Allah swt berfirman,
ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلۡكَٰظِمِينَ ٱلۡغَيۡظَ وَٱلۡعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ
“(yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan. (QS.Ali ‘Imran:134)
Salah satu tanda orang yang bertakwa adalah kemampuan mereka dalam mengendalikan amarahnya.
Mereka bukanlah benda mati yang tidak memiliki perasaan. Namun mereka memiliki hati setebal baja yang mampu memenjarakan amarahnya.
Kepedihan dan rasa sakit tidak mampu menggoyang kebijaksanaan dalam jiwanya.
Caci maki dan tekanan tidak membuatnya kalap dan bertindak diluar batas.
“Dan orang-orang yang mengendalikan amarahnya…”
Adalah sebuah tanda kedewasaan diri dan kematangan jiwa.
Bagi mereka, kesabaran walaupun pahit akan memberi hasil yang manis. Sementara dendam dan amarah yang meluap-luap hanya akan berakhir pada kerugian dan penyesalan.
Bila kita bertanya, “Apa faktor yang membuat hati mereka kuat menahan segala gangguan dan hinaan dari orang lain?”
Tentu jawabannya adalah “Keyakinannya yang sangat kuat kepada Allah swt.”
Orang-orang bertakwa sangat yakin bahwa Allah selalu melihat kondisi mereka. Mendengar rintihan mereka. Merasakan kepedihan hati mereka. Dan Allah tidak akan pernah melupakan semua itu.
Orang-orang bertakwa lebih memilih diam dan tidak membalas dendam karena mereka yakin balasan Allah akan jauh lebih indah apabila mereka mampu untuk bersabar.
Dalam beberapa buku tafsir yang membicarakan tentang ayat ini, dikutip sebuah kisah yang begitu indah tentang cucu Nabi saw yang bernama Imam Ali Zainal Abidin.
Dikisahkan seorang budak wanita Imam Zainal Abidin sedang membantu beliau menuangkan air untuk berwudhu. Tiba-tiba kendi yang berisi air itu jatuh dari tangannya dan melukai Imam.
Imam Zainal Abidin mengangkat kepalanya dan seketika budak itu berkata,
“Sesungguhnya Allah swt berfirman,
وَٱلۡكَٰظِمِينَ ٱلۡغَيۡظَ
“Dan orang-orang yang menahan amarahnya.”
Lalu imam berkata kepadanya,
“Aku telah menahan amarahku.”
Budak itu melanjutkan ayat tersebut,
وَٱلۡعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ
“Dan memaafkan (kesalahan) orang lain.”
Imam menjawab, “Aku telah memaafkanmu.”
Budak ini melanjutkan ayat yang ia baca,
وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ
“Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.”
Imam menjawab, “Pergilah, engkau telah bebas karena Allah swt.”
Maka tenangkan hatimu, redam lah amarahmu dan nanti lah balasan indah dari Allah swt.
*Bisa juga dibaca di sini