Khutbah Jumat I: Cara Menghindar dari Su’ul Khatimah
اَلْحَمدُ للهِ الَّذِى اَمَرَناَ بِاتِّبَاعِ اْلحَقِّ ِفى كُلِّ اُمُرٍ, أَشْهَدُاَنْ لاَاِلٰهَ اِلاَّالله ُوَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ شَهَادَةً عَبْدٍشَكُوْرِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىٰ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىٰ اٰلِه وَصَحْبِهِ عَلىَ مَمَرِّالدُّهُوْرِ. ﴿أَمَّا بَعْدُ﴾ فَيَا عِبَادَ اللهِ. إِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّوَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
Maasyiral Muslimin Hafidzakumullah,
Dikisahkan ada seorang ulama besar di masa nabi Musa. Dia memiliki banyak pengikut dan doanya selalu diijabah Allah SWT. Para ulama menyebut dia memperoleh asma Allah yang agung, yang kalau dia sebutkan, Allah pasti mengijabah doanya. Setelah dia menjadi ulama besar, setelah dia memperoleh ayat-ayat Allah, setelah dia mengetahui nama Allah yang agung, kemudian di akhir hayatnya dia tertarik kepada dunia, lalu dia bergabung dengan Fir’aun.
Dia diminta berdoa untuk kecelakaan kaum nabi Musa. Berangkatlah dia ke sebuah tanah lapang untuk membacakan doa bersama untuk kecelakaan bagi nabi Musa. Waktu dia berangkat ke tanah lapang, dia mengendarai keledai. Ajaib keledai itu tidak mau berangkat. Dia mogok.
Walaupun dia pukuli keledainya, tetap ia tidak mau berjalan. Kemudian Allah membuat keledai itu berbicara: “Celaka kamu, kenapa kamu pukuli aku. Apakah kamu ingin aku mendatangi bersama kamu suatu tempat agar kamu mendoakan kejelekan bagi nabi Allah dan kaum mukminin.” Tidak henti-hentinya dipukuli keledai itu sampai akhirnya keledai itu mati.
Maasyiral Muslimin Hafidzakumullah,
Allah memberikan perumpamaan dengan keledai itu, untuk memberi pelajaran, bahwa seorang ulama yang bisa dibeli dengan dunia, ia menjual agamanya karena dunia, derajatnya lebih rendah dari keledai. Keledai yang ditungganginya bisa masuk surga tapi ulamanya masuk neraka. Al-Quran memberikan perumpamaan ulama yang mengalami su’ul khatimah itu, dengan perumpamaan yang paling keras. Perumpamaan dia, kata al-Quran seperti perumpamaan anjing, kalau kau serang dia, dia julurkan lidahnya; kalau kau tinggalkan dia, dia tetap julurkan lidahnya.
Akhir dari kisah perjalanan di dunia ini hanya ada dua macam, berakhir dengan baik atau berakhir dengan buruk. Karena itu yang menentukan keberhasilan dalam mencapai kebahagiaan di akhirat nanti adalah ujung amal-amal kita. Ali bin Abi Thalib pernah mengatakan, “Seluruh dunia ini tidak lain adalah kebodohan kecuali tempat-tempat ilmu. Dan seluruh ilmu itu dapat menjadi hujjah yang mencelakakan (di hari akhirat nanti) kecuali bila ilmu itu diamalkan. Dan seluruh amal itu adalah riya kecuali yang dilakukan dengan ikhlas. Dan yang dilakukan dengan ikhlas pun berada di tepi bahaya yang besar sampai seorang hamba yakin akan akhir amal-amalnya.”
Maasyiral Muslimin Hafidzakumullah,
Ucapan Imam Ali ini mengisyaratkan bahwa belum tentu orang yang salih sekalipun akan berakhir dengan baik dalam pencapaian amalnya. Ini artinya harus ada kehati-hatian dalam beramal agar tidak terjerumus ke dalam su’ul khatimah.
Maasyiral Muslimin Hafidzakumullah,
Untuk berlindung dari suul khatimah, hal pertama yang harus kita lakukan, menurut al-Ghazali adalah menghindari segenap perasaan cukup akan kesucian diri. Tidak merasa puas dan senantiasa merasa bahwa kita belum mencapai apa-apa dalam perjalanan mendekati Tuhan harus selalu dipupuk dalam sanubari kita. Jangan pernah sekalipun merasa diri yang paling benar dan menganggap orang lain sesat.
Kedua, kita harus memandang bahwa penyucian diri sebagai sebuah jalan tanpa ujung, proses tanpa batas. Setiap kali kita merasa cukup, ketahuilah bahwa kita belum cukup.
Ketiga, kita mesti senantiasa merendah diri di hadapan Allah SWT dan memohon kepada-Nya agar kita diberi husnul khatimah, akhir yang baik.
Permohonan ini seharusnya diucapkan dalam setiap doa yang kita panjatkan supaya Dia meneguhkan langkah-langkah kita. Al-Quran bahkan mengajarkan doa supaya kita terhindar dari su’ul khatimah: Ya Allah, janganlah Kau gelincirkan hati kami setelah Kau beri petunjuk kepada kami, anugerahkanlah kepada kami kasih-sayang-Mu, sesungguhnya Kau Maha Pemberi Anugerah.
Khutbah Jumat II: Cara Menghindar dari Su’ul Khatimah
اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، وَأَحُثُّكُمْ عَلَى طَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحًمُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ اْلقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ. صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمُ وَصَدَقَ رَسُوْلُهُ النَّبِيُّ الْكَرِيْمُ وَنَحْنُ عَلَى ذلِكَ مِنَ الشَّاهِدِيْنَ وَالشَّاكِرِيْنَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْياَءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَقَاضِيَ الْحَاجَاتِ. رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار. عِبَادَ اللهِ! إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ، فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
(AN)
Baca juga teks khutbah Jumat yang lain di sini.