada di situ. Pada saat ular itu sedang beraksi, anjing sang raja sedang duduk dan melihat semua kejadian tersebut. Namun anjing yang melihat kejadian itu, tidak mampu berbuat apa-apa. Dan seandainya sanggup, anjing pun sudah mengusirnya. Di sisi lain, perempuan bisu yang menjadi pembantu raja kebetulan juga melihat kejadian itu.
Waktu pun memasuki sore menuju petang, dan waktu inilah sang raja telah selesai berburu serta pulang ke istana. Raja lalu berkata kepada pembantunya, “Wahai para pembantu, makanan pertama yang kalian sajikan kepada saya adalah Tsarid. Tolong bawakan ke sini segera, karena saya sudah tidak tahan untuk menyantapnya.”
Pada saat makanan diletakkan di hadapan sang raja. Pembantu yang bisu berkata kepada mereka dengan bahasa isyarat untuk memberitahukan, bahwa makanan tersebut mengandung racun ular berbisa. Namun, tidak satupun diantara mereka yang paham dengan bahasa isyarat yang keluar dari pembantu tersebut.
Di sisi lain, anjing yang melihat makanan tersebut terus menggonggong tiada henti. Tetapi, tidak ada yang paham dengan maksud anjing tersebut. Karena dikira lapar dan minta makan, lalu dilemparkanlah makanan kepadanya supaya anjing mau diam dan tidak menggonggong terus. Namun, sang anjing tidak mau mendekati makanan tersebut, apalagi menyentuhnya. Anjing pun masih terus menggonggong dan tidak mau diam. Karena merasa terganggu, raja pun menyuruh pembantunya agar membawa anjing tersebut jauh darinya.
Ketika sang raja sudah bersiap untuk menyantap makanan kesukaannya. Anjing yang melihat hal itu langsung berlari, meloncat ke tengah meja makan. Kemudian memasukkan mulutnya ke dalam makanan yang sudah tercampur dengan racun, dan bisa ular. Seketika itu juga, sang anjing langsung terjatuh dan mati. Tubuhnya mulai melepuh, dan dagingnya pun mulai rontok.
Melihat kejadian tersebut, sang raja benar-benar kaget dan heran dengan tingkah laku anjing yang dimilikinya itu. Kemudian, pembantu yang bisu pun kembali berbicara kepada mereka dengan bahasa isyarat. Kali ini, mereka paham dengan maksud yang diutarakan oleh pembantu tersebut.
Mendengar penjelasan itu, sang raja langsung berkata kepada para pejabat kerajaan, “Sesungguhnya sesuatu yang rela mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan saya, sudah selayaknya mendapatkan hadiah dan penghargaan. Saya sendiri akan membawa dan menguburkan jasad anjing ini.”
Raja pun menguburkan jasad anjingnya yang telah menyelamatkannya dari malapetaka, dan membangunkan sebuah kubah di atasnya dan menuliskan di atasnya tulisan yang seperti engkau baca itu. “Demikianlah kisah kuburan anjing itu”, ‘kata si kakek menutup ceritanya.
Setiap yang diciptakan oleh Allah Swt, pasti mempunyai hikmah. Sekecil apapun itu dan seburuk apapun itu. Manusia sebagai makhluk sempurna yang diciptakan oleh Allah SWT mempunyai tugas untuk mengambil hikmah dari semua hal yang diciptakan oleh Allah SWT.