Saya tidak habis pikir, di zaman milenial ini masih ada saja materi kampanye pemilu yang bombastis. Islam di Indonesia akan punah kalau bla bla bla..
Kampanye seperti itu ternyata ada, dilakukan di acara pengajian pula. Bahkan untuk meyakinkan jamaah, sang dai-jurkam mengutip pernyataan seorang tokoh muslim yang sempat bekerja di istana.
Apa iya Islam di Indonesia akan punah? Indonesia dijajah selama 350 tahun tapi Islam tidak punah juga, bahkan tetap menjadi mayoritas. Islam di Indonesia mempunyai kemampuan adaptasi budaya yang luar biasa.
Bahkan setelah merdeka, dakwah Islam semakin massif di pedalaman-pedalaman melalui penyuluh-penyuluh agama yang dibiayai oleh pemerintah melalui Kementerian Agama.
Pada masa reformasi semangat berislam malah semakin tak terbendung. Orang tidak ragu memakai simbol2 keislaman di muka publik: dari mulai pilihan kata, cara berpakain, selara dan gaya hidup yang lain. Internet menjadi sarana berbagi informasi keislaman.
Di sudut lain, para pejabat legislatif dan eksekutif di tingkat nasional dan daerah juga tak segan mengundangkan bbrapa muatan hukum materiil Islam. Semangat berislam tidak terbendung dan pasti harus disambut positif oleh partai politik manapun jika tidak ingin ditinggalkan massa.
Bukan hanya institusi politik, pebisnis seperti gambar ini juga akan mempertimbangkan kemauan para calon konsumen.
Dan gerak budaya itu semua tidak ada hubungannya dengan pemilu/pilpres 2019.