Kiai Akhsin Sakho: Tanda Orang Baik itu Punya Peninggalan yang Baik

Kiai Akhsin Sakho: Tanda Orang Baik itu Punya Peninggalan yang Baik

Kiai Akhsin Sakho: Tanda Orang Baik itu Punya Peninggalan yang Baik

Pakar ilmu qiraat, K.H Akhsin Sakho Muhammad menyebutkan bahwa tanda seseorang itu baik adalah peninggalannya pasti baik.

Hal ini disampaikan saat memberikan tausiyah peringatan Haul ke-7 Imam Besar Masjid Istiqlal 2005-2016, (alm) Prof. Dr. K.H Ali Mustafa Yaqub, MA, Sabtu (18/03) di Pesantren Darus Sunnah, Ciputat.

Tausiyah Kiai Akhsin tersebut didasarkan pada pendapat Imam Malik ketika ditanya seseorang terkait tanda bahwa seseorang (yang telah meninggal) disebut orang yang baik. Imam Malik berkata:

أُنْظُرُوا مَا يَتْبَعُهُ مِنَ الآثَار

Undzuru ma yatba’uhu minal atsar.

Artinya, “Lihatlah peninggalan-peninggalannya.”

Kiai Akhsin menyebut, salah satu contoh peninggalan yang baik adalah anak yang saleh. Hal ini didasarkan pada sebuah hadis tentang amal yang akan didapatkan seseorang ketika meninggal, yaitu anak saleh yang selalu mendoakan orang tuanya.

“Karena anak itu adalah asuhan dari pada orang tuanya,” ujar mantan rektor IIQ ini.

Peninggalan baik yang kedua, menurut Kiai Akhsin, adalah karya-karya yang banyak memberikan manfaatkan. Penulis kitab-kitab tentang qiraat ini mencontohkan salah satu orang baik yang memiliki peninggalan baik adalah Kiai Ali Mustafa Yaqub.

Menurut Kiai Akhsin, Imam Besar Masjid Istiqlal 2005-2016 ini adalah seorang yang karyanya banyak bermanfaat bagi banyak orang. Bahkan karya-karya tulisannya terhitung sangat banyak. Selain itu karya-karyanya itu juga masih sering dijadikan rujukan, khususnya dalam bidang hadis.

Peninggalan baik selanjutnya adalah lembaga pendidikan atau pesantren yang senantiasa mencetak para ulama dan salihin. Ini juga termasuk disebutkan dalam hadis sebagai “ilmu yang bermanfaat”. Menurut Kiai Akhsin, pesantren adalah peninggalan yang patut dijadikan pertimbangan saat menilai kebaikan seseorang yang telah meninggal.

Mendirikan dan merawat pesantren atau lembaga pendidikan tidaklah mudah, butuh ketekunan dan keikhlasan.

“Mendirikan pesantren itu tidak gampang. Karena ini ada keterlibatan dari maunah (pertolongan) Allah SWT, serta memerlukan juhud yang besar,” terang dosen Ilmu Al-Quran dan Tafsir UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini. (AN)