Di sutau zaman, terdapat salah seorang yang shalih nan taat memiliki kebiasaan unik, yakni sebisa mungkin tidak mengunjungi seorang wanita (atau rumah yang di dalamnya ada wanitanya, pen.). Hanya saja kebiasaan ini terpaksa ia “langgar” manakala mendengar ada seorang wanita di suatu perkampungan yang memiliki suatu kemuliaan (karamah) yang sangat luar biasa, yakni memiliki kambing yang tidak saja mengeluarkan susu, tapi juga madu.
Lantas, ia pun memutuskan diri untuk berkunjung kepada wanita tersebut dengan tujuan bisa melihat dan merasakan/mencicipi secara langsung susu dan madu yang diperah dari kambing itu. Sesampainya di desa di mana wanita itu tinggal, ia membeli sebuah gelas yang nantinya ia gunakan untuk mewadahi susu dan madu itu.
Setelah berada di rumah wanita pemilik kambing, orang shalih ini mengucapkan salam dan mengutarakan keinginannya, “Maksud kedatanganku ke sini adalah untuk melihat karamah pada kambing yang engkau miliki”.
Setelah mempersilakan masuk, wanita itu pun segera membisikkan kata-kata (mempengaruhi) kepada kambing itu. Ia juga memerahnya. Lalu secara ajaib keluarlah susu dan madu. Orang shalih itu pun akhirnya bisa mencicipi dan membuktikan adanya karamah itu secara langsung. Hal ini benar-benar membuatnya kagum.
Karena merasa penasaran bagaimana awalnya sang wanita bisa memiliki kambing itu, ia memintanya untuk menceritakan awal muasal kepemilikan kambing karamah ini. Sang wanita pun mulai berkisah.
***
Ceritanya, di suatu hari raya, suami dari wanita ini ingin menyembelih kambing yang mereka miliki (sebagai hewan kurban, pen.). Namun, karena harta yang mereka miliki hanya kambing itu, maka sang wanita meminta kepada suaminya untuk membatalkan niatnya. Ia berdalih bahwa Allah SWT pasti memaklumi kondisi mereka. Penyembelihan itu akhirnya urung dilakukan.
Beberapa saat setelah itu, di hari itu juga, rumah mereka keadatangan tamu, seorang lelaki yang memang berniat mencari jamuan. Sang wanita itu akhirnya berkata kepada suaminya, “Tamu kita ini adalah seorang yang shalih. Dalam agama kita, kita diperintahkan untuk menghormati tamu. Sekarang aku mohon, sembelih saja kambing ini yang mana dagingnya akan kita gunakan untuk menjamu tamu ini”.
Rencanya, kambing itu disembelih di dalam rumah. Namun karena sang wanita takut hal itu akan membuat anak-anak mereka menangis, maka sang wanita itu meminta suaminya untuk menyembelih di luar rumah saja.
Ketika sang suami akan menyembelihnya, tiba-tiba muncul seekor kambing (lain) yang melompat dan masuk ke dalam rumah. Sang wanita itu membatin, “Ah, mungkin kambing yang disembelih suamiku melarikan diri”. Ia pun bergegas melihat sang suami. Anehnya, di luar rumah, sang suami terlihat sedang menguliti kambing yang disembelihnya tadi.
“Wahai suamiku, ceritakan kepadaku tentang hal ini (munculnya kambing karamah)!” pinta sang istri kepada suaminya.
“Mungkin Allah SWT membalas dengan sesuatu yang lebih baik dari apa yang telah kita keluarkan (sembelih),” jawab sang suami.
Dan benar, ketika sang wanita (istri) itu memerah kambing yang muncul tiba-tiba itu, yang keluar susu dan madu. Ia berkata, “Wahai suamiku, jika kambing-kambing biasa hanya mengeluarkan susu, namun kambing ini beda. Yang keluar darinya tidak hanya susu, namun juga madu. Mungkin ini berkah dari penghormatan kita kepada tamu”.
Begitulah, kisah yang termaktub dalam kitab al-Nawadir, karya Shihabuddin al-Qalyubi ini menjadi motivasi bagi kita bersama agar sebisa mungkin menghormati dan memuliakan tamu. Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia berkata baik atau diam. Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia memuliakan tetangganya. Siapa yang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya” (HR. Bukhari)