Bagai menyambut kekasih yang sekian lama dirindu-dendamkan
Tiga Majusi dari timur itu memandang nyala kejora dengan tibuh gemetaran
Bukan di dalam kamar bertilam kain beludru merah jingga
Tangis bayi itu pecah di sebuah palungan kandang domba
Dialah firman
Yang telah berkata-kata sejak dalam buaian
Buah Ruh Suci yang ditiupkan
Ke dalam cawan sang perawan
Kisahnya adalah kasih
Kasihnya adalah kisah suka cita manusia
Nasibnya adalah salib
Yang dipanggul untuk melekatkan dirinya di atas Bukit Golgota
Dia persembahkan darahnya sebagai penebusan
Dia ulurkan tangannya untuk menghidupkan mereka yang mati harapan
Dia rengkuh para fakir yang tersingkirkan
Dia selamatkan hidup perempuan yang bahkan derai air matanya tak sanggup meluluhkan kebengisan para imam
Dialah kasih yang terlahir di Baitul Lahmi
Di atas Bukit Zaitun dia habiskan malamnya dalam keheningan
Hari-harinya berpeluh untuk memeluk musuh
“Hendaklah kasihmu seperti matahari yang membagi sinarnya untuk semua,” katanya
Aku tak hendak berdebat dia putra siapa
Bapanya adalah bapaku jua
Jika yang dia ulurkan adalah kasih
Manusia macam apa yang tak akan jatuh hati
Salam atas kelahiran, kematian, dan kebangkitanmu!