Ketika Rasul dan sahabatnya sedang berada di masjid, tiba-tiba datang seorang badui gurun. Ia langsung mojok, dan kencing di sudut masjid. Para sahabat pun marah.
“Hai badui gurun, ini tempat shalat. Keparat kau kencing di masjid.”
Melihat kemarahan sahabatnya, nabi langsung mengingatkan.
“Jangan marah. Badui itu tidak tahu. Air kencing gampang dicuci. Tapi kemrahanmu terhadap orang yang tak mengerti bermasalah di kemudian hari,” ujar Rasul.
Benar saja, sang badui memang tak tahu kalau tempat dalam masjid itu suci. Kedatangannya hanya ingin melihat Rasulullah yang ia dengar dari tetangganya.
“Benar, Rasulullah seorang pemaaf dan lembut,” ujarnya dalam hati.
“Apa tujuanmu datang ke masjidku?,” tanya Rasul.
“Saya ingin masuk Islam. Aku mohon sarat yang ringan,” kata si badui.
“Boleh, saratnya cuma satu. Kau jangan berbohong!”
“Baiklah ya Muhammad, aku janji tidak berbohong.”
Sesederhana itulah Nabi mengajarkan Islam kepada orang badui yang kencing di masjid. Entah bagaimana, seandainya Rasul melihat wanita membawa anjing ke masjid.
Konon, si badui akhirnya membaca sahadat. Kejujurannya membawa berkah. Teman-temannya makin suka terhadapnya.
Entah pula, bagaimana jika wanita pembawa anjing di masjid itu dimaafkan. Karena anjing adalah satu-satunya mahluk Tuhan yang terhormat, yang diberi kesempatan menemani para ashabul kahfi tidur di gua sepanjang 300 tahun untuk membuktikan kebesaran Tuhan.