Mengasuh anak merupakan tanggung jawab yang besar bagi setiap orang tua. Tidak hanya yang terkait dengan pertumbuhan fisiknya, orang tua juga harus memperhatikan perkembangan moral, kecerdasan, serta emosional anak. Karena itu, dibutuhkan pola asuh atau parenting yang tepat agar proses bertumbuh kembang anak menjadi optimal.
Habib Abu Bakar al-‘Adani bin Ali Masyhur (w. 2022 M) dalam Fiqh al-Da’wah lil Mar`ah al-Muslimah menuliskan kiat-kiat parenting islami bagi para orang tua, antara lain:
Pertama, mengajarkan hal-hal yang terkait dengan ibadah seperti sholat dan puasa, serta nilai-nilai kebaikan kepada anak. Selain itu, orang tua boleh menghukumnya ketika mereka lalai atau sengaja meremehkan. Namun, tentu dengan hukuman yang ringan dan penuh kasih sayang.
Kedua, mengizinkan mereka untuk bermain dan menikmati hiburan. Izin dalam hal ini bukan berarti membiarkan begitu saja. Orang tua tetap memberikan pengawasan, mulai dari memilihkan permainan yang sesuai dengan usianya hingga membatasi waktu bermainnya.
Ketiga, mengajarkan mereka untuk dapat membedakan halal dan haram, wajib dan sunnah, kejujuran dan kebohongan, serta hal-hal lain yang disesuaikan dengan kemampuan berfikirnya.
Keempat, mengajarkan kemampuan bela diri atau skill bertahan hidup, seperti memanah, berenang, hingga berlari. Dalam konteks modern seperti saat ini, beberapa kemampuan tersebut bisa ditingkatkan menjadi kemampuan yang lebih kekinian. Kemampuan tersebut penting untuk diajarkan dan akan berguna bagi mereka ketika menghadapi ancaman.
Kelima, mengajarkan hidup sederhana, dengan menjauhkan dari gaya hidup mewah dan kesenangan yang melampaui batas. Orang tua hendaknya tidak memanjakan anaknya dengan menuruti segala keinginan mereka.
Keenam, mengajarkan mereka menulis dan membaca, cara berbicara dan mendengar yang baik. Selain itu, tunjukkan kepada mereka pentingnya mengulang ilmu yang telah dipelajarinya. Melalui hal ini, diharapkan anak menjadi semakin mencintai ilmu dan meningkatkan semangat belajarnya.
Ketujuh, membiasakan mereka untuk berperilaku sopan dan santun, serta bersedia menerima konsekuensi atas kesalahan yang telah diperbuat. Konsekuensi itu dapat berupa teguran, larangan, hingga tindakan yang tentunya tidak menyakiti anak.
Kedelapan, membiasakan mereka untuk memaafkan dan berlapang dada atas kesalahan orang lain. Sikap tersebut sebagaimana yang tercermin dalam pribadi Rasulullah SAW., yang memaafkan orang yang menyakiti maupun memusuhinya.
Kesembilan, membiasakan mereka untuk bersikap lemah lembut dalam melakukan segala hal. Hal ini juga melatih ketenangan anak dalam merespon suatu permasalahan.
Kesepuluh, memenuhi nafkah atau kebutuhan finansial anak. Nafkah tersebut dapat berupa biaya hidup sehari-hari, biaya pendidikan, dan sebagainya.
Kesebelas, ketika orang tua membutuhkan bantuan anak, hendaknya tidak meminta bantuan kecuali sang anak mampu melakukannya.
Keduabelas, mengajarkan kepada anak-anak keutamaan berbuat baik kepada orang tua (birrul walidain), makna silaturrahmi, serta menghormati tetangga.
Ketigabelas, membiasakan mereka untuk senantiasa menjaga lisannya dari pembicaraan buruk, seperti ghibah, mengadu domba saudaranya, dan sebagainya.
Terakhir, mengawasi pergaulan dan teman-temannya, agar tidak berteman dengan sembarang orang. Karena, baik dan buruknya pergaulan dapat berpengaruh terhadap individu anak.
Demikianlah kiat-kiat parenting menurut Habib Abu Bakar al-‘Adani. Yang tak kalah penting adalah orang tua seyogyanya tidak hanya mengajarkan nilai-nilai kebaikan kepada anaknya, melainkan juga harus memulainya dari diri mereka sendiri. Karena, seorang anak akan mencontoh perilaku orang tuanya. (AN)
Wallahu a’lam.