Musim haji sudah dekat, jamaah Indonesia telah secara bertahap berangka menuju Arab Saudi dari berbagai embarkasi. Haji tahun ini adalah musim haji kedua pasca pandemi Covid, dan di tahun ini setelah menurunnya jumlah kasus WHO mencabut status pandemi di dunia, jamaah Indonesia jauh akan lebih banyak dan beragam latar belakang usia dan kondisi kesehatannya. Dibanding musim haji tahun 2022 lalu, jamaah haji usia lansia menjadi prioritas, dan Kementerian Agama RI merilis tagline #HajiRamahLansia.
Ibadah haji adalah ibadah yang membutuhkan kondisi fisik memadai, terlebih bagi jamaah yang datang dari luar negeri. Mereka akan menghadapi faktor cuaca juga kerumunan jamaah yang ada.
Dalam tata kelola haji Indonesia, salah satu kriteria mampu haji atau istitha’ah adalah kesehatan. Pemeriksaan dan skrining kondisi fisik tersebut dilakukan berjenjang, mulai dari fasilitas kesehatan primer dan jika diperlukan mesti mendapatkan rekomendasi setingkat rumah sakit, sesuai kondisi dari calon jamaah haji.
Berdasarkan Permenkes no. 15 tahun 2016 tentang Istithaah Kesehatan Jemaah Haji, calon jamaah dibagi menjadi dua kriteria, yaitu risiko tinggi dan bukan-risiko tinggi. Jamaah risiko tinggi adalah jamaah lansia di atas usia 60 tahun dan memiliki risiko kesehatan atau gangguan yang berpotensi menyebabkan keterbatasan dalam pelaksanaan haji. Kemudian terkait pemenuhan syarat istithaah, dibagi menjadi empat, yaitu jamaah yang memenuhi syarat, jamaah yang memenuhi syarat namun perlu pendampingan, kemudian jamaah yang tidak memenuhi syarat sementara, serta yang tidak memenuhi syarat sama sekali.
Ketika menjalankan ibadah haji, perbedaan cuaca dan iklim Arab dan Indonesia yang bisa dikatakan cukup ekstrem, membuat jamaah haji mesti bisa memantau maupun menjaga kesehatannya secara mandiri maupun sesama jamaah lainnya. Apalagi bagi jamaah yang masuk kriteria risiko tinggi. Pengawasan dan penanganan kesehatan haji sangat terbantu dengan tim PPIH bidang kesehatan maupun TKHI yang tersebar di tiap kloter jamaah. Namun, menjaga diri sendiri juga tidak kalah pentingnya.
Menyiapkan diri dengan perlengkapan kesehatan dan obat untuk diri sendiri kiranya bisa membantu kelangsungan ibadah haji maupun lingkungan Arab sendiri yang sangat menguras energi. Sebagai jamaah, kiranya bisa menyiapkan obat-obatan mandiri ini sebagai bekal perjalanan haji – di tahun ini, atau di tahun-tahun mendatang.
Berikut perlengkapan dan obat yang perlu disiapkan jamaah haji sebelum berangkat:
- Obat-obatan rutin
Bagi jamaah risiko tinggi dan penderita penyakit kronis dan tidak menular, obat-obatan rutin mesti dibawa. Kondisi itu semisal pada hipertensi, diabetes mellitus, maupun penyakit lainnya yang masih bisa terkendali dengan obat dan bisa mengikuti rangkaian haji.
Jangan lupa juga membawa kelengkapannya. Semisal bagi jamaah haji penderita diabetes mellitus pengguna insulin, bawa pen insulin beserta persiapan jarumnya. Begitupun untuk penderita asma atau PPOK yang menggunakan controlled drugs atau obat pengendali, jangan lupa bawa alat hisapnya.
- Obat-obatan simptomatik (pereda gejala)
Kadang dalam rangkaian haji, bisa saja dikeluhkan batuk, demam, nggregesi, flu, atau diare. Bisa dipertimbangkan untuk membawa obat-obatan untuk mengurangi gejala yang dialami, semisal masih belum bisa berjumpa TKHI dalam rombongan. Obat yang bisa disiapkan, semisal obat demam, obat batuk, obat diare, maupun obat maag yang masuk kriteria obat bebas. Bawa secukupnya sesuai kondisi yang paling sering dikeluhkan.
- Obat-obatan anti alergi
Pasien-pasien dengan alergi suhu atau cuaca tertentu, biasanya akan menimbulkan reaksi alergi yang beragam, mulai derajat ringan seperti hidung tersumbat atau meler, biduran, atau yang cukup mengkhawatirkan adalah kondisi asma, mata dan bibir bengkak.
Biasanya, pasien dengan alergi zat atau kondisi tertentu sudah mampu mengantisipasi dirinya dengan membawa obat-obatan atau perlengkapan mandiri. Bagi Anda maupun rekan jamaah yang memiliki alergi, jangan lupa mencermati barang yang dikonsumsi, juga segera melapor ke sesama jamaah atau TKHI jika terjadi kondisi yang lebih berat.
- Kelengkapan minum dan pencegah dehidrasi
Ini bukan obat, tapi di antara sekian kelengkapan haji yang mungkin terlewatkan adalah persiapan pencegahan dehidrasi. Kondisi dehidrasi, juga heatstroke, bisa mengancam nyawa. Anda bisa bawa dari Indonesia dengan ukuran yang tidak makan ruang dalam koper, atau segera menyiapkan ini ketika tiba di Arab.
Jamaah haji perlu perbanyak minum air, setidaknya setiap 2-3 jam, tidak perlu menunggu haus. Dalam Buku Petunjuk Teknis TKHI yang dirilis Pusat Kesehatan Haji Kemenkes RI tahun 2020, ada ketentuan jadwal gerakan minum air di jam-jam tertentu yang mesti diikuti jamaah. Hal ini untuk mencegah terjadinya dehidrasi yang dapat memicu gangguan tubuh secara sistemik dan kurangnya asupan cairan. Minum air secara rutin dapat mengurangi risiko tersebut.
Selain itu, memberi semprotan atau bilasan air ke wajah dan bagian tubuh lainya yang terkena sinar matahar bisa mencegah penguapan cairan tubuh yang masif akibat cuaca ekstrem. Mengondisikan badan tetap lembab akan mengurangi evaporasi berlebih cairan tubuh.
- Perlengkapan proteksi diri dan suplemen
Iklim Arab bisa sangat panas di tengah hari, dan dingin lagi kering di malam hari. Untuk antisipasi kondisi panas dan berdebu khas dataran Arab, bisa dipertimbangkan membekali diri dengan lotion anti-UV atau lotion pelembap, masker untuk mencegah debu dan proteksi pernapasan, juga hand sanitizer. Bawa juga topi lebar, pakaian longgar, dan alas kaki yang cukup untuk menahan terik panasnya cuaca di Arab Saudi. Untuk menjaga kebugaran diri, bila dirasa perlu, bawa suplemen vitamin juga secukupnya. Biasanya, tim kesehatan haji pun juga punya persediaan untuk vitamin tersebut.
Tentu beberapa daftar di atas bisa disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing. Karena ibadah haji ini adalah rangkaian bepergian yang cukup panjang lagi melelahkan, bekal dan perlengkapan dari Indonesia mesti disiapkan secara tepat dan efisien. Tak terkecuali untuk persiapan kesehatan ini. Selama rangkaian haji, hindari makanan atau kudapan yang dapat meningkatkan risiko penyakit. Minum air putih dan cukup hidrasi sangat krusial, dan jangan selalu tergoda minuman manis kemasan.
Jamaah Indonesia kiranya perlu selalu menjaga kondisi fisik masing-masing maupun yang didampingi dalam menghadapi serangkaian panjang ritual haji, serta segera melapor pada ketua rombongan ataupun petugas kesehatan haji jika didapati masalah kesehatan yang mengganggu dan berat. Semoga haji Anda mabrur, dan sehat lagi selamat sampai kembali ke Indonesia. (AN)