Dalam negara yang menganut sistem demokrasi, sebuah kritik merupakan keniscayaan untuk menciptakan keseimbangan. Termasuk Indonesia, belum lama ini Presiden Joko Widodo meminta masyarakat agar lebih aktif menyampaikan kritik terhadap kinerja pemerintah.
Di samping itu, Jokowi juga meminta pemerintah meningkatkan kualitas pelayanan publik. Jokowi ingin pelayanan publik semakin baik di masa mendatang. Dia berharap seluruh pihak ikut ambil bagian dalam mewujudkannya.
“Masyarakat harus lebih aktif menyampaikan kritik, masukan, atau potensi mal-administrasi, dan pelayanan publik harus terus meningkatkan upaya perbaikan-perbaikan,” kata Jokowi saat berpidato di Peluncuran Laporan Tahunan Ombudsman RI Tahun 2020, Senin (8/2).
Sejurus kemudian, pernyataan Jokowi itu menuai tanggapan di media sosial. Ada yang benar-benar menyampaikan kritik serius kepada pemerintahan Jokowi, ada pula yang menanggapi Jokowi dengan jenaka, baik lewat meme maupun satire.
Seorang pengamat dan aktivis perempuan Kate Walton, misalnya, mengaku pernah dicekal dan dideportasi setelah menyampaikan kritik.
“Aku aktif sampaikan kritik dan masukan, kok malah dideportasi dan dicekal,” tulisnya di akun twitter @waltonkate.
Selain itu, di Twitter, seorang aktivis dan penulis buku Jurnalisme Investigasi, Dandy Laksono, juga memberikan tanggapan terhadap pernyataan Jokowi. Dia mencuitkan pengalamannya saat ditangkap aparat, segera setelah Jokowi bicara tentang komitmen menjaga demokrasi.
Di kolom balasan, warganet meyambar kicauan Dandy dengan beragam komentar. Yang paling menarik adalah tentang siluet papan catur dengan Jokowi yang diibaratkan sebagai pion, lalu masyarakat sebagai kuda, dan UU ITE yang telah siaga mengawal pion.
— masriyadi (@MazRiyadi) February 8, 2021
Selain itu, ada juga yang memberi tanggapan dengan tangkapan layar dari sebuah judul artikel. “Cara Jitu Memprediksi Kondisi Negara: Dengarkan Apa yang dikatakan Jokowi, Lalu Lihat Sebaliknya.”