Tak bisa dipungkiri setiap manusia butuh, teman, sahabat, saudara ataupun partner dalam menjalani kehidupan. Manusia tidak bisa hidup sendiri, ia butuh tangan orang lain untuk bisa sampai pada tujuannya.
Allah swt menciptakan manusia dalam keadaan lemah sehingga sejak hari kelahirannya manusia butuh kepada selainnya.
Namun permasalahannya siapa yang pantas kita jadikan partner dalam hidup kita? Apa kriteria sahabat yang pas untuk bisa saling bahu membahu untuk mencapai tujuan? Bukankah banyak pula sahabat yang pada akhirnya menyeret kita ke jurang penyesalan?
Kali ini kita akan mengutip kisah abadi dari Al-Qur’an tentang kriteria dari seorang partner atau saudara?
Dalam kisah antara Nabi Musa as dan Harun as, Allah swt mengabadikan doa beliau dalam firman-Nya,
وَٱجۡعَل لِّي وَزِيرٗا مِّنۡ أَهۡلِي – هَٰرُونَ أَخِي – ٱشۡدُدۡ بِهِۦٓ أَزۡرِي – وَأَشۡرِكۡهُ فِيٓ أَمۡرِي – كَيۡ نُسَبِّحَكَ كَثِيرٗا – وَنَذۡكُرَكَ كَثِيرًا – إِنَّكَ كُنتَ بِنَا بَصِيرٗا
“Dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku, (yaitu) Harun, saudaraku. Teguhkanlah kekuatanku dengan (adanya) dia, dan jadikanlah dia teman dalam urusanku, agar kami banyak bertasbih kepada-Mu dan banyak mengingat-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Melihat (keadaan) kami.” (QS.Tha-Ha:29-35)
Ayat-ayat diatas ingin menggambarkan bahwa kita tidak cukup mencari partner atau sahabat untuk sekedar teman ngobrol, teman main atau teman bercanda.
Kita butuh lebih dari itu ! Seseorang membutuhkan partner untuk membantunya sampai pada tujuan. Apa kriterianya?
“Teguhkanlah kekuatanku dengan (adanya) dia…”
“dan jadikanlah dia teman dalam urusanku…”
Carilah partner dan sahabat yang bisa meneguhkanmu ketika engkau tertimpa masalah. Bisa menguatkanmu ketika engkau mulai lelah. Bisa menyemangatimu ketika semangatmu mulai patah.
Lalu apa tujuan yang ingin diraih?
Di akhir ayat itu disebutkan :
“Agar kami banyak bertasbih kepada-Mu.”
Inilah tujuan utamanya. Sahabat sejati adalah yang bisa saling membantu untuk selalu mengingat Allah. Partner yang setia adalah yang saling mengingatkan untuk teguh dijalan-Nya. Saudara yang sesungguhnya adalah yang menarikmu dari kesalahan ketika engkau mulai lalai.
Karenanya, jagalah jarakmu dengan sahabat yang tidak memikirkan akhiratmu. Karena ia tidak benar-benar mencintaimu !
Seorang sahabat yang mencitaimu adalah yang memikirkan akhiratmu, rela menanggung resiko untuk menegurmu, karena dia tidak hanya ingin melihatmu tersenyum di dunia, namun ia ingin melihatmu selamat di akhirat.
يَٰوَيۡلَتَىٰ لَيۡتَنِي لَمۡ أَتَّخِذۡ فُلَانًا خَلِيلٗا – لَّقَدۡ أَضَلَّنِي عَنِ ٱلذِّكۡرِ بَعۡدَ إِذۡ جَآءَنِي
“Wahai, celaka aku! Sekiranya (dulu) aku tidak menjadikan si fulan itu teman akrab(ku). Sungguh, dia telah menyesatkan aku dari peringatan (Al-Qur’an) ketika (Al-Qur’an) itu telah datang kepadaku.” (QS Al-Furqan:28)
*Selengkapnya, bisa klik di sini