Amalan Para Juara dan Hebatnya Sayidina Ali

Amalan Para Juara dan Hebatnya Sayidina Ali

Amalan Para Juara dan Hebatnya Sayidina Ali

Sayidina Ali adalah salah satu sahabat Rasulullah yang dikenal dengan ketinggian ilmunya. Beliau diuji kaum Khawarij menjawab satu pertanyaan dengan argumentasi yang berbeda-beda.

Rasulullah saw. pernah bersabda,” Membaca al Quran adalah amalan orang yang cukup kemampuannya. Shalat adalah orang yang lema. Puasa adalah orang-orang fakir. Bertasbih itu amalan wanita. Sedekah adalah amalan orang kaya, tafakkur adalah amalan orang lemah. Pernahkah kalian kuberi tahu amalan juara?”

“Belum ya Rasulllah. Apakah amalan itu?,” jawab para sahabat. Rasulullahpun menjawab,” Mencari ilmu. Itulah cahaya hati orang yang beriman di dunia dan akherat.”

Ilmu menjadi bagian penting dalam Islam. Mencari ilmu mempunyai kedudukan tinggi bagi seorang muslim. Ada salah satu sahabat yang dikenal dengan ketinggian ilmunya, yaitu sayidina Ali ra. Rasulullahpun pernah bersabda,” Akulah kota ilmu. Sedangkan Ali adalah gerbangnya.”

Suatu ketika sabda Rasulullah saw. Ini membikin penasaran kaum Khawarij. Mereka kemudian bersepakat untuk menguji sayidina Ali. “ Kita tanya satu masalah saja tetapi kita bergilir menanyakannya kepada Ali. Benarkah jawaban Ali akan berbeda-beda. Jika berbeda maka benarlah yang dikatakan Rasulullah,” ujar salahs eorang diantaranya. Kemudian rencana disusun dengan jitu. Mereka kemudian mendatangi sayidina Ali satu persatu
.
Yang pertama datang dan bertanya,” Mana yang lebih utama, ilmu atau harta.” Sayidina Ali menjawab,” Tentu ilmu.” Kemudian si penanya pertama menimpali,” Mengapa?”

“Ilmu adalah warisan Nabi, sedangkan harta adalah warisan Firaun dan Qorun.” Mendengar hal itu si penanya pertama langsung pergi. Datanglah kemudian penanya kedua dengan pertanyaan yang sama. Sahabat alipun menjawab dengan sama bahwa ilmu lebih utama. “ Ilmu akan menjagamu. Tetapi kalau harta justru kau yang menjaga.” Penanya kedua inipun kemudian ngeloyor pergi.

Tidak berapa lama, datanglah penanya ketiga. Tentu dengan pertanyaan yang sama. Jawaban saidina Ali juga sama bahwa ilmu lebih baik dari harta. “ Pemilik harta punya banyak musuh sedangkan pemilik ilmu mempunyai banyak teman.” Seperti sebelumnya penanya ketiga ini juga ngacir pergi.

Datanglah si penanya keempat dengan pertanyaan yang sama. Sayidina Ali menjawab,” jika kau pergunakaan uang maka uang itu akan surut. Tetapi jika kau pergunakan ilmu maka ia akan semakin bertambah.”

“Pemilik harta akan ada yang menyebutnya orang pelit dan rakus. Adapun pemilik ilmu selalu dianggap mulia dan dihormati,” jawab sayidina Ali pada penanya kelima. Jawaban kepada penanya keenampun sama dengan argumentasi yang berbeda. Harta selalu dijaga dari pencuri. Sedangkan ilmu tidak perlu dijaga,’ ujar sayidina Ali kepada penanya keenam. Jawaban untuk penanya ketujuh adalah begini,” Pemilik harta akan dihisab di hari kiamat sedangkan pemilik ilmu akan diberi syafaat.”

“ Dalam kurun waktu yang lama harta akan lenyap jika dibiarkan. Sedangkan ilmu tidak. Ia abadi,” jawab sayidina Ali pada penanya kedelapan. Untuk penanya kesembilan sayidina Ali menjawab,” Harta itu mengeraskan hati. Sedangkan ilmu menyinari hati.” Kemudian datanglah orang terakhir yang mendatangi sayidina Ali. Dengan argumentasi yang berbeda, sayidina Ali menjawab dengan lebih tegas,” Pemilik harta dipanggil besar hanya karena harta, sedangkan pemilik ilmu dianggap intelektual.” Tak lama kemudian sayidina Ali berkata,” Seandainya kalian datangkan semua orang bertanya tentang soal ini, akan saya jawab secara berbeda selagi saya masih hidup.” Kisah ini disadur dari Kitab Usfuriyah : Kisah-Kisah hikmah dari Lektur Pesantren.