Menjadi penghafal al-Qur’an adalah idaman banyak orang. Bahkan, banyak orang tua berbondong-bondong mendaftarkan anaknya ke pesantren-pesantren Tahfiz al-Qur’an. Berharap bahwa kelak sang anak tumbuh menjadi Hafiz dan tabungan di akhirat. Keutamaan bagi penghafal al-Qur’an juga sudah tersampaikan dalam Hadis-Hadis Rasulullah SAW, di antaranya yaitu:
Dari Anas ra, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “sesungguhnya Allah SWT itu mempunyai keluarga yang terdiri dari manusia.” Kemudian Anas ra berkata: “Lalu Rasulullah SAW ditanya, “siapakah itu wahai Rasulullah SAW?” Beliau menjawab, “Yaitu Ahlul Qur’an (orang yang membaca dan menghafal al-Qur’an dan mengamalkan isinya). Mereka adalah keluarga Allah SWT dan orang-orang yang istimewa bagi Allah SWT”.(HR. Ahmad, Ibnu Majah, al-Darimi dan al-Nasa’i)
Para penghafal al-Qur’an dijadikan sebagai keluarga Allah SWT dari kalangan manusia, selain itu keistimewaan yang diberikan Allah SWT kepada para penghafal al-Qur’an yaitu akan menempati kelas tertinggi di surga, selalu diprioritaskan bahkan saat wafat (kisah sahabat Rasulullah SAW yang didahulukan untuk dimakamkan karena hafalannya lebih banyak), serta diberi mahkota kehormatan di akhirat.
Namun, di sisi lain, para penghafal al-Qur’an juga memiliki rambu-rambu ketat bahkan ancaman dosa besar jika tidak menjaga hafalannya tersebut, juga tidak memahami dan mengamalkan kandungan ayat al-Qur’an. Mari kita ketahui dan resapi bahwa hafalan al-Qur’an itu cepat hilang dan pergi. Apalagi, jika kita tidak pernah menjaganya dengan mengulang-ngulang hafalan kita setiap hari (muraja’ah). Rasulullah SAW bersabda:
“Peliharalah hafalan al-Qur’an itu. Sebab, demi Zat yang menguasai jiwa Muhammad SAW, al-Qur’an itu lebih cepat terlepas daripada unta yang terikat dalam ikatannya” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ketahuilah saudaraku, para penghafal al-Qur’an adalah ibarat pemilik unta yang sedang diikat. Jika kita sebagai pemilik unta senantiasa menjaga ikatan unta tersebut, maka unta tidak akan pergi dan tidak hilang. Sebaliknya, jika kita tidak menjaga ikatan unta itu dengan baik, maka unta pun akan pergi dan hilang. “Dari Ibnu Umar ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda: Orang yang hafal al-Qur’an itu tak ubahnya dengan orang yang mempunyai unta yang diikat. Apabila ia mau menjaga unta tersebut, maka ia dapat memegangnya, dan apabila ia membiarkannya, maka ia akan pergi”. (HR. Bukhari, Muslim dan Nasa’i).
Sama halnya dengan hafalan yang kita sudah perjuangkan, jika kita tidak menjaganya dengan murajaah maka ia akan pergi. Ibu Nyai Hj. Hannah Zamzami, Pemilik PP. al-Baqoroh Lirboyo berpesan kepada para penghafal al-Qur’an “Ojo wedi ora lanyah, nanging wedio yen ora nderes, pokok gelem nderes yoo insyaAllah lanyah”
“Jangan takut tidak lancar, akan tetapi takutlah jika kamu tidak mengulang-ngulang hafalan tersebut (muraja’ah), yang penting itu murajaah maka nanti pasti akan lanyah juga”
Mari kita mengulang terus hafalan yang sudah kita hafal setiap hari walaupun hanya satu halaman al-Qur’an. Menyempatkan untuk al-Qur’an adalah wajib. Sesibuk apapun itu. Dengan menjaga hafalan al-Qur’an sebaik-baik mungkin, maka InsyaAllah akan selalu dalam penjagaan Allah SWT dengan sebaik-baiknya juga. Relakah kita membiarkan hafalan al-Qur’an hilang dan pergi begitu saja?
Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin.