Mungkin ada sebagian dari kita, setelah tahu bahwa hadis-hadis tentang ibadah di bulan Rajab itu dhaif, lantas tidak terlalu memperdulikan dengan ibadah Rajab. Ulama mewanti-wanti agar tidak bersikap seperti itu. Jangan menganggap remeh ibadah Rajab yang didasarkan pada hadis dhaif. Di antara ulama yang menyatakannya adalah Syekh Muhammad Amin Kurdi. Pengarang kitab Tanwirul Qulub; kitab yang cukup sering dikaji di Indonesia.
Syekh Muhammad Amin Kurdi bernama lengkap Muhammad Amin Bin Fahullah Zadah Al-Kurdi Al-Irbili. Beliau hidup pada kurun 13 hijriyah. Beliau merupakan ulama yang mendalam ilmunya dalam berbagai bidang. Salah satu lembaga pendidikan yang pernah dienyamnya adalah Universitas Al-Azhar Mesir. Selain itu, beliau juga penganut sekaligus mursyid Thariqah Naqsabandiyah. Dalam fiqih beliau menganut Madzhab Syafi’i.
Syekh Muhammad Amin Kurdi menyatakan agar tidak meremehkan ibadah di bulan Rajab, dalam kitabnya yang berjudul Dhaous Siraj; Fi Fadhli Rajaba Wa Qisshatil Mi’raj. Kitab tersebut membahas beberapa hal. Di antaranya tentang keutamaan bulan Rajab, tentang kisah Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad, serta terkait Nabi Muhammad melihat Allah ta’ala. Kitab ini disusun disela-sela beliau menyusun kitab beliau yang berjudul Sirajul Wa’idhin.
Berikut ini adalah beberapa hal terkait keutamaan bulan rajab, yang beliau singgung dalam kitab Dhaous Siraj:
Pertama, bulan Rajab adalah bulan yang mulia. Jangan sampai menyia-nyiakannya dengan hanya melaluinya tanpa beribadah kepada Allah Ta’ala. Banyak orang diberi anugrah menemui bulan Rajab, tapi tidak bertemu bulan Sya’ban. Ada yang bertemu bulan Sya’ban, tapi tidak bertemu bulan Ramadhan. Maka penting sekali memanfaatkan kesempatan dapat melewati bulan Rajab, dengan ibadah semacam puasa dan shadaqah.
Kedua, Syekh Muhammad Amin Kurdi mengutip keterangan tentang keutamaan bulan Rajab tidak hanya dari Al-Qur’an dan Hadis, tapi juga keterangan beberapa ulama. Di antaranya adalah keterangan Syaikh Abdul Qadir Jailani dalam kitab Al-Ghunyah.
Ketiga, salah satu ibadah bulan Rajab yang beliau tekankan adalah puasa. Hal ini disebabkan adanya beberapa orang yang menyatakan diharamkannya puasa Rajab, padahal jelas-jelas bulan Rajab adalah bulan mulia. Ketika menyatakan bahwa puasa Rajab adalah ibadah yang dianjurkan, beliau mengutip keterangan Imam Izzudin Ibn Abdis Salam, serta Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin disertai keterangan Imam Al-Iraqi mengenai hadis yang dipakai Imam Al-Ghazali dalam mendukung dianjurkannya puasa Rajab.
Keempat, Syekh Muhammad Amin Kurdi berkomentar terkait keberadaan hadis keutamaan puasa rajab yang berstatus dhaif: “Ketahuilah, hadis-hadis ini tidak sepatutnya untuk tidak diamalkan. Sebab Imam Al-Nawawi dalam Kitab Al-Adzkar berkata, ‘Para ulama dari kalangan ahli hadis, fiqih serta selainnya menyatakan, boleh serta dianjurkan mengamalkan hadis dhaif dalam persoalan keutamaan-keutamaan ibadah serta anjuran-anjuran dalam ibadah, selama tidak berstatus palsu. Sedang dalam persoalan hukum seperti halal dan haram, jual-beli, nikah, talak dan selainnya, maka tidak boleh mengamalkan selain yang berdasar hadis sahih atau hasan’.
Imam Al-Nawawi juga berkata, ‘Ketahuilah, sepatutnya bagi orang yang tahu tentang keterangan keutamaan-keutamaan amal, agar mengamalkannya walau sekali. Agar termasuk orang yang mengamalkannya’.
Kelima, Syekh Muhammad Amin Kurdi mewanti-wanti agar tidak memandang rendah hadis-hadis tentang keutamaan amal, sebab menampakkan besarnya pahala dan bentuk amal yang kecil. Sebab itu tidak ada apa-apanya dibanding luasnya rahmat Allah ta’ala.