Ini adalah salah satu karomah dari sayyidina Ali bin Abi Thalib yang mungkin anda tidak pernah dengar. Kisah ini jarang diceritakan dan anda beruntung sekali membaca ini di antara cerita yang menyebutkan sahabat Ali adalah sosok cerdas. Bahkan, ia memiliki banyak keistimewaan dan memiliki hubungan sangat dekat dengan Nabi.
“Kedudukan Ali bagiku seperti kepala dari tubuhku,” sabda Rasulullah SAW.
Dalam hadis lain disebutkan bahwa Nabi bersabda, “Kedudukanmu di sisiku seperti kedudukan Harun di sisi Musa, hanya saja tidak ada lagi Nabi setelahku.”
Dikisahkan bahwa suatu hari di dekat Nabi ada seekor burung, lalu beliau bersabda, “Ya Allah, semoga Engkau mendatangkan kepadaku makhluk yang paling Engkau cintai, agar dia bisa memakan burung ini bersamaku.”
Maka datanglah Ali bin Abi Thalib yang kemudian makan bersama Nabi.
Dalam beberapa catatan kitab klasik Sayidina Ali mempunyai banyak karomah. Hal-hal ajaib itu menjadi salah satu keutamaan yang dimiliki oleh sahabat Rasulullah ini. Kecerdasan Sayidina Ali juag tidak bisa disangsikan lagi. Kisah-kisahnya kecerdasan dan karomahnya yang dil uar jangkauan nalar menjadi semacam hikmah bagi generasi sesudahnya.
Suatu hari, seorang sahabat dimasa Sayidina Ali tangannya terputus. Ia tampak bingung ke mana harus minta tolong. Lantas ia menemui Sayidina Ali seraya meminta doa agar tangannya sembuh. Lalu Sayidina Ali berdoa sambil memegang tangan sahabatnya yang terputus.
Ajaib! Tidak seberapa lama tangan tersebut berhasil tersambung kembali. Sahabat tersebut menjadi sehat kembali.
Namun dalam hatinya timbul rasa penasaran. Doa apa yang sebenarya dibaca oleh Sayidina Ali itu sehingga tangannya bisa disembuhkan?
Rasa penasaran itu membuncah, kemudian bertanya kepada Sayidina Ali,” Apa yang engkau baca sehingga tanganku menjadi sembuk seperti sediakala?”
“Aku membaca surat al Fatihah,” jawab Sayidina Ali singkat.
Mendengar jawaban itu, sahabat Sayidina Ali heran dan meremehkannya. Ia tidak percaya bahwa doa yang dibaca Sayidina Ali itu adalah surat al Fatihah. Ia bahkan menyepelekan bacaan itu.
Setelah itu tiba-tiba tangannya menjadi putus kembali. Sahabat itupun terdiam sejenak. Ia merasa bersalah telah meremehkan surat al Fatihah yang dilafadzkan Sayidina Ali. Setelah itu ia kemudian meminta maaf kepada Sayidina Ali.
(Disadur dari buku Kisah-Kisah Keajaiban Al Quran karya Mustafa Muhammad Ahwazi)