Dikisahkan, ada salah seorang sahabat Rasulullah SAW bernama Abdullah. Ia dijuluki “keledai” (himar) oleh para sahabat lainnya, karena kekuatan fisik yang dimilikinya serta ketangkasannya dalam menyikapi apapun mirip dengan himar.
Abdullah dikenal sangat mencintai Rasulullah SAW. Cintanya kepada Rasulullah begitu kuat. Oleh karena itu, ia sangat ingin dapat mempersembahkan hadiah istimewa kepada sang kekasih, Baginda Muhammad SAWsebagai ungkapan cintanya kepada Beliau.
Suatu hari, Abdullah berjalan pergi ke pasar mencari sesuatu yang hendak dihadiahkan kepada Rasulullah SAW. Setelah berkeliling pasar, akhirnya ia menemukan ada pakaian yang bagus dan pantas untuk dipakai Rasulullah SAW. Seraya bergumam dalam hati “Alangkah indahnya bila Rasulullah memakai pakaian ini”.
Lalu Abdullah melakukan tawar- menawar dengan si penjual pakaian tersebut. Setelah keduanya sepakat dengan harganya, Abdullah kemudian berkata kepada si penjual “ baik, aku setuju dengan harganya. Sekarang, mari bapak ikut saya !”
Abdullah kemudian mengajak si penjual pakaian tadi menuju rumah Baginda Muhammad SAW. Setelah keduanya sampai di depan pintu rumah Nabi, Abdullah lantas mengetuk pintu dengan pelan.
Mendengar ada yang mengetuk pintu, segera Rasulullah membuka pintu rumahnya dan mempersilahkan keduanya untuk masuk.
Setelah keduanya duduk, kemudian Abdullah alias si himar berkata, “wahai Baginda Nabi, saya punya hadiah untukmu”, sambil menyerahkan sepotong baju yang indah kepada Nabi. Dan sudah menjadi kebiasaan Nabi SAW, setiap kali menerima hadiah dari siapapun, beliau selalu membalasnya dengan yang lebih baik.
Setelah Rasulullah SAW menerima hadiah pakaian tersebut, lantas Abdullah berkata, “ wahai Nabi! Sekarang berikanlah apa yang menjadi hak orang ini” seraya menoleh kearah penjual baju yang sedang menunggu apa yang menjadi haknya.
Dengan sedikit merasa heran, Rasulullah berkata, “bukankah baju ini hadiah darimu untukku, wahai Abdullah?” Si himar lantas menjawab, “ ya. Betul, itu hadiah dariku, wahai Nabi. Tadi saya mendapatkan baju itu dari si penjual ini. Akan tetapi saya tidak punya uang sama sekali untuk membelinya. Padahal saya sangat ingin bisa memberi hadiah kepadamu, wahai Nabi”
Mendengar pengakuan dan kelakuan dari sahabatnya ini, Rasulullah SAW tertawa dan kemudian memberikan kepada si penjual apa yang menjadi haknya.