Khalifah Harun Al-Rasyid sedang mengalami stres berat. Pasalnya ia merasa menyesal telah mengusir Abu Nawas dan tidak boleh menemuinya di istana. Khalifah merasa kesepian karena tidak ada yang bisa menghiburnya dengan cerita lucu dan konyol seperti Abu Nawas.
Rasa sepi dan sesal yang mendalam membuat Khalifah akhirnya memerintahkan prajuritnya memanggil Abu Nawas untuk menghadapnya. “Abu Nawas mungkin marah kepadaku, tapi pergilah ke rumahnya dan ajaklah ke istana,” perintahnya.
Dengan semangat prajurit itu menemui Abu Nawas di rumahnya. Terjadilah dialog yang kemudian membuat prajurit tersebut kebingungan. Abu Nawas tidak mau menghadap khalifah dengan alasan lagi hamil. ” Maaf prajurit, aku minta tolong sampaikan kepada Paduka yang Mulia bahwa aku tidak bisa mengikuti perintah beliau karena aku sakit dan hendak bersalin. Saat ini aku sedang menunggu dukun beranak untuk proses kelahiran bayiku ini,” kata Abu Nawas dengan mengelus perutnya yang buncit.
Mendengar hal itru prajurit langsung balik kanan dan kembali di istana. Sesampainya di hadapan Khalifah prajurit itu menyampaikan apa yang terjadi. Mendengar laporan tersebut khalifah hanya benngong dan berkata dalam hati,” Ajaib sekali. Baru kali ini ada laki-laki hamil dan menunggu dukun beranak pula.”
Kabar ini membuat Khalifah penasaran dan akhirnya memutuskan untuk menengok Abu Nawas. Bersama dengan rombongan, Khalifah berjalan menuju rumah Abu Nawas. Terlihat dari kejauhan rombongan khalifah, maka Abu Nawas berlari menghampirinya.
” Wahai baginda, sebuah kerhormatan besar baginda datang ke rumah hamba yang hina ini,” ujar Abu Nawas.
Sesampainya di rumah, khalifah diperilahkan duduk dan sejenak kemudian berkata, “Aku datang kemari karena ingin tahu keadaanmu. Ada kabar engkau sakit bahkan hamil dan sedang menunggu dukun beranak. Coba jelaskan kenapa laki-laki hamil dan siapa dukun beranaknya”
Mendengar hal tersebut Abu Nawas tidak menjawab, hanya tersenyum kecut. Selanjutnya Abu Nawas menjelaskan,” Baginda telah mengusirku dari istana, tetapi setelah 6 bulan berlalu tanpa alasan yang jelas. Kemudian datanglah utusan yang memanggil hamba ke istana. Keadaaan ini ibarat hubungan laki-laki dan perempuan yang kemudian hamil tanpa menikah. Tentu saja ini pelanggaran baik secara adat dan agama.”
Setelah itu Abu Nawas menjelaskan bahwa seorang pemimpin harusnya tidak plin-plan dalam mengeluarkan perintah dan tidak boleh mencabut perintahnya lagi. “Jika hal itu dilakukan, seperti menjilat air ludah sendiri dan itulah tanda-tanda pengecut. Maka dari itu sebaiknya Baginda berfikir masak-masak sebelum bertindak. Itulah tamsil seorang lelaki yang hendak bersalin,” ucap Abu Nawas menyentil perilaku Khalifah.
Abu Nawaspun melanjutkan pembicaraannya,” Adapun dukun beranak yang ditunggu itu adalah tamsil kedatangan Baginda ke rumahku ini. Maka ketika Baginda datang, hamba sudah melahirkan artinya hilangnya rasa sakit atau takut hamba kepada Baginda.”