Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar atau mengucapkan kata Alhamdulillah, namun tidak semua orang memahami kapan waktu yang tepat untuk melafalkannya.
Dalam ajaran Islam, ungkapan syukur ini memiliki makna yang mendalam dan harus ditempatkan dalam situasi yang sesuai. Salah satu rujukan penting mengenai kapan kita dianjurkan membaca Alhamdulillah adalah kitab Al-Adzkar karya Imam an-Nawawi. Di dalamnya, bab khusus yang berjudul Kitab Hamdillah memberikan panduan yang jelas tentang situasi-situasi di mana kita sebaiknya memuji Allah dengan melafalkan Alhamdulillah.
Imam an-Nawawi menjelaskan bahwa pujian kepada Allah adalah bentuk syukur yang hendaknya selalu ada dalam kehidupan seorang Muslim. Salah satu momen penting untuk membaca Alhamdulillah adalah ketika seseorang mendapatkan nikmat dari Allah. Nikmat tersebut bisa berupa nikmat yang besar maupun kecil, baik yang disadari maupun tidak. Contohnya, ketika seseorang diberikan kesehatan, rezeki, keselamatan, atau bahkan ketika terhindar dari bahaya. Pada saat-saat tersebut, sangat dianjurkan untuk segera memuji Allah dengan membaca Alhamdulillah sebagai bentuk pengakuan atas rahmat-Nya.
Selain itu, Imam an-Nawawi menekankan pentingnya membaca Alhamdulillah setelah makan dan minum. Ini adalah sunnah yang kuat, mengikuti teladan Rasulullah SAW. Dalam hadits-hadits yang sahih, Rasulullah SAW selalu membaca pujian kepada Allah setelah menyelesaikan makan dan minum, menandakan bahwa segala sesuatu yang masuk ke dalam tubuh kita berasal dari nikmat Allah dan kita wajib bersyukur untuk itu.
Misalnya dalam hadis riwayat Abu Hurairah berikut:
كُلُّ أمْر ذِي بالٍ لا يُبْدأُ فِيه بالحَمْد لِلَّهِ فَهُوَ أقطع».
Setiap hal yang tidak diawali dengan dengan alhamdulillah maka terputus dari berkah. (H.R Abu Dawud dan Ibnu Majjah)
Lebih jauh, kita juga dianjurkan membaca Alhamdulillah saat menyaksikan sesuatu yang menggembirakan, baik yang terjadi pada diri sendiri maupun orang lain. Ini mencerminkan rasa syukur atas kebaikan yang telah Allah limpahkan kepada umat-Nya. Namun, tidak hanya dalam kebahagiaan, Alhamdulillah juga diucapkan dalam kondisi yang tidak menyenangkan.
Imam an-Nawawi mengutip hadits di mana Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk tetap memuji Allah dalam setiap keadaan, termasuk dalam musibah. Mengucapkan Alhamdulillah dalam kesulitan merupakan bentuk penerimaan dan keyakinan bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya, meskipun kita belum sepenuhnya memahaminya.
Selain itu dianjurkan juga membaca Alhamdulillah saat keluar dari WC, saat memulai menulis sebuah karya, dan saat akan memulai pelajaran, baik pelajaran fikih, hadis, maupun pelajaran agama lain.
Berdasarkan panduan dari kitab Al-Adzkar Imam an-Nawawi, membaca Alhamdulillah bukan hanya sekadar ungkapan lisan, melainkan manifestasi dari rasa syukur yang mendalam kepada Allah dalam setiap aspek kehidupan. Ucapan ini hendaknya menjadi kebiasaan yang tertanam dalam diri seorang Muslim, baik dalam keadaan suka maupun duka, sebagai pengingat bahwa segala sesuatu yang kita miliki datang dari Allah SWT.