Rasulullah hidup sangat sederhana. Rumahnya jauh dari kemewahan. Bahkan, tak jarang Rasulullah menahan lapar. Saking susahnya makanan di rumah Rasulullah, dikisahkan bahwa Abu Hurairah pernah hampir pingsan kelaparan ketika berada di dekat rumah Rasulullah. Rumah Rasulullah pun tidak terlalu luas dan sangat kecil. Bahkan, kalau shalat malam, tangan Rasulullah tak sengaja menyentuh istrinya, Siti Aisyah.
Nabi SAW memiliki sembilan rumah. Sembilan rumah ini ditempati oleh masing-masing istri Rasulullah. Empat rumah ada kamar tidur di dalamnya, sementara lima rumah lainnya tidak memiliki kamar. Rumah Rasulullah tiangnya pendek. Bahkan, kalau orang yang tinggi, bisa menyentuh loteng rumah Rasulullah. Karena rumah Rasulullah kecil, orang-orang menyebut rumah beliau dengan hujurat, yang berati kamar.
Sayangnya bangunan rumah Rasulullah ini tidak dijaga dan dipertahankan oleh para khalifah, sehingga kita pada masa sekarang tidak dapat melihat dengan jelas seperti apa bentuk rumah Rasulullah. Kita tidak bisa melihat secara langsung betapa sederhananya hidup dan rumah Rasulullah, kecuali melalui literatur sejarah dan hadis-hadis Nabi.
KH. Ali Mustafa Yaqub dalam buku Islam di Amerika, menulis khusus tentang bagaimana kehidupan Rasul dan kondisi rumahnya. Dalam buku itu, beliau menjelaskan bahwa rumah Rasulullah digusur untuk perluasan masjid pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Banyak orang yang menangis ketika mendengar rumah itu digusur. Sa’id bin al-Musayyab, seorang tabi’in mengatakan, “Demi Allah, saya lebih suka seandainya rumah-rumah itu dibiarkan begitu saja tidak digusur. Agar orang-orang yang datang baik dari kota Madinah maupun dari luar kota dapat mengetahui betapa sederhananya kehidupan Nabi SAW, sehingga hal itu akan mendorong mereka untuk tidak berlomba-lomba menumpuk harta.”
Kendati bukti fisik rumah Rasulullah sudah tidak ada, kita masih dapat mengetahui kesederhanaan Rasulullah itu dari hadis-hadis Nabi dan kitab-kitab sejarah. Semoga kita bisa meniru hidup sederhana Rasulullah.