Semakin maraknya term habaib di tengah masyarakat kita hari ini telah memunculkan banyak respon dari berbagai tokoh seperti ketua Rabithah Alawiyah Sayid Zein Umar in Smith hingga mantan ketua MK Mahfud MD. Respon mereka tidak lain dilatarbelakangi oleh semakin banyaknya orang yang mengaku habib namun tidak disertai dengan perilaku yang mencerminkan sifat habib selaku keturunan Rasullah SAW yang dikenal sangat mempunyai sifat dan akhlak yang mulia.
Seperti kata Sayyid Zein Umar di Tirto.id ini,“Sekarang titel habib itu terjadi degradasi, menjadi panggilan keakraban, untuk akrab,” ujarnya. Beliau Juga memberikan keterangan bahwa orang saat ini salah kaprah dengan pengertian habib. Tidak semua sayid bisa disebut habib.Namun respon berbeda datang dari Mahfud MD.
Dalam cuitannya, Ia mnyebutkan bahwa habib adalah sebutan sayang dan hormat kepada seseorang. Bahkan menurutnya, tidak semua yang dipanggil habib adalah keturunan nabi. Baginya keturunan nabi mempunyai 2 sebutan; yaitu Syarif yang merupakan keturunan nabi dari Jalur Hasan dan Sayid dari jalur Husein.
Bagi penulis jika memang habib merupakan panggilan hormat dan sayang kepada seseorang, maka Gus Dur lah orang yang cocok dan tepat untuk dipanggil dan disematkan sebagai habib ketimbang mereka yang hanya bisa berceramah dan justru malah menunjukan sifat dan kelakuan yang tidak bisa diamini oleh akal.
Gus Dur yang merupakan seorang Kiai, tidak hanya menampilkan sikap dan perilaku yang baik, namun menanamkan nilai-nilai kemanusiaan, keadilan dan nilai-nilai lainnya dalam kehidupan sehari-hari. Betapa banyak saksi hidup yang menyaksikan secara langsung bagaimana Ia berperilaku dan bertutur kata sehari-hari dengan sangat baik, baik ketika sebelum menjadi presiden sampai sudah menjadi presiden.
saking ramahnya, seakan-akan tidak mencerminkan bahwa ia adalah seorang pejabat tingkat tinggi di negara. Ia selalu ramah dan tidak pernah membeda-bedakan siapapun orang yang bertamu kepadanya.
Selain itu, Gus Dur mampu membuktikan bahwa keterbatasan fisiknya tidak menjadikannya kalah dan lemah dalam mengabdi kepada negara dan bangsa. Bahkan, ia mampu menjadi sosok guru bangsa yang dicintai banyak orang dari semua kalangan dan elemen dari masyarakat negara ini.
Dalam sebuah talkshow di salah satu stasiun Tv swasta, Gus Dur pernah menyebutkan bahwa satu-satunya orang yang pantas menjadi musuhnya adalah Soeharto. Namun demikian, Gus Dur masih saja akrab dan sering berkunjung ke rumahnya. Itu artinya beliau tidak memiliki musuh dan tidak mempunyai rasa dendam kepada siapapun, bahkan ketika Ia dicaci dan dimaki oleh sekaliber habibana Rizieq Syihab yang menyebutnya buta mata dan hati.
ini menunjukan bahwa Gus Dur sangat meneladani akhlak yang mulia Nabi Muhammad SAW dan malah secara tidak langsung, menurut penulis, mengkritik perilaku sebagian orang yang mengaku habib yang sering berceramah, namun malah tidak mencerminkan akhlak datuknya yang sangat mulia itu.
Perlu dicatat, Nabi Muhammad junjungan umat islam seluruhnya selalu menunjukan keluhuran akhlak dan perilaku yang sangat mulia di depan para sahabatnya. Bahkan ketika dicaci dan dimaki oleh orang yang tidak menyukainya, justru beliau tidak pernah membalasnya dan malah berbuat baik kepadanya.
Pernah ketika suatu ketika, ada seorang pengemis buta di sudut suatu pasar di Madinah yang selalu mengatakan kepada setiap orang yang lewat bahwa Nabi Muhammad adalah seorang pembohong, pendusta, penyihir dan menganjurkan untuk tidak mendekatinya.
Namun nabi Muhammad selalu menghampirinya setiap hari dengan membawakannya makanan untuk disuapinya. Setelah nabi wafat, tidak ada satupun yang menyuapi pengemis tersebut sehingga membuatnya heran.
Setelah Abu Bakar mendapatkan isyarat dari Aisyah RA istri nabi, akhirya Ia mendatangi pengemis tersebut dan menyuapinya. Pengemis pun merasa aneh karena yang menyuapinya kali ini tidaklah sama dengan orang yang biasanya.
Di situlah, Abu Bakar memberi tahu bahwa yang selama ini datang untuk menyuapinya adalah Nabi Muhammad SAW yang baru saja wafat. Seketika itu juga pengemis itu menangis dan merasa bersalah. Seharusnya seluruh umat Islam tidak terkecuali para habaib meneladani perilaku mulia seperti yang telah dicontohkan Nabi Muhammad ini.
Dan dengan rasa penuh hormat kepada mendiang Gus Dur, izinkan penulis menyematkan gelar habib kepadamu, Gus. Semua orang merindukan dan menyangimu. Rindu yang tak berujung di saat situasi bangsa dan negara hari ini kering kerontang dari suri tauladan tokoh yang bisa dijadikan panutan.
Selamat Haul, Habib Abdurrah Wahid.
*Tulisan ini bisa juga dibaca di sini