Mullah (guru) Nasrudin adalah sosok sufi yang sarat akan lelucon. Namun balik leluconnya itu syarat akan makna yang dalam. Kisah Nasrudin dikenal di seluruh belahan dunia dengan nama yang berbeda-beda.
Pada suatu hari Nashruddin biasa membawa keledainya dengan kantong di punggung kanan kiri penuh dengan kanting – kantong berisi sekam. Tiap hari ia menyeberangi perbatasan. Tentu saja hal ini mencurigakan aparat keamaan di wilayah tersebut. Ketika ditanya apa yang dilakukan setiap hari melewati perbatasan. “Penyelundup,” jawab Nasrudddin tanpa beban. Jawaban ini tenttu membuat Tak pejaga perbatasan serius memeriksa. Hal tersebut dilakukan Nasruddin tiap hari. Sialnya petugas perbatasanpun tidak pernah menemukan apa yang diseludupkan Nasruddin.
Mereka selalu memeriksa dan menurunkan kantong sekamnya. Ada yang dimasukkan ke dalam air. Tidak jarang yang dibakar. Kebiasan itu berlangsung selama berbulan-bulan. Setiap kali di perbatasan, Nasruddin pun diperiksa dan sekamnya kemudian dibuang. Dan kali itu pula petugas tidak menemukan barang bukti seludupan. Nasruddin selalu melenggang dengan tenang.
Namun hal yang aneh terjadi. Biarpun barangnya selalu dibuang, Nasruddin justru semakin makmur dan kaya. Pada suatu saat Nasrudddin berhenti sebagai penyeludup dan pindah ke negeri lain. Setelah berberapa tahun menetap di negeri tersebut, berjumpalah Nasrudin dengan petugas perbatasan yang setiap hari memeriksanya dulu. Petugaspun berkata kepada Nasrudin,”Tolong Anda ceritakan apa yang Anda seludupkan dulu sehingga Anda susah ditangkap?”
Dengan enteng Nasruddin menjawab,”Keledai.”