Tentu anda pernah mengalami ketika sedang benar-benar menginginkan sesuatu, Anda belum mampu untuk memiliki atau membelinya. Nah, dalam kondisi tersebut salah seorang teman mengungkapkan kalimat ini, “Jika pengen sesuatu, sholawatin aja dulu”.
Kalimat atau ungkapan ini sudah menjadi tren di kalangan muda. Banyak yang meyakini bahwa shalawat menjadi salah satu sebab dan perantara dikabulkannya keinginan dan hajat manusia. Makanya tak heran ungkapan tersebut sangat populer bahkan menjadi budaya ketika belum kesampaian memiliki sesuatu.
Namun jangan salah, ungkapan popular tersebut bukanlah tanpa dasar. Mungkin sebagian akan berargumen, kalau ingin sesuatu seharusnya kan langsung berdoa kepada Allah saja? Kenapa harus bersholawat terlebih dahulu?
Pertanyaan skeptis di atas bisa jadi benar. Namun, ada hal yang luput dari perhatiannya. Pada hakikatnya, shalawat yang dibaca oleh seseorang adalah murni sebuah penghormatan kepada Nabi Muhammad Saw. Namun di sisi lain shalawat mempunyai banyak sekali faidah dan keutamaan (fadhilah) bagi yang membaca. Di antaranya tentu sebagaimana ungkapan tadi, yaitu hajat kita bisa terkabulkan. Mengapa bisa begitu?
Sebelum membahas dalil yang secara khusus mengenai hal tersebut, perlu kiranya penulis sampaikan disini esensi dari bacaan shalawat itu sendiri. Shalawat merupakan salah satu perintah Allah kepada makhluknya. Anjuran membaca shalawat pertama sekali dapat ditemukan pada Surat Al-Ahzab ayat 56:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Artinya, “Sungguh Allah dan malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi Muhammad SAW. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk nabi. Ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Surat Al-Ahzab ayat 56).
Dalam ayat tersebut, sebelum Allah memerintahkan manusia untuk bershalawat kepada Nabi Muhammad Saw. Allah dan para malaikat sudah terlebih dahulu memberikan shalawat kepada Nabi Muhammad.
Sehingga, jika bacaan shalawat kita mempunyai makna rahmat maka orang yang membaca shalawat pada hakekatnya sedang memohon Rahmat Allah untuk dirinya sendiri. Semakin banyak ia bershalawat maka akan semakin banyak dan berlimpah pula rahmat Allah yang dianugerahkan kepadanya.
Nah, hal ini juga selaras dengan hadis Rasulullah Saw.
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشْرًا
“Barangsiapa yang membaca shalawat kepadaku sekali, maka Allah akan membalasnya sepuluh kali” (HR. Muslim)
Sekalipun amalan ini terbilang ringan dan remeh, akan tetapi Allah tidak main-main dalam memberikan balasan. Bagaimanapun satu shalawat dari Allah yang diberikan kepada manusia itu jauh lebih besar dari amal kebaikan dan ibadah manusia. Jika, dihubungkan dengan konteks hajat dan keinginan manusia di atas pun demikian, maka sebanyak apapun hajat dan keinginan manusia dan misalkan akan dikabulkan tidak akan sebanding dengan shalawat atau pemberian Allah kepadanya.
Sebagai ilustrasi sederhana, Pernahkah anda merasa sangat bahagia ketika mendapat hadiah dari kekasih anda? Atau dari seorang pejabat penting yang mempunyai kedudukan dan sangat dihormati oleh masyarakat karena kebaikannya? Tidakkah Anda merasa tersanjung dan bangga mendapatkannya? Pada saat itu pasti segala keinginan anda tidak akan ada nilainya dibanding dengan satu pemberian tersebut.
Penggambaran ini juga pernah di oleh Ibnu Athoillah as-Sakandari. Beliau berkata:
“Seandainya di sepanjang hidupmu engkau beramal baik, lalu Allah memberi satu shalawat saja. Tentu satu shalawat itu lebih berat daripada semua amalmu Sebab engkau bershalawat tersebut sesuai kapasitasmu sebagai hamba, sedangkan Allah bershalawat sesuai dengan rububiyah-Nya (sifat ketuhanan)-Nya. Dan itu pun baru satu shalawat Bagaimana jika Allah bershalawat untukmu sepuluh kali”
Sehingga pada intinya fadhilah dan keutamaan membaca shalawat sebenarnya jauh lebih besar dari sekedar terkabulnya hajat dan keinginan. terkabulnya hajat hanya satu bagian kecil dari fadhilah shalawat.
Banyak Membaca Shalawat, Banyak Dikabulkan Hajatnya
Adapun secara spesifik dalil yang menunjukkan bahwa dengan memperbanyak shalawat hajat dan keinginan manusia bisa dikabulkan adalah disebut dalam hadis riwayat Imam at-Tirmidzi. Suatu ketika Rasulullah sedang bermunajat di malam hari. Saat itu sahabat Ubay bin Ka’ab juga kebetulan bersama Rasulullah.
Rasulullah Saw kemudian bersabda:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اذْكُرُوا اللَّهَ اذْكُرُوا اللَّهَ جَاءَتْ الرَّاجِفَةُ تَتْبَعُهَا الرَّادِفَةُ جَاءَ الْمَوْتُ بِمَا فِيهِ
“Wahai manusia, berdzikirlah pada Allah, telah datang tiupan pertama yang diikuti dengan tiupan yang menggoncang alam, datanglah kematian dengan apa yang ada dalam kematian”.
Mendengar hal tersebut, Ubay bin Ka’ab yang waktu itu berada di dekat Rasulullah pun memberanikan diri bertanya.
يا رسول الله إني أكثر الصلاة فكم أجعل لك من صلاتي؟
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya memperbanyak shalawat untukmu, maka berapa kali saya harus bershalawat untukmu?”.
Rasulullah kemudian menjawab, “Sesukamu.”
“Kalau seperempat?” tanya Ubay.
Rasulullah menjawab, “Sesukamu, tapi jika kamu menambahnya itu lebih baik.”
Masih belum puas dengan jawaban tersebut Ubay pun menimpali, “Kalau sepertiganya?”
Jawaban beliau sama, “Sesukamu, jika kamu menambahnya itu lebih baik.”
Pertanyaan itu pun ia ulangi kembali, “Kalau setengah?”
“Sesukamu, tapi jika kamu menambahnya itu lebih baik.”
“Kalau dua pertiga?”
“Sesukamu, jika kamu menambahnya itu lebih baik.”
Terakhir Ubay bin Ka’ab pun menjadikan semua shalawatnya untuk beliau, “Wahai Rasulullah, maka saya jadikan semua shalawatku untukmu.” Sabda Nabi SAW, ”Kalau begitu, hajat dan keinginanmu akan dikabulkan serta akan diampuni dosamu.”
Dari hadis di atas, setidaknya terdapat dua poin yang bisa digarisbawahi dari keutamaan membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.
Pertama, bahwa tidak ada batasan khusus dalam membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Berapapun bacaan shalawat yang dibaca pasti akan sampai kepada Rasulullah.
Kedua, melihat dialog Ubay bin Ka’ab dengan Rasulullah, semakin banyak kita membaca shalawat akan berbanding lurus dengan potensi dikabulkannya hajat dan keinginan kita.
Hal ini bisa dilihat dari sabda Rasulullah kepada Sahabat Ubay bin Ka’ab di akhir. Beliau secara tegas mengatakan bahwa keinginan Ka’ab akan dikabulkan dan dosanya akan diampuni, sekalipun Ubay tidak pernah menyinggung perihal tersebut sebelumnya.
Itu artinya, memang shalawat bisa menjadi salah satu wasilah akan dikabulkannya sebuah hajat ataupun keinginan. Hal ini tidak lain merupakan salah satu keistimewaan dari Rasulullah SAW. (AN)