Jaringan GUSDURian bekerja sama dengan UNESCO mengadakan advanced training bagi tokoh agama dengan tema “Meneguhkan Peran Tokoh Agama dalam melakukan Kampanye Narasi #PemiluDamai” di Yogyakarta. Agenda ini berlangsung pada Jumat-Minggu, 20-22 Oktober 2023. Training ini merupakan bagian dari proyek Social Media 4 Peace yang didanai oleh Uni Eropa.
Project Social Media 4 Peace bertujuan menjamin kebebasan berekresi dan memperkuat ketahanan masyarakat terhadap konten yang berpotensi membahayakan yang disebarkan secara online, khususnya ujaran kebencian yang memicu kekerasan, dan meningkatkan promosi perdamaian melalui teknologi digital, terutama media sosial.
Dalam sambutannya Koordinator Sekretariat Nasional Jaringan GUSDURian Jay Akhmad mengungkapkan bahwa media sosial memiliki andil yang sangat besar dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. Apalagi pada tahun politik, potensi ujaran kebencian dan informasi palsu digunakan oleh aktor politik sangat besar. “Oleh karenanya kami mengundang para tokoh agama untuk mengikuti pelatihan ini agar menjadi agen perdamaian yang bisa menyebar narasi positif di media sosial dan lingkungan masing-masing,” ujarnya.
Selain membekali tokoh agama dengan berbagai pengetahuan dan kemampuan memilah informasi, training ini menjadi ruang pertemuan bagi para tokoh agama untuk berbagi pengalaman. Diharapkan para tokoh agama bisa saling berkolaborasi dan memperluas pengaruhnya dalam dunia digital.
Dalam sambutannya, Ana Lomtadze selaku programme specialist, communications & informations of UNESCO Jakarta Office menyampaikan pentingnya membekali para tokoh agama dengan berbagai literasi di dunia maya. Ia menegaskan bahwa hate speech dan informasi palsu merupakan gejala global yang perlu disikapi secara serius. “Pada Pemilu 2024, tokoh agama memiliki peran penting memastikan pemilu berjalan damai. Menyelenggarakan pemilu di era digital, bagaimanapun membutuhkan skill, pemahaman alat dan keterlibatan semua aktor termasuk sumber daya yang dimiliki. Pelatihan ini diharapkan dapat membekali pengetahuaan dan keterampilan yang dibutuhkan serta efektif mengatasi disinformasi dan ujaran kebencian, sekaligus melindungi kebebasan berekspresi di komunitas dan ruang yang lebih luas,” katanya.
Salah satu pemateri Savic Ali memberikan gambaran mengenai kondisi dunia maya dalam kontestasi politik. Informasi palsu, ujaran kebencian, dan berbagai bentuk serangan bernuansa politik akan menghiasi ruang publik di masa kampanye. “Tokoh agama perlu terlibat aktif menyuarakan narasi positif demi mendukung pemilu damai,” tegas Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama tersebut.
Pelatihan ini diikuti oleh 20 tokoh lintas agama atau keyakinan dari berbagai wilayah di Indonesia. Selama tiga hari, peserta akan mendapat materi pembekalan digital, seperti lanskap media digital, pengetahuan tentang freedom of expression, harmful content, dan informasi palsu, memahami karakter media sosial, hingga pembuatan konten narasi perdamaian melalui media digital. Materi-materi tersebut dibawakan oleh para ahli yang bergelut di media digital, di antaranya Savic Ali (pendiri NU Online), Novi Kurnia (Kepala Tim Peneliti Center for Digital Society), dan Ahmad Nasir (Pegiat Literasi).
Suaib salah satu peserta dari Makassar Sulawesi Selatan mengaku sangat antusias mengikuti agenda ini. “Bagi saya kegiatan ini sangat penting. Selain menunjang aktivitas saya selaku pegiat sosial, media sosial menjadi ruang strategis untuk menyampaikan pesan-pesan damai, apalagi jelang tahun politik 2024,” ungkap Koordinator Wilayah GUSDURian Sulawesi, Maluku, dan Papua itu.